22 Hasil analisis pertumbuhan kecambah kedelai menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak teki berpengaruh terhadap pertumbuhan plumula kedelai pada saat 2 dan 4 hari setelah semai HSS, namun tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan radikula kedelai pada saat 2 dan 4 HSS Gambar 1.3. Ekstrak umbi teki umur 2 bulan setelah tanam dan seluruh bagian teki dari semua umur
memberikan panjang plumula kedelai pada saat 2 HSS yang lebih besar dibandingkan terhadap kontrol. Panjang plumula terbesar pada saat 2 HSS
terdapat pada perlakuan ekstrak seluruh bagian teki umur 2 bulan setelah tanam yaitu sebesar 1.06 cm. Ekstrak tajuk teki umur 2 bulan setelah tanam
menunjukkan panjang plumula kedelai saat 4 HSS lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol. Panjang plumula terbesar pada saat 4 HSS terdapat pada
perlakuan ekstrak tajuk teki umur 1 bulan setelah tanam yaitu sebesar 4.79 cm.
Gambar 1.3 Panjang plumula kecambah kedelai a dan panjang radikula kecambah kedelai b saat 2 dan 4 HSS pada pemberian ekstrak
teki dari bagian dan umur yang berbeda
23
3.4 Pengaruh ekstrak teki terhadap perkecambahan A. gangetica
Pemberian ekstrak teki dari bagian dan umur yang berbeda berpengaruh terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh kecambah, dan indeks vigor
A. gangetica Tabel 1.3. Pemberian ekstrak umbi teki umur 3 bulan setelah tanam
memberikan daya berkecambah biji A. gangetica yang terkecil yaitu sebesar 32, dengan penekanan sebesar 54.72 dibandingkan terhadap kontrol. Kecepatan
tumbuh kecambah dan indeks vigor terendah juga dihasilkan oleh perlakuan ekstrak umbi teki umur 3 bulan setelah tanam, yaitu berturut-turut sebesar
8.96KN etmal
-1
dan 2.19.
Tabel 1.3 Pengaruh pemberian ekstrak teki terhadap perkecambahan A. gangetica
Perlakuan A. gangetica
a
DB
b
K
C
T KN etmal
-1 c
IV
d
Penekanan DB
Kontrol 70.67 ab
29.16 a 7.03 a
− Tajuk teki 1 bulan
62.67 abcd 21.55 ab 5.22 ab
11.32 Tajuk teki 2 bulan
66.67 abc 26.02 a
6.28 a 5.66
Tajuk teki 3 bulan 70.67 ab
23.72 a 5.74 a
0.00 Umbi teki 1 bulan
38.67 cd 13.65 bc
3.31 bc 45.28
Umbi teki 2 bulan 42.67 bcd
13.94 bc 3.38 bc
39.62 Umbi teki 3 bulan
32.00 d 8.96 c
2.19 c 54.72
Seluruh bagian teki 1 bulan 48.00 abcd 14.09 bc
3.42 bc 32.08
Seluruh bagian teki 2 bulan 44.00 bcd 11.19 c
2.73 c 37.74
Seluruh bagian teki 3 bulan 77.33 a 26.29 a
6.37 a 0.00
a
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5;
b
DB = daya berkecambah;
c
K
C
T = kecepatan tumbuh kecambah, KN = kecambah normal;
d
IV = indeks vigor.
Hasil analisis menunjukkan bahwa umbi teki dari semua umur cenderung menekan daya berkecambah A. gangetica yang lebih besar dibandingkan dengan
bagian tajuk teki serta dibandingkan dengan seluruh bagian teki dari semua umur. Hal ini diduga disebabkan oleh senyawa fenol yang teridentifikasi pada umbi teki
dari semua umur, yaitu senyawa 2-furanmethanol yang mampu menekan perkecambahan A. gangetica melalui berbagai mekanisme. Zhao et al. 2010
menyatakan bahwa senyawa fenol pada alelokimia dapat menekan perkecambahan tanaman melalui perubahan permeabilitas membran sel sehingga
proses imbibisi terganggu. Senyawa fenol juga dapat menurunkan aktivitas enzim dan produksi hormon pertumbuhan yang berperan dalam perombakan cadangan
makanan pada proses perkecambahan. Penekanan perkecambahan A. gangetica diduga juga disebabkan oleh senyawa metabolit selain fenol yang teridentifikasi
pada umbi teki dari semua umur, yaitu senyawa furfural Lampiran 8. RIRDC 2006 menyatakan bahwa senyawa furfural merupakan senyawa adjuvant pada
pembuatan herbisida yang memudahkan penetrasi zat penghambat dalam herbisida untuk masuk ke tanaman.
24 Umbi teki umur 3 bulan setelah tanam menekan daya berkecambah
A. gangetica lebih besar dibandingkan umbi umur 1 dan 2 bulan setelah tanam
diduga karena teridentifikasi mengandung senyawa metabolit selain fenol yang di antaranya berasal dari golongan ester, steroid, serta asam palmitat Lampiran 8.
Elezabeth dan Arumugam 2014 juga berhasil mengidentifikasi beberapa senyawa metabolit selain fenol dari teki dengan pengekstrak ethanol, di antaranya
golongan linolenic acid, stearic acid, palmitic acid, sesquiterpene, serta senyawa ester. Menurut Ferguson et al. 2003, senyawa ester merupakan salah satu
senyawa yang dapat menekan pertumbuhan gulma dan berpotensi dikembangkan sebagai herbisida. Macias et al. 1997, Khanh et al. 2006, dan Ripardo et al.
2012 menyatakan bahwa steroid memiliki potensi alelopati dan mampu menghambat perkecambahan Mimosa pudica, E. crus-galli, dan Senna obtusifolia.
Khanh et al. 2006, Tomes 2013, serta Geethambigai dan Prabhakaran 2014 juga menyatakan bahwa asam palmitat termasuk salah satu senyawa yang dapat
menghambat perkecambahan E. crus-galli, Lactuca sativa, dan beberapa kultivar padi. Senyawa ester, steroid, serta asam palmitat yang teridentifikasi pada umbi
teki umur 3 bulan setelah tanam termasuk senyawa penyusun alelokimia teki yang dapat menekan perkecambahan melalui berbagai mekanisme. Menurut Peng et al.
2004 alelokimia dapat merubah struktur dan fungsi dari protoplasma, sehingga mengganggu proses metabolisme sel tanaman.
Ekstrak tajuk teki umur 3 bulan setelah tanam serta seluruh bagian teki umur 3 bulan setelah tanam tidak menunjukkan penekanan pada daya
berkecambah A. gangetica, bahkan ekstrak seluruh bagian teki umur 3 bulan setelah tanam mampu meningkatkan daya berkecambah A. gangetica. Hal ini
menunjukkan bahwa selain mampu menekan perkecambahan, alelokimia juga dapat menjadi stimulator pertumbuhan tanaman. Gatti et al. 2010, Farooq et al.
2013, dan Subtain et al. 2014 menyatakan bahwa alelokimia dapat berperan sebagai growth promotor pada tanaman. Rice 1984 berpendapat bahwa senyawa
organik dapat berperan sebagai senyawa penghambat pada konsentrasi yang tinggi, namun sebaliknya pada konsentrasi yang rendah senyawa organik dapat
menjadi stimulator pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan A. gangetica diduga terjadi karena tajuk teki umur 3 bulan setelah tanam dan seluruh bagian teki umur
3 bulan setelah tanam mengandung senyawa phenol,2,6-dimethoxy dalam konsentrasi yang rendah. Zulkarami et al. 2011 menyatakan bahwa senyawa
phenol,2,6-dimethoxy pada konsentrasi 30 dapat bersifat racun bagi tanaman,
namun pada konsentrasi yang lebih rendah yaitu 20 dan 10 dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.
3.5 Pengaruh ekstrak teki terhadap perkecambahan B. alata
Pemberian ekstrak teki berpengaruh terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh kecambah, dan indeks vigor B. alata Tabel 1.4. Pemberian ekstrak
seluruh bagian teki umur 2 bulan setelah tanam memberikan daya berkecambah, kecepatan tumbuh kecambah, dan indeks vigor B. alata yang nyata lebih rendah
dibandingkan terhadap kontrol namun tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap bagian dan umur teki yang lain. Daya berkecambah B. alata pada pemberian