IV. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu time series. Data deret waktu meliputi
data tahunan selama 18 tahun 1988-2005. Semua data yang dikumpulkan berasal dari Badan Pusat Statistik, Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian,
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia AEKI, Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta literatur dari lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian
ini.
4.2 Model Ekonometrika
4.2.1 Model Respons Produksi PD
t
= α
+ α
1
HD
t
+ α
2
HP
t
+ α
3
LL
t
+ α
4
D + ε
t
4.1
Dimana : α
= konstanta persamaan respon produksi kopi α
1
= koefisien regresi persamaan respon produksi kopi i = 1, 2, 3, 4 PD
t
= volume jumlah produksi kopi domestik ton HD
t
= harga domestik Rpkg HP
t
= harga pupuk Rp LL
t
= luas lahan kopi hektar D = peubah dummy, sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1
ε
t
= kesalahan pengganggu persamaan respon produksi kopi t
= periode ke-t
4.2.2 Model Permintaan Domestik QD
t
= +
1
HD
t
+
2
HS
t
+
3
Pop
t
+ εt
4.2 Dimana :
= konstanta persamaan permintaan domestik kopi = koefisien regresi persamaan permintaan domestik kopi i = 1, 2, 3, 4
22
QD
t
= volume jumlah permintaan domestik kopi ton HD
t
= harga domestik kopi RpKg HS
t
= harga barang substitusikakao RpKg Pop
t
= jumlah penduduk tahun ke-t ε
t
= kesalahan pengganggu persamaan permintaan domestik kopi t
= periode ke-t
4.2.3 Model Penawaran Ekspor X
t
= +
1
X
t-1
+
2
HD
t
+
3
HX
t
+
4
D + ε
t
4.3
Dimana : = konstanta persamaan penawaran ekspor kopi
= koefisien regresi persamaan penawaran ekspor kopi i = 1, 2, 3, 4 X
t
= volume jumlah penawaran ekspor kopi ton HX
t
= harga ekspor kopi USton HD
t
= harga domestik kopi RpKg X
t-1
= volume ekspor tahun sebelumnya ton D
= peubah dummy, sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1 ε
t
= kesalahan pengganggu persamaan penawaran ekspor kopi t
= periode ke-t
4.2.4 Persamaan Identitas
PD
t
= QD
t
+ X
t
4.4 Dimana :
PD
t
= respon produksi domestik kopiton QD
t
= permintaan domestik kopi ton X
t
= penawaran ekspor kopi ton
4.3 Identifikasi Model
Identifikasi model dilakukan untuk mengetahui apakah suatu model dapat diduga atau tidak. Model yang digunakan dalam penelitian ini berupa model
persamaan secara simultan. Sebelum menentukan metode regresi persamaan simultan, identifikasi harus diketahui terlebih dahulu. Salah satu cara identifikasi
23
model persamaan simultan adalah dengan menggunakan order condition, sebagai berikut:
K-k ≥
m-1 4.5
Dimana : K
= jumlah peubah eksogen di dalam model simultan k
= jumlah peubah eksogen di dalam persamaan persamaan tertentu m
= jumlah peubah endogen di dalam persamaan persamaan tertentu
Jika K-k m-1, maka persamaan dalam model tidak teridentifikasi under identified, jika Jika K-k = m-1, persamaan dalm model tepat
teridentifikasi exactly identified, dan Jika K-k m-1, maka persamaan dalam model terlalu teridentifikasi over identified.
Model simultan dalam penelitian ini terdiri dari tiga persamaan struktural, yaitu model fungsi respons produksi domestik, model fungsi
permintaan domestik dan model penawaran ekspor. Sedangkan jumlah peubah eksogen dalam model K adalah 8, jumlah peubah eksogen paling banyak dalam
suatu persamaan adalah 4, k maksimum 4, jumlah peubah endogen yang paling banyak dalam suatu persamaan adalah 2, m maksimum 2. Mengikuti rumus
identifikasi model dengan kriteria order condition, maka setiap persamaan pada model persamaan simultan dalam penelitian ini adalah over identified. Teknik
ekonometrika yang dapat digunakan untuk mengestimasi persamaan simultan yang over identified adalah metode Two Stage Least Square 2SLS.
24
Tabel 4.3 Identifikasi Model dengan Order Condition Persaamaan K-k m-1 Kesimpulan
Respon Produksi 4
1 over identified
Permintaan Domestik 5
1 over identified
Penawaran Ekspor 4 1
over identified Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa setiap persamaan pada model persamaan simultan dalam penelitian ini adalah over identified. Teknik
ekonometrika yang dapat digunakan untuk mengestimasi persamaan simultan yang over identified adalah metode Two Stage Least Square 2SLS.
Dimana yang menjadi peubah eksogen yaitu luas lahan, harga pupuk, volume ekspor lag satu tahun sebelumnya, harga substitusi, populasi, harga
ekspor, dummy. Sedangkan yang menjadi peubah endogen yaitu produksi, konsumsi, ekspor, harga domestik.
25
V. GAMBARAN UMUM
5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia
Luas lahan robusta sampai tahun 2006 data sementara sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan TM seluas 878.874 hektar
Tabel 5.1. Keseluruhan data pada tabel menunjukkan bahwa luas areal TM kopi robusta memiliki persentase yang cukup besar terhadap luas lahan kopi robusta
nasional dengan angka rata-rata 67,45 persen. Luas lahan kopi robusta nasional memiliki persentase 92,09 persen terhadap luas lahan kopi nasional.
Tabel 5.1 Persentase Luas TM Kopi Robusta Nasional Terhadap Luas Lahan Kopi Robusta Nasional dan Luas Lahan Kopi Nasional Pada
Tahun 1994-2006 Ha
Tahun Luas TM
Kopi Robusta
Nasional A
Luas Lahan
Kopi Robusta
Nasional B
Luas Lahan
Kopi Nasional
C Persentase
A terhadap
B Persentase
A terhadap
C Persentase
B terhadap
C 1994 756.740
1.073.019 1.140.385 70,52
66,36 94,09
1995 790.600 1.089.171 1.167.511
72,59 67,72
93,29 1996 782.900
1.077.467 1.159.079 72,66
67,55 92,96
1997 779.274 1.079.148 1.170.028
72,21 66,60
92,23 1998 761.127
1.035.346 1.153.369 73,51
65,99 89,77
1999 756.556 1.020.714 1.134.121
74,12 66,71
90,00 2000 815.806
1.153.222 1.260.687 70,74
64,71 91,48
2001 889.549 1.230.576 1.313.383
72,29 67,73
93,70 2002 929.720
1.280.891 1.372.184 72,58
67,75 93,35
2003 873.104 1.195.495 1.294.888
73,03 67,43
92,32 2004 897.691
1.176.744 1.287.160 76,29
69,74 91,42
2005 872.899 1.153.959 1.264.445
75,64 69,03
91,26 2006 878.784 1.161.739 1.263.203
75,64 69,57
91,97 Rata-
rata 829.528 1.132.291 1.229.265
73,00 67,45
92,09
Sumber:Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006. Keterangan: Angka Sementara
26