2001. Sementara, Kotler dan Armstrong 1992 menyatakan bahwa konsumen akan memilih produk yang menghasilkan kepuasan yang tertinggi dan keinginan
konsumen tersebut akan menjadi permintaan jika didukung oleh daya beli . Menurut Rahardja dan Manurung 2001, kurva permintaan merupakan
tempat titik yang masing-masing menggambarkan tingkat maksimum pembelian dengan harga tertentu cateris paribus. Kurva permintaan memiliki slope negatif
dari kiri atas ke kanan bawah, dimana jika terjadi penurunan harga akan menambah jumlah komoditi yang diminta Nicholson, 2001.
2.4 Elastisitas Penawaran
Elastitas penawaran adalah suatu nilai untuk mengetahui ukuran ketanggapan komoditas yang ditawarkan terhadap perubahan harga komoditas
tersebut Samuelson dan Nordhaus, 2003. Penawaran suatu barang dikatakan elastis jika perubahan harga menyebabkan perubahan yang cukup besar pada
jumlah yang ditawarkan. Sebaliknya penawaran dikatakan inelastis jjika perubahan jumlah yang ditawarkan hanya sedikit ketika terjadi perubahan harga.
Faktor utama yang dapat mempengaruhi elastisitas penawaran adalah kemudahan- kemudahan yang menyebabkan produksi dalam industri dapat ditingkatkan.
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi elastisitas penawaran adalah rentang waktu yang ada.
2.5 Penelitian Terdahulu
Suryono 1991 dalam tesisnya membahas tentang Analisis Perdagangan Kopi Indonesia di Pasar Dalam Negeri dan Internasional secara umum membahas
13
struktur kopi Indonesia serta penawaran dan permintaan kopi di dalam negeri. Alat analisis yang digunakannya berupa dua macam Model Ekonometrika yaitu
Model Sistem Persamaan Simultan dan Model Regresi Linear Berganda. Perubahan nilai tukar mata uang asing dan kebijakan devaluasi diduga
berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia maupun penawaran kopi di dalam negeri. Faktor-faktor tertentu dari sisi produksi seperti produktivitas lahan
pertanaman kopi, gangguan keadaan alam, dan stok kopi pada tahun sebelumnya, ternyata mempengaruhi ekspor kopi Indonesia namun tidak berpengaruh terhadap
penawaran kopi domestik. Disamping itu dari sisi permintaan, faktor jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat Indonesia juga tidak mempengaruhi ekspor
kopi Indonesia. Dari ketiga hal tersebut dapat dikatakan bahwa kopi yang di produksi oleh Indonesia lebih ditujukan untuk kegiatan ekspor. Akan tetapi,
Indonesia dalam mengekspor kopi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomi, seperti keamanan, kondisi politik dan pemogokan, dibandingkan
dengan faktor-faktor ekonomi. Corry 2002, dalam skripsinya membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran ekspor dan aliran perdagangan kopi Indonesia. Pada penelitiannya digunakan analisi model ekonometrika untuk menganalisis peubah-
peubah yang berpengaruh terhadap ekspor kopi di dalam penelitian ini meliputi produksi kopi domestik, harga riil kopi domestik, harga riil ekspor kopi, nilai
tukar rupiah terhadap dollar US serta lag volume ekspor kopi tahun sebelumnya. Kesimpulan hasil penelitiannya menyatakan bahwa hampir semua
peubah yang terdapat dalam model memiliki pengaruh positif terhadap jumlah penawaran ekspor, hanya peubah harga riil domestik yang memiliki nilai negatif.
14
Penelitian ini juga membahas mengenai aliran perdagangan kopi Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor dengan menggunakan model gravity dimana produk
impor berdasarkan faktor-faktor ekonomi dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan negara tujuan ekspor kopi Indonesia.
Penelitian mengenai perdagangan kopi Indonesia di pasar dalam negeri dan internasional dilakukan oleh Darmansyah 1986 dengan menggunakan model
regresi. Dalam penelitiannya mengkaji daya saing kopi Indonesia di pasar internasional dan integrasi pasar kopi Indonesia di pasar internasional, baik
horizontal maupun vertikal. Diperoleh hasil bahwa Indonesia mempunyai daya saing dari segi produksi kopi jenis Robusta dibanding negara-negara produsen dan
eksportir kopi lainnya dan integrasi pasar horizontal antara Indonesia dengan negara-negara produsen kopi lainnya kurang baik, terdapat kecenderungan bahwa
naiknya harga kopi negara lain diikuti dengan turunnya harga kopi Indonesia.
15
III. KERANGKA TEORITIS