Keaslian Penelitian Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

23 1. Untuk mengetahui kerangka hukum perjanjian kerja yang dibuat oleh perusahaan dengan tenaga kerja yang didaftarkan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan. 2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya permasalahan dalam pembuatan atau pelaksanaan perjanjian kerja yang didaftarkan. 3. Untuk mengetahui akibat hukum dan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja atas perjanjian kerja tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran dalam ilmu pengetahuan hukum perburuhan secara umum dan hubungan industrial, pembuatan perjanjian kerja dan akibat hukumnya bagi para pekerja. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat, khususnya kepada para pihak yang terlibat dalam pembuatan perjanjian kerja serta instansi terkait dalam pengawasan ketenagakerjaaan, agar lebih mengetahui tentang hak dan kewajibannya dengan adanya perjanjian kerja tersebut serta akibat hukum yang dapat timbul atas perjanjian tersebut pada saat hubungan kerja berakhir.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah penulis lakukan baik di kepustakaan penulisan karya ilmiah Magister Kenotariatan maupun Universitas Sumatera Utara 24 di Universitas Sumatera Utara USU Medan, dan sejauh yang diketahui, terdapat salah satu penelitian lain yang membahas tentang tenaga kerja, yaitu : 1. Penelitian oleh Satiruddin Lubis, Nim 077011068 MKn dengan judul “Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan ”. 2. Penelitian oleh Muhammad Fajrin Pane, Nim 067005017HK dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan” . Dilihat dari judul tersebut terlihat bahwa perbedaan dengan penelitian tentang “Akibat Hukum Perjanjian Kerja yang Dibuat Perusahaan dengan Pekerja Ditinjau Dari Hukum Perdata Dan Undang-Undang Ketenagakerjaan Studi Terhadap Perjanjian Kerja yang Didaftarkan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan”, belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kemurniannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa bahwa perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga Universitas Sumatera Utara 25 sangat ditentukan oleh teori. 12 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. 13 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis. 14 Dalam hubungannya dengan ketenagakerjaan dan perjanjian kerja dalam prakteknya dipandang ketentuan perundang-undangan tidak berpihak kepada masyarakat luas seperti kaum buruh atau pekerja, termasuk dalam hal ini dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tetapi justru berpihak kepada kepentingan segelintir orang seperti pengusaha. Kerangka teori yang berhubungan dengan hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato 427-347 SM, filsuf Yunani mengatakan bahwa untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan di sebuah negara, hendaklah keadilan yang memerintah di negara tersebut. 15 Menanggapi Plato, John Rawls mengatakan, sebuah masyarakat tertata dengan baik ketika masyarakat tersebut secara efektif diatur oleh konsepsi publik mengenai keadilan dan ketika dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. 16 Menurut Lawrence M. Friedmann, suatu sistem hukum terdiri dari 3 tiga unsur yaitu struktur structure, substansi substance dan budaya hukum 12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 1986, hal. 6. 13 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, Penyunting, M. Hisyam, UI Press, Jakarta, 1996, hal. 203. 14 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung ,1994, hal 80. 15 John Rawls. Teori Keadilan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2006. hal. 5. 16 Ibid., hal. 5. Universitas Sumatera Utara 26 legal culture. Jika seorang merasa dirugikan oleh warga masyarakat lain, tentu ia menggugat pihak lain itu agar bertanggung jawab secara hukum atas perbuatannya. Dalam hal ini diantara mereka mungkin saja sudah terdapat hubungan hukum berupa perjanjian di lapangan hukum keperdataan, tetapi dapat pula sebaliknya sama sekali tidak ada hubungan hukum demikian. Dalam Pancasila, mengenai perjanjian kerja juga memperoleh landasan idiil filosifis hukumnya pada sila kelima yaitu : “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Pengertian keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, di dalamnya terkandung suatu “Hak” seluruh rakyat Indonesia untuk diperlakukan sama equality di depan hukum. Hak adalah suatu kekuatan hukum, yakni hukum dalam pengertian subyektif yang merupakan kekuatan kehendak yang diberikan oleh tatanan hukum. Oleh karena hak dilindungi oleh tatanan hukum, maka pemilik hak memiliki kekuatan untuk mempertahankan haknya dari gangguanancaman dari pihak manapun juga. 17 Radbruch juga menyebut keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum sebagai “3 tiga ide dasar hukum”, yang berarti dapat dipersamakan dengan asas hukum. Di antara ketiga asas tersebut yang sering menjadi sorotan utama adalah masalah keadilan, dimana Friedman menyebutkan bahwa : “In terms of law, justice will be judged as how law treats people and how it distributes its benefits and cost ,” 17 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, Terjemahan Raisul Muttaqien, Nusamedia Nuansa Bandung, 2006, hal. 152. Universitas Sumatera Utara 27 dan dalam hubungan ini Friedman juga menyatakan bahwa: “every function of law, general or specific, is allocative ”. 18 Sebagai asas hukum, dengan sendirinya menempatkan asas ini menjadi rujukan pertama baik dalam pengaturan perundang-undangan maupun dalam berbagai aktivitas yang berhubungan dengan perjanjian kerja oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Keseimbangan perlindungan hukum terhadap para pihak atas suatu perjanjian kerja tidak terlepas dari adanya pengaturan tentang hubungan- hubungan hukum yang terjadi antara para pihak. Berdasarkan teori tersebut konsepsi publik keadilan yakni, masyarakat di mana 1 setiap orang menerima dan mengetahui bahwa orang lain menganut prinsip keadilan yang sama, serta 2 institusi-institusi sosial dasar yang ada umumnya sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut. 19 Menurut teori keadilan di atas dikatakan bahwa keadilan equality adalah suatu keadaan yang muncul dalam pikiran seseorang jika ia merasa bahwa rasio antara usaha dan imbalan adalah seimbang dengan rasio individu yang dibandingkannya. Inti dari teori keadilan ialah bahwa karyawan membandingkan usaha mereka terhadap imbalan dengan imbalan karyawan lainnya dalam situasi kerja yang sama. Teori menjadi motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam 18 Peter Mahmud Marzuki, The Need for the Indonesian Economic Legal Framework, Dimuat dalam Jurnal Hukum Ekonomi, Edisi IX, Agustus, 1997, hal. 2 19 Ibid ., Universitas Sumatera Utara 28 pekerjaan. Individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini ini Lalu Husni mengatakan bahwa : Sebagai suatu bentuk intervensi pemerintah terhadap mekanisme perburuhan melalui peraturan perundang-undangan yang telah membawa perubahan mendasar, yakni menjadikan sifat hukum perburuhan menjadi ganda yaitu bersifat privat yang melekat pada prinsip adanya hubungan kerja yang ditandai dengan adanya perjanjian kerja antara buruh dengan pengusaha atau majikan, sekaligus juga sifat publik dalam artian adanya sanksi pidana, sanksi administratif bagi pelanggar ketentuan di bidang ketenagakerjaanperburuhan dan ikut campur tangannya pemerintah dalam menetapkan besarnya upah. 20 Pemerintah negara harus mampu memposisikan dirinya sebagai regulator yang bijak melalui sarana pembentukan dan pelaksanaan Hukum Ketenagakerjaan dikarenakan Hukum Ketenagakerjaan akan menjadi sarana utama untuk menjalankan kebijakan pemerintah di bidang ketenagakerjaan itu sendiri. Kebijakan ketenagakerjaan labor policy, di Indonesia dapat dilihat dalam UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara, juga dalam peraturan perundang-undangan yang terkait. 21 Beberapa teori di atas merupakan dasar yang dijadikan pisau analisis guna menggambarkan kondisi yang mewarnai sistem perburuhan dan ketenagakerjaan dewasa ini. Sistem perundang-undangan seperti telah melegalkan buruh, eksploitasi secara besar-besaran, pengurasan keringat dan tenaga buruh demi akumulasi modal yang sebesar-besarnya. Tenaga kerja merupakan komoditi yang dikebiri hak-hak 20 Lalu Husni, Op.Cit., hal 10. 21 Agusmidah, Politik Hukum dalam Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan, Disertasi, SPS USU, Medan 2006, hal.30-31. Universitas Sumatera Utara 29 kemanusiaannya. Inilah wajah dari kapitalisme sebagai sebuah sistem yang menggerogoti tubuh-tubuh buruh dengan harga dan imbalan yang tidak seimbang. Hal ini tentunya sangat ironis, buruh sebagai tulang punggung produksi tidak mendapatkan upah yang sesuai dengan kerja yang mereka lakukan. Dalam suatu hubungan kerja, seharusnya pengusaha sebagai pihak pemberi kerja dan upah mempunyai kedudukan sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga dalam melakukan hubungan hukum dengan pekerja sebagai pihak yang mempunyai kondisi yang lemah dalam segala aspeknya, kebebasan dalam melakukan hubungan hukum khususnya pembuatan perjanjian kerja ada di tangan pihak pengusaha. Salah satu upaya dalam melakukan perlindungan dan kepastian hukum dan menciptakan suatu kehidupan yang layak bagi kemanusian, antara lain adalah dengan pelaksanaan pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama yang sekarang dikenal sebagai Perjanjian Kerja Bersama PKB Karena Kesepakatan Kerja Bersama merupakan suatu kesepakatan antara Serikat PekerjaSerikat Buruh SPSB dengan pengusaha yang akan dapat menjembatani aspirasi dari para pihak dan dalam penyelenggaraan hubungan kerja akan mendapat hak dan kewajiban yang kuat. Adanya suatu pengaturan mengenai jaminan sosial di dalam Kesepakatan Kerja Bersama akan sangat menguntungkan pihak pekerja karena benar-benar melindungi pekerja sebagai pihak yang lemah serta dapat mencerminkan rasa kemanusiaan dan rasa keadilan terhadap tenaga kerja. Kesepakatan Kerja Bersama Universitas Sumatera Utara 30 merupakan salah satu sarana utama untuk melaksanakan Hubungan Industrial Pancasila HIP. Kartasapoetra yang dikutip Zainal Asikin mengatakan bahwa bentuk perlindungan hukum bagi tenaga kerja meliputi: a. Norma keselamatan kerja, yang meliputi keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja dalam proses melaksanakan pekerjaannya. b. Norma kesehatan kerja dan hygiene kesehatan perusahaan yang meliputi pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan kerja. c. Norma kerja, meliputi perlindungan terhadap waktu kerja, sistem pengupahan, cuti, istirahat tenaga kerja wanita, anak kesusilaan agama dan kewajiban sosial kemasyarakatan. d. Kepada tenaga kerja yang mendapat kecelakaanmenderita penyakit akibat kerja berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan kerja tersebut. 22 Zainal Asikin juga mengutip pendapat Imam Supomo yang membagi perlindungan bagi pekerja menjadi tiga macam, yaitu : 1. Perlindungan ekonomi, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha untuk memberikan kepada mereka suatu bentuk penghasilan yang cukup memenuhi keperluan sehari-hari beserta keluarganya Jaminan Sosial. 2. Perlindungan Sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang bertujuan memungkinkan pekerja itu mengenyam dan memperkembangkan perikehidupannya sebagai manusia pada umumnya dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga Kesehatan Kerja. 3. Perlindungan Teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya yang ditimbulkan pesawat atau alat kerja lainnya atau oleh bahan yang diolah atau dikerjakan perusahaan Keselamatan Kerja. 23 22 Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan Pengertian, Sifat dan Hakekat Hukum Perburuhan, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 96. 23 Ibid ., hal. 97. Universitas Sumatera Utara 31 Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa pada dasarnya bentuk perlindungan bagi tenaga kerja meliputi 3 tiga bagian utama, yaitu Jaminan sosial, kesehatan kerja dan keselamatan kerja. Setelah terjadinya hubungan kerja, selanjutnya yang sering menjadi permasalahan dalam Perjanjian Kerja adalah pada saat berakhirnya hubungan kerja atau Pemutusan Hubungan Kerja PHK. Lalu Husni mengatakan bahwa : Pemutusan Hubungan Kerja merupakan suatu peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya, khususnya dari kalangan buruhpekerja karena dengan PHK buruhpekerja yang bersangkutan akan kehilangan mata pencaharian untuk menghadapi diri dan keluarganya, karena itu semua pihak yang terlibat dalam hubungan industrial pengusaha, buruhpekerja, serikat pekerjaserikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja. 24 Bila dilihat pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-78MEN2001 tentang Perubahan Atas Beberapa Pasal Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. KEP-150 MEN2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Ulang Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Bakti, dan Ganti Kerugian di Perusahaan, maka pengertian Pemutusan Hubungan Kerja sesuai dengan Pasal 1 angka 4 adalah Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerjaburuh berdasarkan izin Panitia Daerah atau Panitia Pusat. 25 Di dalam Pasal 1 angka 19 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang 24 Lalu Husni, Op.Cit., hal 177. 25 Anonimus, Keputusan Menteri No. Kep-78MEN2001 tentang Perubahan Atas Beberapa Pasal Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Kep-150MEN2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Ulang Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Bakti, dan Ganti Kerugian di Perusahaan, Depnaker, Jakarta, 2001, hal. B-3. Universitas Sumatera Utara 32 Ketenagakerjaan, Pemutusan Hubungan Kerja PHK diartikan pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha. Menurut Pasal 1 angka 25 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerjaburuh dan pengusaha. Dalam literatur Hukum Perburuhan atau Hukum Ketenagakerjaan dikenal ada beberapa jenis antara lain 1 Pemutusan hubungan kerja oleh majikanpengusaha, 2 Pemutusan hubungan kerja oleh buruhpekerja, 3 Hubungan kerja putus demi hukum, dan 4 Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan. Dengan demikian jelaslah bahwa hubungan kerja adalah suatu hubungan antara majikan atau pengusaha dengan buruh atau pekerja yang umumnya berkenaan dengan segala persyaratan yang secara timbal balik harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Apabila kemudian hak dan kewajiban tidak terpenuhi seperti dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, maka dengan sendirinya menimbulkan sengketa atau perselisihan perburuhan Oleh karena itu, guna mewujudkan pemenuhan hak-hak dan kewajiban mereka masing-masing terhadap satu sama lainnya, termasuk sebagaimana disebutkan di atas yaitu lembaga yang akan menyelesaikan diantara mereka. Namun berkaitan pula dengan hal tersebut di atas, pemerintah melalui Pasal 141 ayat 4 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Universitas Sumatera Utara 33 menunjuk Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial PPHI, sebelumnya menurut Pasal 1 angka 1 huruf f dan g Undang-Undang No. 22 Tahun 1957 Lembaga tersebut adalah Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah P4D dan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat P4P, sebagai lembaga resmi untuk penyelesaian perselisihan perburuhan. Sekarang setelah keluar Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 lembaga yang berwenang dalam untuk penyelesaian perselisihan perburuhan adalah Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Lembaga PPHI. Berdasarkan ketentuan tersebut jelaslah bahwa sekarang ini lembaga yang berwenang dalam penyelesaian perselisihan Perburuhan adalah Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial PPHI. Hal ini sesuai dengan pendapat Lalu Husni bahwa Pengaturan penyelesaian dalam Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 sesuai dengan Undang-Undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial nantinya dilakukan oleh Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial yang merupakan Peradilan Adhoc di Pengadilan Negeri. 26 Dengan demikian dapat dikatakan pemutusan hubungan kerja baru sah bila telah ada izin dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebagaimana dimaksud di atas. Serikat Pekerja Seluruh Indonesia SPSI merupakan wadah bagi para pekerjaburuh untuk menyalurkan aspirasi mereka, sedangkan 26 Lalu Husni., Op.Cit., hal 188-189. Universitas Sumatera Utara 34 Lembaga PPHI baik daerah maupun pusat merupakan suatu lembaga yang akan membantu menyelesaikan perselisihan perburuhan bila penyelesaian secara damai yang dilakukan oleh SPSI dengan pihak majikan atau pengusaha tidak berhasil.

2. Konsepsional

Dokumen yang terkait

Akibat Hukum Akuisisi Terhadap Perjanjian Tenaga Kerja

7 108 119

Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

9 108 156

Penyederhaan Prosedur Perizinan Bagi Tenaga Kerja Asing Ditinjau Dari Hukum Ketenagakerjaan

3 85 123

EKSISTENSI DAN AKIBAT HUKUM PASAL 1266 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA EKSISTENSI DAN AKIBAT HUKUM PASAL 1266 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DALAM PERJANJIAN TERHADAP DEBITUR YANG TIDAK AKTIF DALAM MELAKSANAKAN PERJANJIAN.

0 4 13

TINJAUAN HUKUM MENGENAI KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA YANG DIBUAT OLEH DEWAN KARYAWAN DENGAN PIHAK PERUSAHAAN DIKAITKAN DENGAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA YANG TERKENA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA AKIBAT KECELAKAAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 1

Tinjauan Yuridis Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan (Studi terhadap Perjanjian Kerja Bersama yang Didaftarkan pada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur) - Ubaya Repository

0 0 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

0 0 30

Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

0 0 17

PERJANJIAN PERKAWINAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ISLAM

0 1 99