Syarat-syarat dalam Perjanjian Kerja

73

C. Kerangka Hukum Perjanjian Kerja dan Peraturan Perusahaan

1. Syarat-syarat dalam Perjanjian Kerja

Apabila membicarakan mengenai kerangka perjanjian kerja tentunya tidak akan terlepas dari adanya syarat-syarat kerja. Oleh karena itu, untuk lebih memahaminya terlebih dahulu perlu diketahui tentang pengertian syarat-syarat kerja tersebut dan ketentuan yang diatur didalamnya. Perjanjian kerja antara tenaga kerja dengan perusahaan atau pemberi kerja dalam mengikat hubungan kerja, yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Dalam pembuatan perjanjian kerja dipersyaratkan atau dibuat atas dasar : 1. Kesepakatan Kedua belah pihak. 2. Kemampuan dan kecakapan melakukan perbuatan hukum. 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan. 4. Perjanjian yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 101 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perjanjian kerja memiliki kerangka yang memiliki ciri khas dan berdiri sendiri sui generic. Dalam perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak tidak dilandasi oleh adanya pekerjaan yang diperjanjikan tersebut bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka akan batal demi hukum, sedangkan perjanjian kerja 101 Ketentuan ini sebagaimana diatur pada Pasal 52 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 tentang Ketenagakerjaan. Yang dimaksud dengan kemampuan atau kecakapan adalah para pihak yang mampu atau cakap menurut hukum untuk membuat perjanjian. Bagi tenaga kerja anak, yang menandatangani perjanjian adalah orang tua atau walinya. Universitas Sumatera Utara 74 yang dibuat oleh para pihak bertentangan dengan ketentuan yang berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan para pihak, perjanjian tersebut dapat dibatalkan. 102 Dalam pembuatan perjanjian kerja ada empat unsur utama yang wajib dipatuhi, yaitu : 1. Adanya pekerjaan. 2. Adanya upah yang dibayarkan. 3. Adanya perintah. 4. Dilakukan selama waktu tertentu atau tidak tertentu. Adapun orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian menurut Pasal 1330 KUH Perdata ialah : 1. Orang-orang yang belum dewasa; 2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; 3. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu. 103 Pengertian suatu hal tertentu mengarah kepada barang yang menjadi obyek suatu perjanjian. Menurut Pasal 1333 KUH Perdata bahwa “barang yang menjadi obyek suatu perjanjian ini harus tertentu, setidak-tidaknya harus ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan asalkan saja kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan”. 104 Suatu sebab yang halal merupakan syarat yang keempat atau terakhir agar suatu perjanjian sah. 102 Pasal 52 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 tentang Ketenagakerjaan, Ibid ayat 3. 103 Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 104 Pasal 1333d Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Universitas Sumatera Utara 75 Mengenai syarat ini Pasal 1335 KUH Perdata menyatakan bahwa “suatu perjanjian tanpa sebab atau perjanjian yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”. 105 Dengan sebab bahasa Belanda oorzaak , bahasa Latin causa ini dimaksudkan tiada lain dari pada isi perjanjian. Jadi, yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri. Setiap perjanjian semestinya memenuhi keempat syarat di atas supaya sah. Perjanjian yang tidak memenuhi keempat syarat tersebut mempunyai beberapa kemungkinan. Jika suatu perjanjian tidak memenuhi dua syarat yang pertama atau syarat subyektif maka salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang telah memberikan sepakat secara tidak bebas. Sedangkan perjanjian yang tidak memenuhi syarat obyektif mengakibatkan perjanjian itu batal demi hukum null and void. Perjanjian semacam ini sejak semula dianggap tidak pernah ada. 106 Oleh karena itu, para pihak tidak mempunyai dasar untuk saling menuntut. Dalam Pasal 52 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “perjanjian kerja dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak, kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan pekerjaan yang 105 Pasal 1335d Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 106 Satiruddin Lubis, Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan . PPS USU, Medan, hal. 32 Universitas Sumatera Utara 76 diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. 107 Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan kesepakatan kedua belah pihak dan kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum dapat dibatalkan. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan adanya pekerjaan yang diperjanjikan serta pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang- undangan yang berlaku batal demi hukum. Berdasarkan syarat-syarat sahnya perjanjian, Asser membedakan bagian perjanjian, yaitu bagian inti wezenlijk oordeel dan bagian yang bukan inti non wezenlijk oordeel. Bagian inti disebut esensialia dan bagian non inti terdiri dari naturalia dan aksidentialia. 108 Unsur esensialia adalah unsur perjanjian yang selalu harus ada dalam setiap perjanjian. Tanpa unsur ini perjanjian tidak mungkin ada. Sebagai contoh, dalam suatu perjanjian jual beli harus ada barang dan harga yang disepakati sebab tanpa barang dan harga perjanjian jual beli tidak mungkin dapat dilaksanakan. Adapun unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang diatur dalam undang-undang tetapi dapat diganti atau disingkirkan oleh para pihak. Undang-undang dalam hal ini hanya bersifat mengatur atau menambah regelendaanvullend. Sebagai contoh, dalam suatu perjanjian jual beli dapat diatur tentang kewajiban penjual untuk menanggung biaya penyerahan. Sedangkan unsur 107 Pasal 52 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 t entang Ketenagakerjaan 108 Satiruddin Lubis, Op.Cit., hal. 32 Universitas Sumatera Utara 77 aksidentialia adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak sebab undang-undang tidak mengatur tentang hal itu. Sebagai contoh, perjanjian jual beli rumah beserta alat-alat rumah tangga. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa kerangka hukum perjanjian kerja yang dibuat oleh perusahaan dengan tenaga kerja apabila dilihat dari segi hukum perdata merupakan kesepakatan antara para pihak di dalamnya dan telah memenuhi syarat sahnya perjanjian. Namun apabila dilihat dari ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan kerangka hukum perjanjian kerja yang dibuat oleh perusahaan dengan tenaga kerja yang didaftarkan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan apabila dikaitkan dengan ketentuan yang berlaku baik perjanjian PKWT maupun PKWTT mempunyai cirri khas tertentu. Perjanjian kerja yang dikenal dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan dalam praktek hubungan kerja yang berlangsung antara pemberi kerja dengan tenaga kerja khususnya dalam sektor industri antara lain dikenal dengan nama Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu PKWTT. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT adalah perjanjian yang dibuat antara tenaga kerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang tidak ditentukan kapan berakhir. 109 Secara umum hubungan kerja ini berakhir karena salah satu pihak melanggar janji atau melanggar peraturan yang berlaku atau atas kesepakatan kedua belah pihak karena keadaan perusahaan. 109 Hasil Wawancara dengan B. Elida Ginting, Kasie. Syaker dan Pengupahan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, Wawancara Juli 2004. Universitas Sumatera Utara 78 Pengertian perjanjian kerja tertentu atau lebih lazim disebut dengan kesepakatan kerja tertentu ada ditentukan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05Men1986 yang berbunyi Kesepakatan Kerja Tertentu adalah kesepakatan kerja antara pekerja dengan pengusaha yang diadakan untuk waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. 110 Dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100 MenVI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu disebutkan bahwa PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu. 111 Sedangkan PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. 112 Berdasarkan ketentuan tersebut maka jelaslah bahwa PKWT tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazimnya disebut dengan perjanjian kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap. Status pekerjanya adalah pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak. Sedangkan untuk perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tidak tertentu biasanya disebut dengan perjanjian kerja tetap atau status pekerjanya adalah pekerja tetap. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis dapat berfungsi sebagai 110 Pasal 1 huruf a Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05Men1986. 111 Pasal 1 huruf a Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100Men VI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu. 112 Pasal 1 huruf b Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100Men VI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu. Universitas Sumatera Utara 79 bukti awal hubungan kerja terjalin, sebagai pedoman mengenai hak dan kewajiban, dan sebagai salah satu sarana untuk menciptakan ketenangan bekerja dan berusaha, karena dengan perjanjian tertulis tersebut akan mudah untuk memahami hak dan kewajiban yang telah disepakati bersama dan sebagai pedoman untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul selama hubungan kerja. Bilamana Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT dibuat secara lisan pengusaha berkewajiban untuk membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang bersangkutan dan sekurang-kurangnya memuat keterangan : 1. Nama dan alamat pekerja. 2. Tanggal mulai bekerja. 3. Jenis Pekerjaan. 4. Besarnya upah. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT dapat dipersyaratkan masa percobaan paling lama tiga bulan dan selama masa percobaan, pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku. 113 Masa percobaan pekerja harus dicantumkan dalam perjanjian kerja dan untuk perjanjian kerja yang dilakukan secara lisan, masa percobaan harus diberitahukan kepada yang bersangkutan dan dicantumkan dalam surat pengangkatan pekerja. Apabila tidak dicantumkan dalam perjanjian kerja atau dalam surat pengangkatan, masa percobaan tersebut dianggap tidak ada. 113 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100MenVI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu. Universitas Sumatera Utara 80 Disamping Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu PKWTT. Ada pula yang dikenal dengan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu PKWT. Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. 114 Pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu banyak dilakukan baik antara pengusaha dengan pekerja secara langsung maupun melalui jasa pihak ketiga yang dikenal dengan sistem outsourching sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor. KEP.101MEN VI2004, tentang tata cara perijinan perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh. Walaupun aturan tersebut telah diberlakukan namun pada prakteknya di lapangan menurut pekerjaburuh bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dan merugikan pekerja buruh secara umum, oleh sebab itu pelaksanaan outsourching ini ditentang oleh pekerjaburuh. Untuk mengatasi praktek-praktek yang tidak sehat itu, dilakukan pembatasan tentang jenis dan macam pekerjaan apa saja yang dapat dibuat dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT yaitu : a. Sekali selesai atau sementara sifatnya. b. Diperkirakan untuk waktu yang tidak lama akan selasai. c. Bersifat musiman atau berulang kembali. d. Bukan merupakan kegiatan pokok suatu perusahaan atau hanya merupakan pekerjaan penunjang. 114 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100MenVI2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu. Universitas Sumatera Utara 81 e. Berhubungan dengan produk baru atau kegiatan baru atau masih dalam percobaan penjajakan. 115 Disamping hal di atas persyaratan lain yang juga dipenuhi dalam membuat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT, yaitu : a. Dibuat secara tertulis menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. b. Tidak boleh dipersyaratkan adanya masa percobaan. 116 c. Dibuat rangkap tiga, masing-masing untuk pekerja, pengusaha dan instansi ketenagakerjaan untuk didaftar. d. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pembuatan perjanjian ditanggung oleh pengusaha. e. Tidak dapat ditarik kembali atau dirubah, kecuali atas persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk berubah. Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT dapat dilakukan untuk jenis pekerjaan : 1. Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya. 117 Perjanjian Waktu Tertentu PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya yang penyelesaiannya paling lama 3 tiga tahun harus : a. Didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu. b. Dibuat untuk paling lama 3 tiga tahun. c. Apabila pekerjaan yang diperjanjikan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT dapat diselesaikan lebih cepat daripada yang diperjanjikan maka 115 Ibid., 116 Hal ini sebagaimana diatur pada Pasal 58 ayat 1 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 t entang Ketenagakerjaan. 117 Hal ini sebagaimana diatur pada Pasal 59 Undang-Undang No.13 Tahun. 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana yang dimaksud dengan pekerjaan yang bersifat tetap adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan dari suatu proses produksi dalam satu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman. Pekerjaan yang bukan musiman adalah yang tidak tergantung cuaca atau suatu kondisi tertentu. Apabila pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang terus-menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan merupakan bagian dari suatu proses produksi, tetapi tergantung cuaca atau pekerjaan itu dibutuhkan karena adanya suatu kondisi tertentu maka pekerjaan tersebut pekerjaan musiman yang tidak termasuk pekerjaan yang tetap sehingga dapat menjadi objek perjanjian kerja waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara 82 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT tersebut putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan. d. Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT yang didasarkan pada selesainya pekerjaan tertentu harus dicantumkan suatu batas pekerjaan dinyatakan selesai, namun karena kondisi tertentu pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT setelah melebihi masa tenggang waktu 30 tiga puluh hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. e. Selama tenggang waktu hari tersebut tidak ada hubungan antara pekerja dengan pengusaha. 2. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman. Pekerjaan yang bersifat musiman adalah pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca dan hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu, seperti panen dan pemilihan daun tembakau, panen tebu, pemupukan, dan lain-lain. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT juga dapat dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dan hanya diberlakukan untuk pekerja yang melakukan pekerjaan tambahan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT tersebut tidak dapat dilakukan pembaharuan. 3. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT dapat dilakukan pada pekerja untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan, serta hanya dapat dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2 dua tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali paling lama 1 satu tahun dan tidak dapat dilakukan pembaharuan dan hanya boleh diberlakukan bagi pekerja di luar kegiatan atau pekerjaan yang biasa dilakukan. 118 4. Perjanjian Kerja Harian Lepas. Perjanjian kerja untuk harian lepas dapat dilakukan kepada pekerja dalam hal sifat pekerjaan : a. Untuk pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran pekerja. b. Lamanya hari kerja dalam 1 satu bulan kurang dari 21 hari c. Apabila pekerja melaksanakan pekerjaan 21 dua puluh satu hari atau lebih atau selama 3 tiga bulan secara berturut-turut atau lebih maka Perjanjian Kerja Lepas berubah menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT. 118 Hal ini sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 59 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Perjanjian Kerja dalam hal ini dicatatkan ke instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan. Universitas Sumatera Utara 83 d. Wajib memuat Perjanjian Kerja harian lepas secara tertulis dengan pekerja. e. Pengusaha wajib membuat daftar pekerja yang melakukan pekerjaan kerja lepas tersebut yang memuat sekurang-kurangnya : 1 Nama dan alamat perusahaan atau pemberi kerja. 2 Nama dan alamat pekerja buruh. 3 Jenis pekerjaan yang dilakukan. 4 Besarnya upah dan atau imbalan lainnya. f. Daftar tersebut diatas disampaikan kepada Instansi yang membidangi ketenagakerjaan selambat-lambatnya 7tujuh hari kerja sejak mempekerjakan pekerja buruh. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT wajib dicatatkan oleh pengusaha kepada Instansi yang membidangi ketenagakerjaan kabupatenkota setempat selambat-lambatnya 7 tujuh hari sejak penanda tanganan. 5 Perubahan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT Pekerjaan Waktu Tertentu secara hukum dapat berubah menjadi Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak tertentu dalam hal : a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT yang tidak dibuat dalam huruf latin dan Bahasa Indonesia. b. Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT musiman yang tidak tergantung pada musim tertentu dan dilakukan bukan sebagai pekerjaan tambahan. c. Bertentangan dengan waktu yang diperjanjikan dalam produk baru. d. Masa tenggang waktu 30 tiga puluh hari tidak terpenuhi. e. Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja buruh dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT dan masih berlaku, maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan bagi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT.

2. Peraturan Perusahaan

Dokumen yang terkait

Akibat Hukum Akuisisi Terhadap Perjanjian Tenaga Kerja

7 108 119

Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

9 108 156

Penyederhaan Prosedur Perizinan Bagi Tenaga Kerja Asing Ditinjau Dari Hukum Ketenagakerjaan

3 85 123

EKSISTENSI DAN AKIBAT HUKUM PASAL 1266 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA EKSISTENSI DAN AKIBAT HUKUM PASAL 1266 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DALAM PERJANJIAN TERHADAP DEBITUR YANG TIDAK AKTIF DALAM MELAKSANAKAN PERJANJIAN.

0 4 13

TINJAUAN HUKUM MENGENAI KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA YANG DIBUAT OLEH DEWAN KARYAWAN DENGAN PIHAK PERUSAHAAN DIKAITKAN DENGAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA YANG TERKENA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA AKIBAT KECELAKAAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 1

Tinjauan Yuridis Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan (Studi terhadap Perjanjian Kerja Bersama yang Didaftarkan pada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur) - Ubaya Repository

0 0 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

0 0 30

Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

0 0 17

PERJANJIAN PERKAWINAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ISLAM

0 1 99