73
C. Kerangka Hukum Perjanjian Kerja dan Peraturan Perusahaan
1. Syarat-syarat dalam Perjanjian Kerja
Apabila membicarakan mengenai kerangka perjanjian kerja tentunya tidak akan terlepas dari adanya syarat-syarat kerja. Oleh karena itu, untuk lebih
memahaminya terlebih dahulu perlu diketahui tentang pengertian syarat-syarat kerja tersebut dan ketentuan yang diatur didalamnya. Perjanjian kerja antara tenaga kerja
dengan perusahaan atau pemberi kerja dalam mengikat hubungan kerja, yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Dalam pembuatan
perjanjian kerja dipersyaratkan atau dibuat atas dasar : 1.
Kesepakatan Kedua belah pihak. 2.
Kemampuan dan kecakapan melakukan perbuatan hukum. 3.
Adanya pekerjaan yang diperjanjikan. 4.
Perjanjian yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
101
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perjanjian kerja memiliki kerangka yang memiliki ciri khas dan berdiri sendiri sui generic. Dalam perjanjian kerja
yang dibuat oleh para pihak tidak dilandasi oleh adanya pekerjaan yang diperjanjikan tersebut bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, maka akan batal demi hukum, sedangkan perjanjian kerja
101
Ketentuan ini sebagaimana diatur pada Pasal 52 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 tentang Ketenagakerjaan. Yang dimaksud dengan kemampuan atau kecakapan adalah para pihak yang
mampu atau cakap menurut hukum untuk membuat perjanjian. Bagi tenaga kerja anak, yang menandatangani perjanjian adalah orang tua atau walinya.
Universitas Sumatera Utara
74
yang dibuat oleh para pihak bertentangan dengan ketentuan yang berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan para pihak, perjanjian tersebut dapat dibatalkan.
102
Dalam pembuatan perjanjian kerja ada empat unsur utama yang wajib dipatuhi, yaitu :
1. Adanya pekerjaan.
2. Adanya upah yang dibayarkan.
3. Adanya perintah.
4. Dilakukan selama waktu tertentu atau tidak tertentu.
Adapun orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian menurut Pasal 1330 KUH Perdata ialah :
1. Orang-orang yang belum dewasa; 2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
3. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang,
dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu.
103
Pengertian suatu hal tertentu mengarah kepada barang yang menjadi
obyek suatu perjanjian. Menurut Pasal 1333 KUH Perdata bahwa “barang yang menjadi obyek suatu perjanjian ini harus tertentu, setidak-tidaknya harus ditentukan
jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan asalkan saja kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan”.
104
Suatu sebab yang halal merupakan syarat yang keempat atau terakhir agar suatu perjanjian sah.
102
Pasal 52 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 tentang Ketenagakerjaan, Ibid ayat 3.
103
Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
104
Pasal 1333d Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
75
Mengenai syarat ini Pasal 1335 KUH Perdata menyatakan bahwa “suatu perjanjian tanpa sebab atau perjanjian yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang
palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”.
105
Dengan sebab bahasa Belanda oorzaak
, bahasa Latin causa ini dimaksudkan tiada lain dari pada isi perjanjian. Jadi, yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian adalah isi
perjanjian itu sendiri. Setiap perjanjian semestinya memenuhi keempat syarat di atas supaya sah.
Perjanjian yang tidak memenuhi keempat syarat tersebut mempunyai beberapa kemungkinan. Jika suatu perjanjian tidak memenuhi dua syarat yang pertama
atau syarat subyektif maka salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan adalah pihak yang tidak
cakap atau pihak yang telah memberikan sepakat secara tidak bebas. Sedangkan perjanjian yang tidak memenuhi syarat obyektif mengakibatkan perjanjian itu batal
demi hukum null and void. Perjanjian semacam ini sejak semula dianggap tidak pernah ada.
106
Oleh karena itu, para pihak tidak mempunyai dasar untuk saling menuntut. Dalam Pasal 52 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “perjanjian kerja dibuat atas
dasar kesepakatan kedua belah pihak, kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan pekerjaan yang
105
Pasal 1335d Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
106
Satiruddin Lubis, Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan
. PPS USU, Medan, hal. 32
Universitas Sumatera Utara
76
diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
107
Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan kesepakatan kedua belah pihak dan kemampuan atau
kecakapan melakukan perbuatan hukum dapat dibatalkan. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
adanya pekerjaan yang diperjanjikan serta pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku batal demi hukum. Berdasarkan syarat-syarat sahnya perjanjian, Asser membedakan bagian perjanjian, yaitu bagian inti wezenlijk
oordeel dan bagian yang bukan inti non wezenlijk oordeel. Bagian inti disebut
esensialia dan bagian non inti terdiri dari naturalia dan aksidentialia.
108
Unsur esensialia adalah unsur perjanjian yang selalu harus ada dalam setiap perjanjian. Tanpa unsur ini perjanjian tidak mungkin ada. Sebagai contoh, dalam
suatu perjanjian jual beli harus ada barang dan harga yang disepakati sebab tanpa barang dan harga perjanjian jual beli tidak mungkin dapat dilaksanakan. Adapun
unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang diatur dalam undang-undang tetapi dapat diganti atau disingkirkan oleh para pihak.
Undang-undang dalam hal ini hanya bersifat mengatur atau menambah regelendaanvullend. Sebagai contoh, dalam suatu perjanjian jual beli dapat diatur
tentang kewajiban penjual untuk menanggung biaya penyerahan. Sedangkan unsur
107
Pasal 52 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 t entang Ketenagakerjaan
108
Satiruddin Lubis, Op.Cit., hal. 32
Universitas Sumatera Utara
77
aksidentialia adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak sebab undang-undang tidak mengatur tentang hal itu. Sebagai contoh, perjanjian jual beli
rumah beserta alat-alat rumah tangga. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa kerangka hukum perjanjian kerja
yang dibuat oleh perusahaan dengan tenaga kerja apabila dilihat dari segi hukum perdata merupakan kesepakatan antara para pihak di dalamnya dan telah memenuhi
syarat sahnya perjanjian. Namun apabila dilihat dari ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan kerangka hukum perjanjian kerja yang dibuat oleh perusahaan
dengan tenaga kerja yang didaftarkan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan apabila dikaitkan dengan ketentuan yang berlaku baik perjanjian PKWT
maupun PKWTT mempunyai cirri khas tertentu. Perjanjian kerja yang dikenal dalam peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan dan dalam praktek hubungan kerja yang berlangsung antara pemberi kerja dengan tenaga kerja khususnya dalam sektor industri antara lain dikenal dengan
nama Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu PKWTT. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT adalah perjanjian yang dibuat antara tenaga kerja
dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang tidak ditentukan kapan berakhir.
109
Secara umum hubungan kerja ini berakhir karena salah satu pihak melanggar janji atau melanggar peraturan yang berlaku atau atas kesepakatan kedua
belah pihak karena keadaan perusahaan.
109
Hasil Wawancara dengan B. Elida Ginting, Kasie. Syaker dan Pengupahan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, Wawancara Juli 2004.
Universitas Sumatera Utara
78
Pengertian perjanjian kerja tertentu atau lebih lazim disebut dengan kesepakatan kerja tertentu ada ditentukan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 05Men1986 yang berbunyi Kesepakatan Kerja Tertentu adalah kesepakatan kerja antara pekerja dengan pengusaha yang diadakan untuk waktu tertentu atau
untuk pekerjaan tertentu.
110
Dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100 MenVI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu disebutkan
bahwa PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu.
111
Sedangkan PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap.
112
Berdasarkan ketentuan tersebut maka jelaslah bahwa PKWT tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. Perjanjian kerja yang dibuat
untuk waktu tertentu lazimnya disebut dengan perjanjian kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap. Status pekerjanya adalah pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak.
Sedangkan untuk perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tidak tertentu biasanya disebut dengan perjanjian kerja tetap atau status pekerjanya adalah pekerja tetap.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis dapat berfungsi sebagai
110
Pasal 1 huruf a Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05Men1986.
111
Pasal 1 huruf a Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100Men VI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu.
112
Pasal 1 huruf b Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100Men VI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu.
Universitas Sumatera Utara
79
bukti awal hubungan kerja terjalin, sebagai pedoman mengenai hak dan kewajiban, dan sebagai salah satu sarana untuk menciptakan ketenangan bekerja dan berusaha,
karena dengan perjanjian tertulis tersebut akan mudah untuk memahami hak dan kewajiban yang telah disepakati bersama dan sebagai pedoman untuk menyelesaikan
perselisihan yang timbul selama hubungan kerja. Bilamana Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT dibuat secara
lisan pengusaha berkewajiban untuk membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang bersangkutan dan sekurang-kurangnya memuat keterangan :
1. Nama dan alamat pekerja.
2. Tanggal mulai bekerja.
3. Jenis Pekerjaan.
4. Besarnya upah.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT dapat dipersyaratkan masa percobaan paling lama tiga bulan dan selama masa percobaan, pengusaha dilarang
membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku.
113
Masa percobaan pekerja harus dicantumkan dalam perjanjian kerja dan untuk perjanjian kerja yang dilakukan
secara lisan, masa percobaan harus diberitahukan kepada yang bersangkutan dan dicantumkan dalam surat pengangkatan pekerja. Apabila tidak dicantumkan dalam
perjanjian kerja atau dalam surat pengangkatan, masa percobaan tersebut dianggap tidak ada.
113
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100MenVI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu.
Universitas Sumatera Utara
80
Disamping Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu PKWTT. Ada pula yang dikenal dengan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu PKWT.
Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau
untuk pekerjaan tertentu.
114
Pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu banyak dilakukan baik antara pengusaha dengan pekerja secara langsung maupun melalui jasa pihak ketiga yang
dikenal dengan sistem outsourching sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor. KEP.101MEN
VI2004, tentang tata cara perijinan perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh. Walaupun aturan tersebut telah diberlakukan namun pada prakteknya di lapangan
menurut pekerjaburuh bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dan merugikan pekerja buruh secara umum, oleh sebab itu pelaksanaan outsourching ini ditentang
oleh pekerjaburuh. Untuk mengatasi praktek-praktek yang tidak sehat itu, dilakukan pembatasan
tentang jenis dan macam pekerjaan apa saja yang dapat dibuat dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT yaitu :
a. Sekali selesai atau sementara sifatnya.
b. Diperkirakan untuk waktu yang tidak lama akan selasai.
c. Bersifat musiman atau berulang kembali.
d. Bukan merupakan kegiatan pokok suatu perusahaan atau hanya merupakan
pekerjaan penunjang.
114
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100MenVI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu.
Universitas Sumatera Utara
81
e. Berhubungan dengan produk baru atau kegiatan baru atau masih dalam
percobaan penjajakan.
115
Disamping hal di atas persyaratan lain yang juga dipenuhi dalam membuat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT, yaitu :
a. Dibuat secara tertulis menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin.
b. Tidak boleh dipersyaratkan adanya masa percobaan.
116
c. Dibuat rangkap tiga, masing-masing untuk pekerja, pengusaha dan instansi
ketenagakerjaan untuk didaftar. d.
Seluruh biaya yang berhubungan dengan pembuatan perjanjian ditanggung oleh pengusaha.
e. Tidak dapat ditarik kembali atau dirubah, kecuali atas persetujuan kedua belah
pihak atau karena alasan-alasan oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk berubah.
Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT dapat dilakukan untuk jenis pekerjaan :
1. Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau
sementara sifatnya.
117
Perjanjian Waktu Tertentu PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya yang penyelesaiannya paling lama 3 tiga
tahun harus : a.
Didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu. b.
Dibuat untuk paling lama 3 tiga tahun. c.
Apabila pekerjaan yang diperjanjikan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT dapat diselesaikan lebih cepat daripada yang diperjanjikan maka
115
Ibid.,
116
Hal ini sebagaimana diatur pada Pasal 58 ayat 1 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 t
entang Ketenagakerjaan.
117
Hal ini sebagaimana diatur pada Pasal 59 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana yang dimaksud dengan pekerjaan yang bersifat tetap adalah pekerjaan yang
sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan dari suatu proses produksi dalam satu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman. Pekerjaan yang bukan musiman
adalah yang tidak tergantung cuaca atau suatu kondisi tertentu. Apabila pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang terus-menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan merupakan bagian dari
suatu proses produksi, tetapi tergantung cuaca atau pekerjaan itu dibutuhkan karena adanya suatu kondisi tertentu maka pekerjaan tersebut pekerjaan musiman yang tidak termasuk pekerjaan yang
tetap sehingga dapat menjadi objek perjanjian kerja waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
82
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT tersebut putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan.
d. Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT yang didasarkan pada
selesainya pekerjaan tertentu harus dicantumkan suatu batas pekerjaan dinyatakan selesai, namun karena kondisi tertentu pekerjaan tersebut belum
dapat diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT setelah melebihi masa tenggang waktu 30 tiga puluh hari
setelah berakhirnya perjanjian kerja.
e. Selama tenggang waktu hari tersebut tidak ada hubungan antara pekerja
dengan pengusaha. 2.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman. Pekerjaan yang bersifat musiman adalah pekerjaan yang
pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca dan hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu, seperti panen dan pemilihan
daun tembakau, panen tebu, pemupukan, dan lain-lain. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT juga dapat dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dan hanya diberlakukan untuk pekerja yang melakukan pekerjaan tambahan dan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu PKWT tersebut tidak dapat dilakukan pembaharuan.
3. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan produk baru. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT dapat dilakukan pada pekerja untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan, serta hanya dapat dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2 dua
tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali paling lama 1 satu tahun dan tidak dapat dilakukan pembaharuan dan hanya boleh diberlakukan bagi pekerja di luar
kegiatan atau pekerjaan yang biasa dilakukan.
118
4. Perjanjian Kerja Harian Lepas.
Perjanjian kerja untuk harian lepas dapat dilakukan kepada pekerja dalam hal sifat pekerjaan :
a. Untuk pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume
pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran pekerja. b.
Lamanya hari kerja dalam 1 satu bulan kurang dari 21 hari c.
Apabila pekerja melaksanakan pekerjaan 21 dua puluh satu hari atau lebih atau selama 3 tiga bulan secara berturut-turut atau lebih maka Perjanjian
Kerja Lepas berubah menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT.
118
Hal ini sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 59 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Perjanjian Kerja dalam hal ini dicatatkan ke instansi yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan.
Universitas Sumatera Utara
83
d. Wajib memuat Perjanjian Kerja harian lepas secara tertulis dengan pekerja.
e. Pengusaha wajib membuat daftar pekerja yang melakukan pekerjaan kerja
lepas tersebut yang memuat sekurang-kurangnya : 1
Nama dan alamat perusahaan atau pemberi kerja. 2
Nama dan alamat pekerja buruh. 3
Jenis pekerjaan yang dilakukan. 4
Besarnya upah dan atau imbalan lainnya. f.
Daftar tersebut diatas disampaikan kepada Instansi yang membidangi ketenagakerjaan selambat-lambatnya 7tujuh hari kerja sejak mempekerjakan
pekerja buruh. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT wajib dicatatkan oleh pengusaha
kepada Instansi yang membidangi ketenagakerjaan kabupatenkota setempat selambat-lambatnya 7 tujuh hari sejak penanda tanganan.
5 Perubahan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT menjadi Perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT Pekerjaan Waktu Tertentu secara hukum dapat berubah menjadi Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak
tertentu dalam hal : a.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT yang tidak dibuat dalam huruf latin dan Bahasa Indonesia.
b. Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT musiman yang tidak
tergantung pada musim tertentu dan dilakukan bukan sebagai pekerjaan tambahan.
c. Bertentangan dengan waktu yang diperjanjikan dalam produk baru.
d. Masa tenggang waktu 30 tiga puluh hari tidak terpenuhi.
e. Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja
buruh dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT dan masih berlaku, maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan bagi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT.
2. Peraturan Perusahaan