Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah utama yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya Laju Pertumbuhan Penduduk LPP. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa penduduk akan terus bertambah selama jumlah kelahiran melebihi dari jumlah yang meninggal ditambah dengan migrasi masuk. BKKBN, 2004 Indonesia adalah negara yang berkembang. Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia juga tidak luput dari masalah laju pertumbuhan penduduk. Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 tercatat jumlah penduduk Indonesia adalah 178.500.000 jiwa, kemudian pada sensus penduduk tahun 2000 Indonesia memiliki 205.843.000 jiwa dan pada sensus penduduk terakhir tahun 2004 jumlah penduduk Indonesia meningkat menjadi 217.854.000 jiwa. Penyebaran jumlah penduduk tidak merata, penduduk Inonesia banyak berdiam di Pulau Jawa dan Sumatra. BPS, 2004 Khusus untuk pulau Sumatera, Riau tercatat sebagai provinsi memiliki jumlah penduduk terpadat ke empat. Pada tahun 2003 penduduk provinsi Riau 4.413.432 jiwa dan meningkat tajam tahun 2004 menjadi 4. 491.393 jiwa. Ini disebabkan Riau berkembang pesat sebagai provinsi yang memiliki industri- industri dan pabrik-pabrik besar. BPS, 2004 Universitas Sumatera Utara 2 Apalagi Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi Riau yang kini berkembang menjadi pusat bisnis, pendidikan dan budaya sehingga kota pekanbaru memiliki penduduk terpadat di provinsi Riau dengan jumlah penduduk 666.902 jiwa pada sensus tahun 2003 dan meningkat menjadi 693.912 jiwa pada sensus tahun 2004. BPS, 2004 Besarnya jumlah penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya budaya, pendidikan, perkawinan pertama, menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi. Berdasarkan Visi dari program keluarga berencana KB yaitu mewujudkan keluarga berkualitas pada tahun 2015 yang diwujudkan melalui keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri mempunyai jumlah anak yang ideal, berwawasan, bertanggung jawab, harmonis, bertaqwa kepada Tuhan YME, sedang Misinya adalah pemberdayaan dan pergerakkan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan kemandirian, ketahanan keluarga dan berkualitas perusahaan pelayanan, meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan gender dalam pelaksanaan program KB Nasional, Mempersiapkan pengembangan sumber daya manusia potensial sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut. BKKBN 2002 KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan meggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan. Salah satu alat kontrasepsi metode hormonal adalah implant. Rustam, 1998 Universitas Sumatera Utara 3 Implant adalah salah satu kontrasepsi yang memiliki tingkat efektifitas yang cukup tinggi, metode kontrasepsi hormonal degan metode jangka panjang 5 tahun dan bersifat reversible dimana efek perdarahan lebih ringan tidak menaikkan tekanan darah resiko terjadi kehamilan ektopik lebih kecil dibandingkan dengan alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR serta efektif di gunakan pada wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen. Maka dengan kondisi tersebut seharusnya minat akseptor dengan pilihan alat kontrasepsi ini banyak. Hanifa, 1999 Implant adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif; hampir 100 efektif mencegah kehamilan. Penelitian Silvin, 1988; Darney et al, 1990 menunjukkan bahwa pada tahun ke-1 dan ke-2, terjadi sebanyak 0,2 kehamilan per 100 wanita selama tahun pemakaian. Pada tahun ke-3, angka kehamilan pada pemakaian implant adalah 0,9 per 100 wanita selama tahun pemakaian, dan selama tahun ke-4 dan ke-5, angka kehamilan 0,5 dan 1,1 per 100 wanita selama tahun pemakaian. Everett, 2008 Riset menunjukkan bahwa 80 siklus menstruasi wanita kembali ke normal atau ke pola sebelum uji coba dalam 3 bulan Edwards dan Moore, 1999 yang menggambarkan reversibilitas implant. Data yang di peroleh dari dinas kesehatan Pekanbaru tahun 2007, Pasangan usia subur PUS 124.345 dengan jumlah akseptor KB aktif 87.531 orang, dimana akseptor KB yang menggunakan Metode Operatif PriaMetode Operatif Wanita berjumlah 2466 orang 2,56. Implant 4.520 orang 5,16, suntik 35.662 orang 40,74, IUD 14.316 orang 16,36, pil 26.512 orang Universitas Sumatera Utara 4 30,29. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah akseptor KB implant lebih sedikit dibandingkan dengan alat kontrasepsi suntik, IUD, dan pil. Bedasarkan data yang diperoleh dari puskesmas melur tahun 2006, peserta KB aktif berjumlah 1213 orang, yang mana tidak ada akseptor yang memilih implant sebagai alat kontrasepsi di Puskesmas melur 0, dan tahun 2007 akseptor KB berjumlah 1036 orang, yang mana pada tahun ini juga tidak ada yang mengunakan implant sebagai alat kontrasepsi 0 sedangkan fasilitas implant tersedia di puskesmas melur. Sebagai alat kontrasepsi, mengingat keuntungan yang diperoleh yaitu efek perdarahan lebih ringan dan terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain seperti IUD dan KB suntik, angka tersebut sangat bertolak belakang. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang ”FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB TIDAK MEMILIH IMPLANT SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS MELUR PEKANBARU TAHUN 2008”.

1.2 Pertanyaan Penelitian