Produktivitas Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Potensi Kopi Robusta Indonesia

5.2 Produksi Perkebunan Kopi Robusta Indonesia

Tingkat pertumbuhan produksi cukup kecil dengan rata-rata 3,14 persen Tabel 5.3. Pertumbuhan yang cukup kecil ini sebagian besar dikarenakan masih rendahnya kualitas pengolahan kopi robusta khususnya mulai dari masa pra panen. Petani umumnya masih menggunakan teknologi yang sederhana atau tingkat perlakuan pada lahan masih minim. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya insentif harga yang dapat memacu petani untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas mulai dari lahan hingga hasilnya. Produksi kopi robusta di Indonesia dari tahun 1994 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah walaupun ada di antara tahun-tahun tertentu mangalami penurunan dengan jumlah yang tidak signifikan. Jika dilihat dari angka pertumbuhannya, maka penurunan terjadi pada tahun 1995, 1997, 2003, 2004, dan 2005. Sedangkan peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 1998, 2000, dan 2002.

5.3 Produktivitas Perkebunan Kopi Robusta Indonesia

Produktivitas lahan kopi robusta dari tahun 1994 hingga 2006 juga menunjukkan adanya peningkatan dengan persentase rata-rata angka pertumbuhan sebesar 1,67 persen Tabel 5.3. Namun, tingkat produktivitas lahan kopi Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara eksportir kopi utama. Hal ini dikarenakan terbatasnya penggunaan bahan tanam unggul, terlambatnya peremajaan, penanganan panen petik merah, dan pasca panen yang belum memadai. 27 Tabel 5.3 Pertumbuhan Luas Areal TM, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Kopi Robusta Seluruh Indonesia Tahun 1994-2006. Tahun Luas Areal Produksi Produktivitas Total Ha Pertumbuhan Total Ton Pertumbuhan Total TonHa Pertumbuhan 1994 756.740 - 421.387 - 0,56 - 1995 790.600 4,47 417.972 -0,81 0,53 -5,06 1996 782.900 -0,97 421.751 0,90 0,54 1,90 1997 779.274 -0,46 384.042 -8,94 0,49 -9,26 1998 761.127 -2,22 448.485 12,21 0,59 14,76 1999 756.556 -0,60 458.923 2,33 0,61 2,95 2000 815.806 7,83 511.586 11,48 0,63 3,38 2001 889.549 9,04 546.163 6,76 0,61 -2,09 2002 929.720 4,52 656.963 20,29 0,71 15,09 2003 873.104 -6,09 628.273 -4,37 0,72 1,83 2004 897.691 2,82 598.263 -4,78 0,67 -7,38 2005 872.899 -2,76 580.110 -3,03 0,66 -0,28 2006 878.784 0,67 591.417 1,95 0,67 1,27 Rata- rata 829.528 1,24 513.920 3,14 0,62 1,67 Sumber:Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006. Keterangan: Angka Sementara

5.4 Potensi Kopi Robusta Indonesia

Kopi robusta hingga saat ini merupakan jenis kopi yang paling banyak ditanam di Indonesia. Diplihnya kopi robusta sebagai jenis kopi yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia selain karena ketahanannya terhadap penyakit karat daun yaitu mudah dalam pembudidayaannya dibandingkan arabika. Kopi robusta umumnya ditanam di dataran rendah dengan ketinggian tempat 400 sampai dengan 800 meter dpl di atas permukaan laut. Syarat ketinggian lahan produksi ini menuntut suhu udara yang sesuai seperti kopi robusta dapat ditanam di daerah dengan suhu udara yang agak panas. Lahan kopi robusta tidak membutuhkan banyak kadar bahan organic yaitu cukup dengan persentase sebesar 3,5-10,0 persen. Tekstur tanah yang disyaratkan untuk kopi robusta ini pun sederhana yaitu tanah yang gembur. 28 Tabel 5.4 Syarat Tumbuh Kopi Robusta Kriteria Syarat Tumbuh Garis Lintang – 10 LS sampai 0 – 5 LU Tinggi Tempat 400 – 800 m dpl Suhu Udara Rata-rata 30 – 33 C Curah Hujan 2000 – 3000 mmth Jumlah Bulan Kering curah hujan 60 mmbulan 1 – 3 blnth PH 5,5 – 6,5 Bahan Organik Min 2 Kedalaman Tanah Efektif 100 cm Kemiringan tanah 25 Sumber:Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006. Kopi robusta ini telah ditanam oleh para petani hampir di seluruh provinsi dengan daerah penanaman utama meliputi provinsi Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Areal perkebunan robusta mempunyai persentase luas lahan yang lebih besar dibandingkan dengan arabika. Berdasarkan status kepemilikan areal perkebunan kopi robusta di Indonesia terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan besar negara serta perkebunan swasta. Perkebunan rakyat memiliki porsi terbesar dari total luas areal kopi robusta yang ada di Indonesia. Dengan demikian produksi kopi robusta dalam negeri didominasi oleh hasil perkebunan rakyat. Hampir seluruh produksi kopi robusta di seluruh dunia dihasilkan secara kering dan dituntut tidak mengandung rasa asam dari terjadinya fermentasi, untuk mendapatkan rasa lugas neutral taste. Kopi robusta memiliki kelebihan, seperti kekentalan yang lebih dan warna yang kuat. Oleh karena itu, kopi robusta banyak diperlukan untuk bahan campuran blends untuk merek-merek tertentu. Kopi ini banyak digunakan oleh industri sebagai bahan baku untuk kopi serbuk, sehingga hasilnya didapatkan kopi yang memiliki kekentalan dengan warna yang kuat. Negara utama yang merupakan penghasil kopi ini yaitu Indonesia, Pantai Gading, 29 Uganda, Kamerun, Madagaskar, Vietnam dan beberapa Negara lainnya. Namun berdasarkan data AEKI 2006, Kamerun dan Madagaskar saat ini tidak lagi diperhitungkan sebagai negara utama penghasil kopi robusta. Produksi kedua negara ini hanya dapat menghasilkan kopi robusta dalam jumlah yang kecil yaitu sebesar 55 juta kg dan 3 juta kg kopi Robusta.

5.5 Produksi Kopi Robusta Dunia