Bilangan Richardson Koefisien Difusivitas Eddy Vertikal

pada lapisan permukaan kemudian lebih besar pada kedalaman 80 m – 150 m dan kembali mengecil pada lapisan dibawahnya. Gambar 9. Distribusi melintang frekuensi apung s -1 di perairan Raja Ampat Dari Gambar juga terlihat bahwa nilai frekuensi apung dari satu stasiun ke stasiun lain menunjukkan pola sebaran yang sama namun memiliki kisaran yang berbeda. Stasiun 3 memiliki nilai frekuensi apung berkisar antara 7,3 x 10 -5 s -1 sampai 4,4 x 10 -2 s -1 dengan frekuensi apung tertinggi pada kedalaman 142 m, stasiun 4 berkisar antara 1,73 x 10 -4 s -1 sampai 3,3 x 10 -2 s -1 dengan frekuensi tertinggi berada pada kedalaman 87 m. Stasiun 5 memiliki nilai frekuensi apung tertinggi pada kedalaman 92 m dengan nilai 5,1 x 10 -2 s -1 dan terendah 1,88 x 10 - 4 s -1 . Pada stasiun 6 memiliki kisaran frekuensi apung antara 1,32 x 10 -4 s -1 dan 4,44 x 10 -2 s -1 dengan frekuensi apung tertinggi pada kedalaman 106 m. Profil menegak frekuensi apung pada setiap stasiun dapat dilihat di Lampiran 6.

4.2.3 Bilangan Richardson

Bilangan Richardson merupakan rasio antara frekuensi apung dengan shear vertikal arus suatu perairan. Dari Gambar 10 terlihat bahwa seluruh lapisan air memiliki warna yang seragam dengan nilai kurang dari 0,25. Menurut Emery 2005 dan Muench 2000 intensitas pencampuran yang besar di mulai saat bilangan Richardson turun di bawah 0,25 hingga 1. Artinya pada Gambar 10 seluruh lapisan perairan mengalami pencampuran ditunjukkan dengan warna ungu dan biru yang bernilai dibawah 0,25. Gambar 10. Distribusi melintang bilangan Richardson di perairan Raja Ampat Pada Gambar 10 juga menunjukkan nilai bilangan Richardson yang lebih besar pada kedalaman antara 100 m dan 200 m, walaupun daerah tersebut masih berada di bawah 0,25 namun frekuensi apungnya menekan aktivitas turbulensi lebih besar di lapisan tersebut sehingga memberikan nilai bilangan Richardson yang lebih besar karena semakin besar bilangan Richardson maka pencampuran akan semakin kecil persamaan 4. Pada lapisan permukaan pengaruh gelombang dan angin yang dominan mengaduk lapisan tersebut, sedangkan pada lapisan dalam terjadi pergerakan arus yang besar ditandai dengan nilai shear arus yang besar sehingga memberikan nilai bilangan Richardson yang lebih kecil. Kisaran bilangan Richardson pada masing-masing stasiun adalah sebagai berikut, pada stasiun 3 nilai bilangan Richardson terbesar yaitu 0,0336 yang terdapat pada kedalaman 143 m, pada stasiun 4 bilangan Richardson tertinggi yaitu 0,0405 kemudian pada stasiun 5 kedalaman 111 m memiliki bilangan Richardson tertinggi sebesar 0,0730 dan pada stasiun 6 kisaran bilangan Richardson mencapai 1,4450 pada kedalaman 144 m. Profil menegak bilangan Richardson pada setiap stasiun dapat dilihat di Lampiran 7.

4.2.4 Koefisien Difusivitas Eddy Vertikal

K v Koefisien difusivitas eddy vertikal didapatkan dengan menggunakan parameterisasi dari bilangan Richardson, dimana koefisien difusivitas eddy berbanding terbalik dengan bilangan Richardson. Nilai dari koefisien difusivitas eddy menggambarkan besarnya proses pencampuran akibat turbulensi, semakin besar nilainya maka proses pencampuran akan semakin besar pula. Berdasarkan perhitungan persamaan 6 dan 7 diperoleh hasil sebaran melintang seperti pada Gambar 11. Gambar 11. Distribusi melintang koefisien difusivitas eddy m 2 s perairan Raja Ampat Sebaran melintang dari koefisien difusivitas eddy dari seluruh stasiun menunjukkan pada lapisan permukaan yaitu kedalaman 0 m – 40 m koefisien difusivitas eddy memiliki nilai yang besar hal ini dapat diartikan terjadi pencampuran yang besar karena pengaruh angin yang dominan mencampur lapisan permukaan, kemudian pada lapisan piknoklin nilai koefisien difusivitas eddy mengecil terutama pada stasiun 6 di kedalaman 150 m – 200 m dan kembali membesar pada lapisan di bawah piknoklin, kemudian pada kedalaman dibawah 570 m nilai koefisien eddy kembali mengecil dimana keadaan perairan sudah lebih stabil dari aktivitas pencampuran. Kisaran nilai koefisien difusivitas eddy pada masing-masing stasiun yaitu pada stasiun 3 memiliki kisaran nilai koefisien difusivitas eddy antara 3,234 x 10 -3 m 2 s dan 5,143 x 10 -3 m 2 s, pada stasiun 4 nilai koefisien dfusivitas eddy berkisar 2,967 x 10 -3 m 2 s sampai 0,007201 m 2 s sedangkan kisaran nilai koefisien difusivitas eddy pada stasiun 5 yaitu 5,1 x 10 -3 ms 2 – 2 x 10 -3 m 2 s sedangkan pada stasiun 6 memiliki nilai koefisien terendah yaitu 3,1 x 10 -5 m 2 s dan koefisien tertinggi sebesar 5,122 x 10 -3 m 2 s. Profil menegak Koefisien difusivitas eddy pada setiap stasiun dapat dilihat di Lampiran 8.

4.2.5 Alih Bahang Vertikal