Landasan Politis dan Internasional

Dengan situasi demikian, pemerintah mengambil kebijakan untuk mem-bail out atau menanggung beban utang swasta terutama pada bank-bank “bermasalah”, maka lahirlah Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN yang brtugas mengambil alih utang-utang bank swasta nasional dengan dana talangan yang berasal dari International Monetery Fund IMF sebesar US 43 miliar yang bersifat jangka panjang. Pemberian dana talangan oleh IMF bukanlah tanpa syarat, secara regulatif utang dapat dikucurkan dengan persyaratan Indonesia harus melakukan reformasi sistem ekonoi dan hukum ekonomi tertentu, diantaranya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. 70 Kehadiran Undang-Undang persaingan usaha di Indonesia merupakan pra syarat prinsip ekonomi modern. Yakin prinsip yang dapat memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk bersaing secara jujur dan terbuka dalam berusaha. Dengan Undang-Undang ini, pelaku usaha diharapkan menyadari kepentingan untuk mencari keuntungan yang sebesar- besarnya tetapi harus dilakukan dengan cara persaingan yang jujur.

3. Landasan Politis dan Internasional

Sebagai sebuah wacana, sejak tahun 1970-an sikap anti monopoli dan persaingan usaha secara sehat telah dibicarakan di Indonesia. Sebab, struktur ekonomi pada masa orde baru memerlukan seperangkat Undang-Undang yang dapat mengkoreksi struktur ekonomi yang bersifat dominasi dan monopolistik oleh orang-orang tertentu, terutama orang atau golongan yang termasuk dalam pusaran kekuasaan linkage power. Dalam perjalanannya, keingan dan wacana ini belum dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan political will pemerintah dalam bidang ekonomi yang belum berpihak. 70 Ade Maman Suherman, “Kinerja KPPU sebagai Watchdog Pelaku Usaha di Indonesia”, http:www.solusihukum.com., diakses pada 11 Agustus 2010. Universitas Sumatera Utara Kemudian, keinginan untuk membentuk sebuah Undang-Undang yang secara khusus mengatur tentang persaingan usaha dan anti monopoli telah dipikirkan oleh para pakar, partai politik, lembaga swadaya masyarakat LSM serta instansi pemerintah. Partai Demokrasi Indonesia PDI oleh badan penelitan dan pengembangannya pernah menelurkan konsep RUU Anti Monopoli. Demikian pula dengan departemen perdagangan yang berjasama dengan Fakultas Hukum Universitas Indonesia pernah membuat naskah akademi ktentang persaingan sehat di bidang perdagangan. Namun sangat disayangkan, usaha tersebut belum berhasil, hal ini disebabkan kemauan politik political will dari elite penguasa pada waktu itu yang belum menunjukkan keseriusan. Bahkan pasca lahirnya Undang-Undang ini juga menimbulkan pro dan kontra. Secara politis maupun ekonomis, terdapat pihak-pihak yang kurang bisa menerima Undang-Undang ini lebih pada posisi yang lemah dan euphoria politik yang kecil. Ada beberapa alasan mengapa pada waktu itu terdapat kesulitan untuk membentuk suatu Undang-Undang yang mengatur praktek monopoli dan mendapat persetujuan pemerintah, antara lain, yaitu : 71 1. Pemerintah menganut konsep bahwa perusahaan-perusahaan besar perlu tumbuh menjadi lokomotif pembangunan. Perusahaan–perusahaan tersebut hanya mungkin menjadi besar untuk kemudian menjalankan fungsinya sebagai lokomotif pembangunan apabila diberi perlakuan khusus. Perlakuan khusus ini, dalam pemberian proteksi dapat berakibat menghalangi masuknya perusahaan lain sehingga memberikan posisi monopoli. 2. Pemberian fasilitas monopoli perlu ditempuh karena perusahaan itu telah bersedia menjadi pioneer di sektor yang bersangkutan. Tanpa fasilitas monopoli dan proteksi, pemerintah sulit memperoleh kesediaan investor untuk menanamkan modalnya di sektor tersebut. 71 Sutan Remy Sjahdeni A, “Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 10, 2000, hal. 5. Universitas Sumatera Utara 3. Untuk menjaga berlangsungnya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme demi kepentingan Kroni Mantan Presiden Soeharto dan pejabat-pejabat yang berkuasa pada waktu itu. Akhirnya, untuk pertama kalinya DPR menggunakan hak inisiatif untuk mengusulkan Undang-Undang antimonopoli. 72 Dalam konteks inilah apa yang disebut politik hukum, sebab hukum yang terbentuk berdasarkan dari konsensus politik yang ada. Secara hubungan internasional, lahir dan berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 juga merupakan konsekuensi atas diratifikasinay perjanjian arrakesh oleh DPR dengan Undang- Undang No. 7 Tahun 1974 yang mengharuskan Indonesia membuka diri dan tidak boleh memberikan perlakukan diskriminatif, seperti pemberian proteksi terhadap entry bearier suatu perusahaan dan adanya tekanan IMF yang telah menjadi kreditor bagi Indonesia dalam rangka membatasi krisis moneter yang telah dahsyat melanda dan menjadikan terpuruknya ekonomi Indonesia secara luas. 73 Pengawasan terhadap pelanggaran Undang-Undang Anti Monopoli di Indonesia diserahkan kepada KPPU dapat dilihat dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Anti Monopoli, dimana sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Anti Monopoli ini lahirlah Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1999 selanjutnya disebut “Keppres No.75 Tahun 1999” tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 74 KPPU bertindak sebagai lembaga kuasi yudisial. 75 Pembentukan KPPU diharapkan dapat menyelesaikan kasus pelanggaran hukum persaingan usaha dengan lebih 72 Hikmahanto Juwana, Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional, Jakarta : Lentera Hati, 2002, hal. 2. 73 Remy Sjahdeni, Op.cit, hal. 5. 74 Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 75 KPPU menjalankan wewenang sebagai peneliti, penyelidik, pemeriksa, sampai dengan menjatuhkan suatu Keputusan.Abdul Hakim G.Nusantara “Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU: Status, wewenang, dan Tugasnya” dalam Undang-Undang No.51999 dan KPPU Filosofi dan latar belakang Undang-Undang No.51999: Procedings Rangkaian Lokakarya Terbatas Hukum Kepailitan Dan Wawasan hukum Bisnis Lainnya Tahun 2002: Jakarta 10-11 september 2002tim editor, Emmy Yuhassarie, Tri Harnowo, Cet.1, Jakarta : Pusat Kajian Hukum, 2003, hal. 16. Universitas Sumatera Utara cepat, efisiensi, dan efektif, sesuai dengan asas dan tujuannya. 76 Menurut Bagir Manan, KPPU adalah salah satu instrumen meski tidak dikatakan sebagai salah sau bentuk Dispute Resolution. Hal ini diartikan bahwa perselisihan-perselisihan bisnis yang berkaitan dengan persaingan atau monopoli kalau dapat tidak perlu masuk ke pengadilan, tetapi cukup diselesaikan oleh KPPU saja. 77 Salah satu permasalahan yang sering kali diperhatikan para pengamat hukum persaingan adalah apakah KPPU merupakan sebuah pengadilan khusus di bawah peradilan umum sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang No.4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman selanjutnya disebut “Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman” 78 . Jika KPPU sebagai peradilan, maka KPPU tidak boleh dijadikan pihak 79 dalam keberatan di Pengadilan Negeri karena pengadilan tidak dapat dihukum atas putusannya yang keliru atau tidak benar. Apabila KPPU bukan sebagai badan peradilan, 80 maka kewenangan memeriksa dan memutus kasus pelanggaran terhadap Undang-Undang Anti Monopoli sifatnya kewenangan absolut yang tidak jauh berbeda dengan tugas dan kewenangan badan peradilan, bahkan lebih hebat lagi KPPU bisa menjadi polisi dan jaksa sekaligus dalam melakukan penyidikan dan penuntutan pidana. 81 Berdasarkan Undang-Undang Anti Monopoli, KPPU mengemban tugas 82 dan 76 Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 99. 77 Bagir Manan, “Sambutan Pengarahan” dalam Undang-Undang No.51999 dan KPPU Filosofi dan latar belakang Undang-Undang No.51999: Procedings Rangkaian Lokakarya Terbatas Hukum Kepailitan Dan Wawasan hukum Bisnis Lainnya Tahun 2002: Jakarta 10-11 September 2002tim editor, Emmy Yuhassarie, Tri Harnowo, Cet.1, Jakarta : Pusat Kajian Hukum, 2003, hal. XVIII. 78 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. 79 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 selanjutnya disebut “Perma No.3 Tahun 2005” tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU. Pasal 2 ayat 3 menyatakan KPPU sebagai pihak di dalam perkara keberatan atas Putusan KPPU. 80 Lihat Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 2, menyatakan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. 81 Amir Syamsudin, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Bukan Peradilan?, www.kompas.com., diakses pada 10 Juli 2008. 82 Pasal 35 Undang-Undang Anti Monopoli, menyatakan: huruf a sampai dengan g a. melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat Universitas Sumatera Utara wewenang 83 yang amat luas. Menurut Pasal 36 huruf 1, KPPU berwenang untuk menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar Undang-Undang Anti Monopoli. Bagi pelaku usaha yang tidak puas atas putusan KPPU, mereka dapat mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri dalam jangka waktu empat belas hari kerja 84 sejak menerima salinan putusan KPPU. 85 B. Tujuan Lahirnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat Secara umum, tujuan Undang-Undang Anti Monopoli ini adalah untuk memangkas praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat yang merajalela di Indonesia pada zaman pemerintah orde baru, dimana praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat tersebut banyak terjadi kebijakan pemerintah yang kerap kali menguntungkan pelaku usaha tertentu saja. 86 Selain tujuan umum, masing-masing negara mempunyai tujuan khusus menghadirkan hukum persaingan usaha. Di Amerika Serikat, hukum persaingan usaha bertujuan melindungi sistem kompetisi preserve competititve system, di Jerman, bertujuan memajukan kesejahteraan 83 Pasal 36 Undang-Undang Anti Monopoli menyatakan huruf a sampai dengan l a. menerima laporan dari masyarakat atau pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. 84 Hari kerja adalah hari senin sampai dengan hari Jum’at kecuali hari libur nasional. Lihat keputusan KPPU No.5KPPUKepIX2000 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan dan Penanganan Dugaan Pelanggaran Terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1. 85 Lihat Pasal 44 ayat 2 Undang-Undang Anti Monopoli. 86 Pelaku usaha diartikan yang luas yaitu setiap orang dan badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi termasuk dalam pengertian pelaku usaha. Pengertian tersebut jelas tidak membedakan antara pelaku usaha asing dan domestik. Sepanjang mereka menjalankan kegiatan usahanya diwilayah hukum republik Indonesia, mereka termasuk pelaku sebagai pelaku usaha yang dimaksud dalam Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli. Karena tidak dibedakan, badan usaha milik negara pun termasuk dalam kategori pelaku usaha, sama seperti orang perorangan atau badan usaha swasta. Lihat Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002, hal.78. Universitas Sumatera Utara dan kebebasan warga negara dan di Swedia, bertujuan mencapai pemanfaatan optimal dari sumber-sumber yagn ada di masyarakat. Adapun di Indonesia, tujuan hukum persaingan usaha melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 adalah : 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasinal sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui peraturan persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesemaptan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. 3. Mencegah praktik monopoli danatau persaingan usaha tidak sehat yagn ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan 4. Terciptanya efektifitas dalam kegiatan usaha. Undang-Undang Anti Monopoli telah melewati delapan tahun keberadaannya di Indonesia, namun banyak kontroversi yang muncul, salah satu penyebab kontroversi tersebut adalah Undang-Undang Anti Monopoli kurang rinci mengatur penyelesaian perkara-perkara persaingan usaha, dan terutama peran lembaga peradilan dalam menangani keberatan terhadap Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha selanjutnya disebut “KPPU”. 87 Analogi persaingan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbisnis adalah dimana persaingan dianggap bersifat individualistik dan selalu berorientasi pada keuntungan. 88 Lembaga yang akan menjadi penjaga untuk tegaknya peraturan persaingan merupakan syarat mutlak agar peraturan persaingan dapat lebih operasional. Pemberian kewenangan khusus kepada suatu komisi untuk 87 Siti Anisah, ”Permasalahan Seputar Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan KPPU”, Artikel dalam Jurnal Hukum Bisnis, Volume 24, 2005, hal. 16. 88 Ningrum Natasya Sirait, Op.cit., hal. 10. Universitas Sumatera Utara melaksanakan suatu peraturan di bidang persaingan merupakan hal yang lazim dilakukan oleh kebanyakan negara. C. Pengecualian Terhadap Penerapan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Perjanjian Yang Berkaitan Dengan Waralaba

1. Penerapan Pasal 50 Huruf B, Khususnya Mengenai Perjanjian yang Berkaitan dengan Waralaba

Dokumen yang terkait

Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

5 100 133

Pengecualian Praktek Monopoli Yang Dilakukan Oleh Bumn Menurut Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

10 104 80

Perjanjian Pelaku Usaha Dengan Pihak Luar Negeri yang Bertentang Dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Prektik Monopoli Persaingan Usaha Tidak Sehat

2 69 130

Perjanjian Kartel Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia Sebagai Pelanggaran Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Putusan KPPU Nomor 24/KPPU-I/2009)

3 59 116

Peranan Notaris Dalam Persekongkolan Tender Barang/Jasa Pemerintah Terkait Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

6 47 130

Analisis Terhadap Pengecualian Penerapan Undang-Undang No. 5 TAHUN 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Perjanjian Yang Berkaitan Dengan Waralaba (Studi terhadap Perjanjian Kerjasama Yayasan Pendidikan Oxford

0 72 150

Sertifikasi & Akreditasi Oleh Asosiasi Dalam Perspektif Uu No. 5/1999 (Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

0 25 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 18

Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 11

Tinjauan Yuridis Terhadap Divestasi Kapal Tanker VLCC PT.Pertamina Menurut UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

0 1 160