83
d. Wajib memuat Perjanjian Kerja harian lepas secara tertulis dengan pekerja.
e. Pengusaha wajib membuat daftar pekerja yang melakukan pekerjaan kerja
lepas tersebut yang memuat sekurang-kurangnya : 1
Nama dan alamat perusahaan atau pemberi kerja. 2
Nama dan alamat pekerja buruh. 3
Jenis pekerjaan yang dilakukan. 4
Besarnya upah dan atau imbalan lainnya. f.
Daftar tersebut diatas disampaikan kepada Instansi yang membidangi ketenagakerjaan selambat-lambatnya 7tujuh hari kerja sejak mempekerjakan
pekerja buruh. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT wajib dicatatkan oleh pengusaha
kepada Instansi yang membidangi ketenagakerjaan kabupatenkota setempat selambat-lambatnya 7 tujuh hari sejak penanda tanganan.
5 Perubahan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT menjadi Perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT Pekerjaan Waktu Tertentu secara hukum dapat berubah menjadi Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak
tertentu dalam hal : a.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT yang tidak dibuat dalam huruf latin dan Bahasa Indonesia.
b. Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT musiman yang tidak
tergantung pada musim tertentu dan dilakukan bukan sebagai pekerjaan tambahan.
c. Bertentangan dengan waktu yang diperjanjikan dalam produk baru.
d. Masa tenggang waktu 30 tiga puluh hari tidak terpenuhi.
e. Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja
buruh dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT dan masih berlaku, maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan bagi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT.
2. Peraturan Perusahaan
Peraturan Perusahaan dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Pengusaha yang mempekerjakan
pekerjaburuh sekurang-kurangnya 10 orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Universitas Sumatera Utara
84
Kewajiban membuat peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud tidak berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki perjanjian kerja bersama.
119
a. Tata cara pembuatan Peraturan Perusahaan :
1 Peraturan Perusahaan wajib bagi perusahaan yang mempekerjakan minimal
10 sepuluh orang pekerja.
120
2 Peraturan Perusahaan berlaku sejak disyahkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk. 3
Peraturan Perusahaan yang disusun menjadi tanggung jawab pengusaha. 4
Peraturan Perusahaan disusun oleh pengusaha dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil tenaga kerja yang dipilih secara demokratis
untuk mewakili kepentingan tenaga kerja atau pengurus Serikat Pekerja serikat buruh SPSB.
5 Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Perusahaan tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku atau hanya sebagai pelengkap atau penyempurnaanpelaksanaan tambahan dari aturan yang telah ada.
6 Peraturan Perusahaan sekurang-kurangnya memuat :
a Hak dan kewajiban pengusaha.
b Hak dan kewajiban pekerja.
c Syarat-syarat kerja.
121
d Tata tertib perusahaan.
e Jangka waktu berlakunya Peraturan Perusahaan.
119
Pasal 108 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
120
Ibid. Pelanggaran Pasal ini, mendapat Sanksi Pidana paling sidikit Rp 5.000.000,- lima
juta rupiah dan paling banyak Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah.
121
Hal ini sebagaimana diatur pada Pasal 111 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 tentang Ketenagakerjaan. Yang dimaksud dengan syarat kerja dalam hal ini adalah hak dan kewajiban
pengusaha dan pekerja buruh yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
85
7 Masa berlaku Peraturan Perusahaan hanya untuk 2 dua tahun yang dapat
diperbaharui kembali apa bila ada perubahan sebelum berakhir jangka waktu berlakunya dapat diperlakunya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara
pengusaha dan wakil tenaga kerjaSPSB dan harus mendapatkan pengesahaan dari mentri dan pejabat yang dihunjuk.
8 Dalam satu perusahaan hanya boleh dibuat 1 satu Peraturan Perusahaan
yang berlaku di perusahaan, dan bagi perusahaan yang mempunyai cabang dibuat Peraturan Perusahaan Induk yang berlaku disemua cabang
serta dapat dibuatkan Peraturan Perusahaan turunan yang berlaku di masing- masing cabang sesuai dengan kondisi hubungan industrial masing-masing
cabang. 9
Dalam suatu group perusahaan yang mempunyai Badan Hukum tersendiri, maka Peraturan Perusahaan dibuat oleh masing-masing perusahaan.
Langkah awal dari pembuatan Peraturan Perusahaan yaitu Pengusaha harus menyampaikan naskah rancangan Peraturan Perusahaan kepada tenaga kerja atau
Pengurus Serikat PekerjaSerikat Buruh SPSB perusahaan untuk mendapatkan saran dan pertimbangan. Saran dan Pertimbangan dari wakil Pekerja atau
Serikat PekerjaSerikat Buruh SPSB perusahaan sudah diterima dalam waktu 14 empat belas hari kerja setelah naskah diterima oleh pekerja.
122
Dalam hal Serikat PekerjaSerikat Buruh SPSB atau wakil pekerja telah menyampaikan saran dan pertimbangan, maka pengusaha wajib memperhatikan
122
Pasal 112 ayat 4 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Universitas Sumatera Utara
86
saran dan pertimbangan tersebut dan dalam hal 14 hari wakil pekerja atau Serikat PekerjaSerikat Buruh dapat mengajukan pengesahan peraturan disertai bukti bahwa
pengusa telah meminta saran dari wakil tenaga kerja atau Serikat PekerjaSerikat Buruh SPSB
b. Tata cara Pengesahan Peraturan Perusahaan
1 Pengesahan Peraturan Perusahaan dilakukan oleh : a
Instansi yang membidangi ketenagakerjaan KabupatenKota untuk untuk perusahaan yang terdapat hanya dalam 1 satu Wilayah KabupatenKota.
b Instansi yang membidangi ketenagakerjaan Propinsi untuk perusahaan yang
terdapat lebih dari 1 KabupatenKota dalam 1 Propinsi. c
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan jaminan Sosial untuk perusahaan yang terdapat pada lebih dari 1 satu Propinsi.
2 Permohonan Pengesahaan Peraturan Perusahaan :
Permohonan Pengesahan peraturan perusahaan diajukan rangkap 3 tiga yang telah ditanda tangani oleh pengusaha dengan melampirkan :
a Bukti telah dimintakan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja atau
Serikat PekerjaSerikat Buruh SPSB. b
Mengajukan permohonan tertulis yang memuat identitas perusahaan secara umum, wilayah kerja perusahaan, jumlah tenaga kerja atau Serikat
PekerjaSerikat Buruh SPSB dan masa berlaku Peraturan Perusahaan PP serta pengesahan yang keberapa. Pejabat yang dihunjuk untuk melakukan
pengesahaan atas Peraturan Perusahaan yang diajukan pengusaha wajib
Universitas Sumatera Utara
87
meneliti dan menerbitkan Surat Keputusan Pengesahaan dalam waktu 30 tiga puluh hari sejak diterima permohonan pengesahan oleh pengusaha.
Apabila materi Peraturan Perusahaan yang diajukan oleh pengusaha ditemukan adanya pasal yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku
atau kurangnya kelengkapan, wajib dikembalikan kepada pengusaha untuk diperbaiki dalam waktu 7 tujuh hari untuk dilengkapi atau diperbaiki dalam
waktu 14 empat belas hari.Bagi perusahaan yang mengajukan permohonan peraturan perusahaan tidak memenuhi syarat atau tidak mengajukan
perbaikan yang dimintakan, maka perusahaan yang bersangkutan dianggap belum memiliki peraturan perusahaan. Ketentuan-ketentuan dalam peraturan
Perusahaan yang telah berakhir masa berlakunya tetap berlaku sampai ditanda tanganinya Perjanjian Kerja Bersama PKB atau disahkannya
peraturan perusahaan yang baru dalam hal Perjanjian Kerja Bersama PKB belum mencapai kesepakatan, maka pengusaha wajib mengajukan
permohonan pengesahan pembaharuan peraturan perusahaan. 3
Perubahan materi Peraturan Perusahaan. Dalam hal pengusaha akan mengadakan perubahan ini peraturan perusahaan
dalam waktu tenggang waktu masa berlaku peraturan perusahaan, perubahan tersebut harus didasarkan kesepakatan antara wakil tenaga kerja atau SPSB dan
harus mendapatkan pengesahan kembali dan merupakan bagian yang tidak terpisah dari materi peraturan perusahaan sebelumnya, apabila pengesahan tidak
diajukan oleh pengusaha, maka perubahan tersebut dianggap tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
88
4 Pembaharuan Peraturan Perusahaan.
Pengusaha wajib mengajukan pembaharuan peraturan perusahaan paling lama 30 tiga puluh hari sebelum berakhirnya masa berlakunya masa peraturan
perusahaan untuk mendapatkan pengesahan. Apabila dalam pembaharuan peraturan perusahaan terdapat perubahan materi dari peraturan perusahaan
sebelumnya, maka perubahan materi tersebut harus didasarkan atas kesepakatan antara perwakilan tenaga kerjaSerikat Buruh SPSB.
Perjanjian Perburuhan adalah hasil perundingan antara pihak-pihak yang berkepentingan, maka isinya pada umumnya telah mendekati keinginan buruh dan
majikan. Berbeda dengan peraturan majikan dalam Perjanjian Perburuhan, majikan tidak dapat memasukkan apa saja yang ia kehendaki untuk menekan atau merugikan
buruh. Karena itu perjanjian perburuhan di Negara Barat memainkan peranan yang sangat penting. Hampir tiap peraturan yang mengatur hubungan kerja diberbagai
perusahaan adalah hasil musyawarah antara majikan dan serikat buruh yang bersangkutan.
Di Indonesia perkembangan Perjanjian Perburuhan belum dapat berkembang dengan baik dan lebih condong menguntungkan pihak majikan, dimana majikan
lebih suka mengatur segala sesuatu dalam peraturan majikan, yang pembuatannya tidak memenuhi syarat-syarat yang diminta oleh aturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
89
D. Kerangka Hukum Perjanjian Kerja yang dibuat Perusahaan dan Tenaga
Kerja yang Didaftarkan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan
Dalam rangka melindungi tenaga kerja dari permasalahan perburuhan yang kompleks,
pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Di Indonesia undang-undang tentang Ketenagakerjaan yang berlaku pada saat ini yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 2003. Mengenai perlindungan bagi pekerja
buruh secara umum dalam undang-undang tersebut diatur mengenai perlindungan terhadap penyandang cacat, perlindungan terhadap perempuan, perlindungan
terhadap waktu kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, juga perlindungan dalam hal pengupahan dan dalam hal kesejahteraan.
Demikian pula halnya dalam pembuatan perjanjian kerja juga telah diatur berbagai ketentuan yang mewajibkan pihak pengusaha atau perusahaan memenuhi
berbagai ketentuan yang berlaku, termasuk pula memenuhi berbagai ketentuan yang harus dibuat dalam suatu peraturan perusahaan. Dalam sebuah peraturan pengusaha
wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada PekerjaBuruh PB. Peraturan perusahaan
secara umum berisikan hal-hal sebagai mana termuat dalam uraian dibawah ini :
123
123
Sumber : Dinas Sosial dan Tenagakerja Kota Medan, 2010
Universitas Sumatera Utara
90
TABEL 1 ISI PERATURAN PERUSAHAAN PP PADA UMUMNYA
No. MATERI
URAIAN ISI 1
2 3
1. Identitas Perusahaan
Berisikan nama,alamat badan Hukum,jenis usaha dan atau kedudukannya sebagai kantor pusat atau
kantor cabangperwakilan.
2. Pendahuluan
Memuat latar belakang,maksud dan tujuan pembuatan PP, harapan serta tekad untuk
melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing pihak secara sungguh- sungguh guna kelancaran
dan kemajuan usaha dan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya.
3. Ketentuan umum
Terdiri dari pengertian-pengertian terhadap istilah atau kata yang banyak digunakan didalam batang
tubuh PP untuk mudah dipahami dan dipatuhi bersama.
4. Status dan
Penggolongan Pekerja.
Mengatur tata cara dan persyaratan penerimaan pekerja, status, masa percobaan, macam-macam
dan penggolongan
pekerja, penilaian
dan penghargaan prestasi, keluarga pekerja dan
Fasilitas yang diberikan terhadap keluarga pekerja yang diterima setempat atau yang
diterima dari luar daerah. Usia pekerja paling rendah dan usia pansiun
5. Pengupahan
Dalam pengaturan pengupahan ini antara lain diatur mengenai sistem pengupahan,kenaikan gaji
dan pangkat,tunjangan-tunjangan, premi upah lembur. pengaturan sistem pengupahan, misalnya
sistem upah bersih, atau disamping upah uang diberikan juga dalam bentuk natura sebagai
bagian dari upah.
6. Peraturan Pekerja
Disini dapat diatur tentang: ajam kerja dan waktu kerja, b aturan beregu, c pemindahan dan
fasilitas yang diberikan kepada pekerja yang dipindahkan karena kepentingan perusahaan.
7. Isitirahat
Lamanya istiraharat
tahunan, tata
cara pelaksanaannya,
perseorangan atau
masal.
Universitas Sumatera Utara
91
Fasilitas yang diberikan dalam menjalani cuti panjang, tata cara pelaksanaannya dan fasilitas
yang diberikan.
8. Perlengkapan Kerja
Pakaian kerja, alat-alat kerja, Fasilitas kerja, dalam hal apa dan kapan diberikan, cara
mempertanggung jawabkan. Perlengkapan K3 seperti helm, topi, kacamata, dan sabuk
pengaman.
9. Pendidikan dan
Latihan Diadakan di dalam atau di luar perusahaan,
mengenai tehnis dan atau mengenai manajemen, persyaratan dan pemberian kesempatannya.
10. Perawatan Kesehatan
Bentuk-bentuk perawatan yang diberikan untuk pekerja, keluarga, istri dan jumlah anak yang
ditanggung, usia anak paling tinggi yang ditanggung,
pembiayaan perawatan
atau pengobatan tersebut antara lain :
a Perawan dirumah sakit, b pemeriksaan mata dan pembelian kaca mata, c perawatan gigi, d
biaya bersalin, c Perawan pada dokter spesialis.
11 Fasilitas dan Kesejahteraan
a Perumahan, Transport, beasiswa anak, tugas belajar, hadiah akhir tahun, penghargaan ulang
tahun perusahaan, tunjangan hari raya THR, bperlindungan, jaminan sosial, asuransi, bantuan
hari tua, dan pensiun, c santunan ahli waris dan d hadiah perkawinan, bantuan melahirkan, dan
sumbangan kematian .
12 Peraturan Tata Tertib
Dalam ketentuan ini diatur kewajiban dan larangan bagi pekerja, hubungan atasan bawahan
dan sebaliknya. Tindakan yang dibolehkan dan atau dilarang didalam pekerjaan atau di luar
pekerjaan, misalnya keharusan datang tepat pada waktunya , mentaati perintah atasannya, larangan
meninggalkan pekerajaan sebelum waktunya tanpa izin.
13 Perlindungan Kerja
Diatur pemberian alat-alat perlindungan kerja, kewajiban untuk memakai alat perlindungan kerja
serta sanksinya bilamana alat tersebut dengan sengaja tidak digunakan, dan sebagainya. Di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja K3, menjaga
kebersihan keamanan,
ditentukan tempat-tempat yang tidak boleh merokok.
Universitas Sumatera Utara
92
14 Tindakan Disiplin
a Keluh Kesah Diatur tata cara dan kepada siapa keluh kesah
dapat disampaikan, batas waktu dan prosedur penyelesaiannya. Dalam hal penyelesaian tidak
memuaskan, diatur atasan selanjutnya yang akan menerima dan menyelesaikannya keluh
kesah tersebut.
b PeringatanSkorsing Diatur jenis-jenis peringatan pelanggaran
yang dapat dikenakan surat peringatan. beberapa lama surat peringatan berlaku, dan
akibat selanjutnya terhadap diberikan surat peringatan.
Dibedakan dan
dijelaskan mengenai macam-macam skorsing, masa
berlaku dan akibatnya. Dalam hal apa diberikan
skorsing sebagai
tindakan pencegahan
pengulangan kesehatan
atau penelitian atas tuduhan kesalahan atau dalam
proses permohonan PHK. 15 Pemutusan Hubungan
Kerja PHK Dibuat kualifikasi kesalahan ringan, sedang, dan
berat yang
dapat mengakibatkan
PHK, pemberian kompensasi atas macam-macam
kesalahan tersebut. PHK atas permintaan pekerja dan hak-hak yang dapat diberikan dan besarnya
pemberian dimaksud. PHK karena keadaan perusahaan atau karena adanya kebijakan
pemerintah, diatur kompensasinya.
16 Usia Tua Pensiun
Diatur tata cara, hak dan kewajiban pekerja untuk dapat memperoleh jaminan usia tua pensiun.
kapan dan dapat diperolehnya, bagai mana cara pembayaran jaminan dan manfaatnya.
17 Penutup Meliputi waktu pembuatan, tempat dan tanda
tangan yang membuat atau yang bertangung jawab. Ditandatangani oleh wakil pekerja SP,
sekurang-kurangnya dua orang, sebagai bukti persetujuan,
dengan diberi
catatan telah
menyetujui isi dari PP.
Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, 2010
Universitas Sumatera Utara
93
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa dalam hal hubungan kerja antara tenaga kerja dan pengusaha atau perusahaan harus dibuat dalam bentuk perjanjian
kerja dan peraturan perusahaan dengan memenuhi berbagai persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun demikian, walaupun syarat dan ketentuan isi
dari suatu perjanjian kerja telah diatur dengan ketentuan perundang-undangan, namun tetap saja perjanjian kerja tersebut masih memiliki kelemahan di dalam
penerapannya. Dalam perjanjian kerja yang dibuat secara sukarela dengan tertulis tidak diatur ketentuan yang menguntungkan pekerja, bahkan cenderung merugikan
bagi pekerja, dimana perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja apabila terjadi suatu peristiwa yang merugikan perusahaan tanpa memberikan surat
peringatan maupun hak apapun bagi tenaga kerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam penyusunan perjanjian kerja para
pihak yaitu tenaga kerja dan perusahaan merupakan 2 dua faktor yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan terjadinya sinergi kedua faktor
itu baru perusahaan akan berjalan dengan baik. Namun demikian, dalam praktek terjadinya hubungan hukum dalam bentuk perjanjian kerja antara tenaga kerja dan
dan perusahaan dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja yang terlebih dahulu dipersiapkan oleh perusahaan.
124
Hal ini dapat dilihat dari beberapa Perjanjian Kerja yang diperoleh dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, khususnya terhadap Perjanjian Kerja Waktu
124
Hasil Wawancara dengan Robert Tambunan, Kabid. Hubinsyaker Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, Wawancara Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
94
Tidak Tertentu PKWTT dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT pada perusahaan-perusahaan di Kota Medan. Berdasarkan penelaahan terhadap beberapa