Usia Akseptor KB Pendidikan Akseptor KB

Tabel 5.1.5 b Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Budaya Akseptor KB Tidak Memilih Implant di Puskesmas Melur Pekanbaru Tahun 2008 No Sosial Budaya f 79.1 1 Berpengaruh positif 55 60.4 2 Berpengaruh negatif 36 39.6 Total 91 100

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB tidak memilih implant sebagai alat kontrasepsi di Puskesmas Melur Pekanbaru ditemukan sebagai berikut :

5.2.1 Usia Akseptor KB

Pada penelitian ini sebagian besar responden berusia diatas 35 tahun 44 dan minoritas responden berusia kurang dari 20 tahun 22. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartanto 2002, secara umum pada usia kurang dari 20 tahun, kemungkinan memiliki kontraindikasi medis terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Berbeda dengan diusia lebih dari 30 tahun, kemungkinan memiliki kontraindikasi akan lebih besar dan dapat mengakibatkan timbulnya efek samping dan komplikasi. Demikian juga dengan pendapat Wulansari 2007, faktor usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokan metode kontrasepsi tertentu. Ibu sebelum memutuskan untuk penggunaan jenis kontrasepsi apa yang ingin dipakainya, tentu harus disesuaikan dengan kondisi ibu pada saat itu dan seberapa besar ibu mengetahui tentang kontrasepsi tersebut. Universitas Sumatera Utara

5.2.2 Pendidikan Akseptor KB

Dalam penelitian ini lebih banyak responden berpendidikan SLTP 39 responden 42,9, dan lebih sedikit responden berpendidikan AkademikPerguruan tinggi 3 responden 3,2. Hal ini sejalan dengan pendapat Wulansari 2007, Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi seseorang untuk memutuskan berKB namun juga mempengaruhi orang tersebut untuk memilih jenis apa yang digunakannya. Memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa wanita yan berpenidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil risiko yang terkait dengan sebagian metode kontrasepsi. Demikian juga dengan pendapat Siagian menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi keinginannya untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Penggunaan pengetahuan akan meningkatkan pemahaman seseorang terhadap sesuatu objek yang tentu saja akan mempengaruhi persepsinya terhadap objek tertentu. Dan hal ini juga didukung dengan pendapat Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa seorang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai permintaan demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Ekonomi Akseptor KB