pada perairan Raja Ampat lebih kompleks sehingga memberikan shear vertikal yang lebih besar dibandingkan dengan perairan selat Ombai maupun Laut Flores
yang memicu proses pencampuran dan pengalihan bahang.
4.3 Difusi Ganda
Difusi ganda memliki peranan yang penting dalam menyebabkan pencampuran air laut mixing, merubah distribusi suhu dan salinitas secara
regional dan membentuk formasi finestructure yang berskala kecil dari variasi vertikal pada suhu dan salinitas Ffield, 2004. Penelitian ini untuk melihat
bagaimana aktivitas difusi ganda di perairan Raja Ampat serta pengaruhnya terhadap pertukaran bahang dalam perairan. Salah satu cara untuk mengetahui
aktivitas difusi ganda adalah dengan sudut Turner.
4.3.1 Sudut Turner
Sudut Turner dipengaruhi oleh perbedaan salinitas dan suhu terhadap kedalaman, semakin besar gradien suhu dan salinitasnya maka semakin besar
aktivitas difusi ganda yang terjadi di perairan tersebut. Untuk penyajian jumlah difusi ganda yang terjadi pada perairan Raja Ampat dibagi menjadi beberapa
kedalaman, yaitu pada lapisan permukaan dengan kedalaman 0 m - 60 m, lapisan haloklin yaitu pada kedalaman 61 m
– 342 m dan pada lapisan dalam yaitu kedalaman lebih dari 342 m.
Gambar 13 menunjukkan jumlah difusi ganda yang terjadi berdasarkan sudut Turner pada kedalaman 0 m
– 60 m dan Gambar 14 merupakan penggambaran nilai sudut Turnernya. Pada kedalaman ini di dominasi oleh
keadaan stabil dengan sudut Turner -45
o
sampai 45
o
dan yang paling sedikit adalah aktivitas Salt fingering lemah. Hal ini dikarenakan pada kedalaman
tersebut pengaruh angin masih besar sehingga pengadukan perairan
menyebabkan suhu maupun salinitas menjadi seragam sampai kedalaman tertentu.
5 10
15 20
25 30
35 40
45
3 4
5 6
Stasiun
Jum la
h
Diffusive Layering Kuat Diffusive Layering lemah
Stabil Salt Fingering Lemah
Salt Fingering Kuat
Gambar 13. Jumlah difusi ganda yang terjadi berdasarkan sudut Turner pada kedalaman 0 m
– 60 m
Nilai Tu pada kedalaman 0 - 60 m Stasiun 3
10 20
30 40
50 60
70 -90
-67.5 -45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Nilai Tu pada kedalaman 0 - 60 m Stasiun 4
10 20
30 40
50 60
70 -90
-67.5 -45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Nilai Tu pada kedalaman 0 - 60 m Stasiun 5
10 20
30 40
50 60
70 -90
-67.5 -45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Nilai Tu pada kedalaman 0 - 60 m Stasiun 6
10 20
30 40
50 60
70 -90
-67.5 -45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Gambar 14. Nilai sudut Turner pada kedalaman 0 – 60 m di masing-masing
stasiun perairan Raja Ampat
Aktivitas diffusive Layering lemah dan diffusive Layering kuat paling banyak terjadi pada stasiun 4 sedangkan aktivitas salt fingering kuat banyak
terjadi pada stasiun 5 dimana stasiun 5 merupakan stasiun yang paling sedikit keadaan stabilnya dibandingkan stasiun lain. Stasiun 3 merupakan stasiun yang
terbanyak keadaan stabilnya sedangkan stasiun 6 merupakan stasiun yang paling sedikit aktivitas difusi gandanya.
Aktivitas difusi ganda yang diamati selanjutnya adalah pada kedalaman 61 m
– 342 m yang merupakan lapisan haloklin Gambar 15 dimana sebagian besar aktivitas difusi ganda yang terjadi adalah aktivitas salt fingering lemah
yaitu sudut Turner dengan nilai 45
o
– 67,5
o
hal ini terjadi pada setiap stasiun walaupun untuk stasiun 4 dan 5 masih didominasi oleh keadaan stabil namun
aktivitas salt fingering lemah pada kedua stasiun ini hampir menyamai keadaan stabil. Kemudian diikuti oleh aktivitas salt fingering kuat yang juga banyak terjadi
pada setiap stasiun dengan jumlah yang merata pada masing-masing stasiun.
20 40
60 80
100 120
140
3 4
5 6
stasiun J
u m
la h
Diffusive Layering Kuat Diffusive Layering lemah
Stabil Salt Fingering Lemah
Salt Fingering Kuat
Gambar 15. Jumlah difusi ganda yang terjadi berdasarkan sudut Turner pada kedalaman 61 m
– 342 m
Untuk penggambaran nilai dari sudut Turner pada kedalaman 61 m – 342 m
ditunjukkan oleh Gambar 16.
Nilai Tu pada kedalaman 61 - 342 m Stasiun 3
50 100
150 200
250 300
350 400
-90 -67.5
-45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Nilai Tu pada kedalaman 61 - 342 m Stasiun 4
50 100
150 200
250 300
350 400
-90 -67.5
-45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Nilai Tu pada kedalaman 61 - 342 m Stasiun 5
50 100
150 200
250 300
350 400
-90 -67.5
-45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Nilai Tu pada kedalaman 61 - 342 m Stasiun 6
50 100
150 200
250 300
350 400
-90 -67.5 -45
-22.5 22.5
45 67.5
90
Gambar 16. Nilai sudut Turner pada kedalaman 61 – 342 m di masing-masing
stasiun perairan Raja Ampat Hal tersebut di atas dapat terjadi karena pada kedalaman ini 61
– 342 m merupakan daerah haloklin dimana perbedaan salinitas terjadi sangat besar
terhadap perbedaan kedalaman, juga dikarenakan pada lapisan ini merupakan tempat pertemuan dua massa air, yaitu massa air yang bersalinitas maksimum
yaitu massa air dari South Pacific Subtropical Water SPSW dan massa air bersalinitas minimum South Pacific Intermediete Water SPIW pada lapisan
dibawahnya. Pembagian massa air di perairan Raja Ampat dapat dilihat pada Gambar 17.
. Gambar 17. Diagram TS karakteristik massa air di perairan Raja Ampat P2O-
LIPI, 2009 Adanya massa air yang bersalinitas maksimum yang berada di atas
massa air bersalinitas minimum memungkinkan untuk terjadinya aktivitas difusi ganda. Menurut Pond dan Pickard 1991 serta Stewart 2003 peristiwa salt
fingering ini terjadi jika ada lapisan air yang hangat dan salin, dan lapisan air dibawahnya lebih dingin serta kurang salin dibandingkan lapisan atasnya,
dimana densitas air yang berada di atas lebih kecil atau sama dengan dibawahnya, maka air yang lebih salin pada peralihan tersebut akan kehilangan
bahangnya menuju ke air yang lebih dingin di bawahnya, bahangnya akan lebih cepat hilang atau berpindah dibandingkan kehilangan garamnya. Jika
perbedaan densitas antara kedua lapisan tersebut kecil, air yang lebih salin di atas akan menjadi lebih berat sehingga akan turun ke lapisan bawahnya yang
lebih dingin dan kurang salin. Lapisan air yang dingin dan kurang salin menerima bahang lebih cepat dibandingkan garam sehingga menjadi lebih ringan
untuk naik ke lapisan atasnya.
Berikutnya adalah aktivitas difusi ganda di perairan dalam dibawah 342 m yang ditunjukkan oleh Gambar 18 dan Gambar 19 di bawah ini.
100 200
300 400
500 600
700 800
3 4
5 6
Stasiun
Ju m
la h
Diffusive Layering Kuat Diffusive Layering lemah
Stabil Salt Fingering Lemah
Salt Fingering Kuat
Gambar 18. Jumlah difusi ganda yang terjadi berdasarkan sudut Turner pada kedalaman 342 m.
Nilai Tu pada kedalaman 342 m Stasiun 3
200 400
600 800
1000 1200
-90 -67.5 -45
-22.5 22.5
45 67.5
90
Nilai Tu pada kedalaman 342 m Stasiun 4
500 1000
1500 2000
2500 -90
-67.5 -45
-22.5 22.5
45 67.5
90
Nilai Tu pada kedalaman 342 m Stasiun 5
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
-90 -67.5
-45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Nilai Tu pada kedalaman 342 m Stasiun 6
200 400
600 800
1000 1200
1400 -90
-67.5 -45
-22.5 22.5
45 67.5
90
Gambar 19. Nilai sudut Turner pada kedalaman 342 m di masing-masing stasiun perairan Raja Ampat
Untuk kedalaman lebih dari 342 m Gambar 18 dan 19 aktivitas salt fingering lemah masih cukup banyak terjadi pada beberapa stasiun yang
diimbangi juga oleh keadaan stabil pada stasiun lainnya, terutama pada stasiun 4 keadaan stabil mendominasi keadaan perairan. Walaupun aktivitas salt fingering
lemah banyak terjadi pada lapisan ini dan bahkan pada stasiun 3 dan 6 jumlahnya mendominasi tetapi jumlah tersebut masih lebih kecil jika
dibandingkan dengan aktivitas salt fingering yang terjadi pada lapisan haloklin 61 m
– 342 m. Pada kedalaman ini jumlah diffusive layering lemah menjadi aktivitas difusi ganda yang paling sedikit di semua stasiun, kemudian diikuti oleh
aktivitas diffusive layering kuat dan salt fingering kuat. Pada kedalaman ini suhu mulai menurun seiring kedalaman dan salinitasnya meningkat seiring
bertambahnya kedalaman, dapat dikatakan kondisi normal perairan.
Gambar 20 merupakan gambaran jumlah aktivitas difusi ganda yang terjadi secara keseluruhan pada perairan Raja Ampat. Secara keseluruhan nilai
sudut Turner yang terbanyak yaitu dalam keadaan stabil, walaupun pada stasiun 3 dan 6 di dominasi oleh keadaan salt fingering lemah namun keadaan stabil
masih lebih banyak terjadi di perairan Raja Ampat. Keadaan salt fingering lemah mencapai 1788 kejadian, aktivitas salt fingering kuat 637 kejadian diikuti oleh
aktivitas diffusive layering kuat 261 kejadian dan yang terendah adalah aktivitas diffusive layering lemah yaitu 231 kejadian.
100 200
300 400
500 600
700 800
900
3 4
5 6
Stasiun J
u m
la h
Diffusive Layering Kuat Diffusive Layering lemah
Stabil Salt Fingering Lemah
Salt Fingering Kuat
Gambar 20. Jumlah difusi ganda yang terjadi berdasarkan sudut Turner pada setiap stasiun
Untuk melihat nilai sudut Turner terhadap kedalaman perairan di masing- masing stasiun perairan Raja Ampat ditunjukkan pada Gambar 21.
Nilai Tu Stasiun 3
200 400
600 800
1000 -90
-67.5 -45
-22.5 22.5
45 67.5
90
Nilai Tu Stasiun 4
500
1000
1500
2000 -90
-67.5 -45
-22.5 22.5
45 67.5
90
Nilai Tu Stasiun 5
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
-90 -67.5
-45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Nilai Tu Stasiun 6
200 400
600 800
1000 1200
-90 -67.5
-45 -22.5
22.5 45
67.5 90
Gambar 21. Nilai sudut Turner terhadap kedalaman pada masing-masing stasiun di perairan Raja Ampat.
4.3.2 Alih Bahang Vertikal