Pengaruh ekstrak teki terhadap perkecambahan kedelai

24 Umbi teki umur 3 bulan setelah tanam menekan daya berkecambah A. gangetica lebih besar dibandingkan umbi umur 1 dan 2 bulan setelah tanam diduga karena teridentifikasi mengandung senyawa metabolit selain fenol yang di antaranya berasal dari golongan ester, steroid, serta asam palmitat Lampiran 8. Elezabeth dan Arumugam 2014 juga berhasil mengidentifikasi beberapa senyawa metabolit selain fenol dari teki dengan pengekstrak ethanol, di antaranya golongan linolenic acid, stearic acid, palmitic acid, sesquiterpene, serta senyawa ester. Menurut Ferguson et al. 2003, senyawa ester merupakan salah satu senyawa yang dapat menekan pertumbuhan gulma dan berpotensi dikembangkan sebagai herbisida. Macias et al. 1997, Khanh et al. 2006, dan Ripardo et al. 2012 menyatakan bahwa steroid memiliki potensi alelopati dan mampu menghambat perkecambahan Mimosa pudica, E. crus-galli, dan Senna obtusifolia. Khanh et al. 2006, Tomes 2013, serta Geethambigai dan Prabhakaran 2014 juga menyatakan bahwa asam palmitat termasuk salah satu senyawa yang dapat menghambat perkecambahan E. crus-galli, Lactuca sativa, dan beberapa kultivar padi. Senyawa ester, steroid, serta asam palmitat yang teridentifikasi pada umbi teki umur 3 bulan setelah tanam termasuk senyawa penyusun alelokimia teki yang dapat menekan perkecambahan melalui berbagai mekanisme. Menurut Peng et al. 2004 alelokimia dapat merubah struktur dan fungsi dari protoplasma, sehingga mengganggu proses metabolisme sel tanaman. Ekstrak tajuk teki umur 3 bulan setelah tanam serta seluruh bagian teki umur 3 bulan setelah tanam tidak menunjukkan penekanan pada daya berkecambah A. gangetica, bahkan ekstrak seluruh bagian teki umur 3 bulan setelah tanam mampu meningkatkan daya berkecambah A. gangetica. Hal ini menunjukkan bahwa selain mampu menekan perkecambahan, alelokimia juga dapat menjadi stimulator pertumbuhan tanaman. Gatti et al. 2010, Farooq et al. 2013, dan Subtain et al. 2014 menyatakan bahwa alelokimia dapat berperan sebagai growth promotor pada tanaman. Rice 1984 berpendapat bahwa senyawa organik dapat berperan sebagai senyawa penghambat pada konsentrasi yang tinggi, namun sebaliknya pada konsentrasi yang rendah senyawa organik dapat menjadi stimulator pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan A. gangetica diduga terjadi karena tajuk teki umur 3 bulan setelah tanam dan seluruh bagian teki umur 3 bulan setelah tanam mengandung senyawa phenol,2,6-dimethoxy dalam konsentrasi yang rendah. Zulkarami et al. 2011 menyatakan bahwa senyawa phenol,2,6-dimethoxy pada konsentrasi 30 dapat bersifat racun bagi tanaman, namun pada konsentrasi yang lebih rendah yaitu 20 dan 10 dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

3.5 Pengaruh ekstrak teki terhadap perkecambahan B. alata

Pemberian ekstrak teki berpengaruh terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh kecambah, dan indeks vigor B. alata Tabel 1.4. Pemberian ekstrak seluruh bagian teki umur 2 bulan setelah tanam memberikan daya berkecambah, kecepatan tumbuh kecambah, dan indeks vigor B. alata yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol namun tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap bagian dan umur teki yang lain. Daya berkecambah B. alata pada pemberian 25 ekstrak seluruh bagian teki umur 2 bulan setelah tanam sebesar 21.33, dengan penekanan sebesar 60.98 dibandingkan terhadap kontrol. Kecepatan tumbuh kecambah dan indeks vigor terendah juga diperoleh pada perlakuan ekstrak seluruh bagian teki umur 2 bulan setelah tanam berturut-turut sebesar 9.40KN etmal -1 dan 2.26. Hal ini diduga disebabkan oleh senyawa fenol yang teridentifikasi pada ekstrak seluruh bagian teki umur 2 bulan setelah tanam, yaitu senyawa 2-methoxy-4-vinylphenol; phenol,2,6-dimethoxy; dan 2-furanmethanol yang mampu menghambat perkecambahan B. alata. Penekanan diduga terjadi karena senyawa fenol tersebut mempengaruhi membran sel biji B. alata sehingga proses imbibisi air dan transport cadangan makanan terganggu. Menurut Blum et al . 1999, penekanan perkecambahan yang disebabkan oleh alelokimia teki terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam pengambilan air atau gangguan osmotik pada jaringan saat perkecambahan dan pertumbuhan biji. Santoso dan Purwoko 2008 menambahkan bahwa gangguan pada proses imbibisi dapat menghambat biji untuk aktif bermetabolisme. Zhao et al. 2010 dan Pebriani et al . 2013 menyatakan bahwa alelokimia, terutama fenol, juga dapat menyebabkan penurunan permeabilitas membran sel sehingga transport hasil perombakan cadangan makanan dari endosperma ke titik tumbuh dapat terganggu. Tabel 1.4 Pengaruh pemberian ekstrak teki terhadap perkecambahan B. alata Perlakuan B. alata a DB b K C T KN etmal -1 c IV d Penekanan DB Kontrol 54.67 a 27.34 a 6.56 a − Tajuk teki 1 bulan 41.33 ab 20.89 ab 5.02 ab 24.40 Tajuk teki 2 bulan 42.67 ab 21.19 ab 5.09 ab 21.95 Tajuk teki 3 bulan 29.33 ab 17.36 ab 4.17 ab 46.35 Umbi teki 1 bulan 33.33 ab 15.84 ab 3.80 ab 39.03 Umbi teki 2 bulan 32.00 ab 14.63 ab 3.51 ab 41.47 Umbi teki 3 bulan 30.67 ab 14.27 ab 3.43 ab 43.90 Seluruh bagian teki 1 bulan 34.67 ab 15.28 ab 3.66 ab 36.58 Seluruh bagian teki 2 bulan 21.33 b 9.40 b 2.26 b 60.98 Seluruh bagian teki 3 bulan 24.00 b 11.86 ab 2.84 ab 56.10 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5; b DB = daya berkecambah; c K C T = kecepatan tumbuh kecambah, KN = kecambah normal; d IV = indeks vigor. Bagian dan umur teki yang menekan perkecambahan B. alata berbeda dengan bagian dan umur teki yang menekan perkecambahan A. gangetica, begitu juga dengan besar penekanan daya berkecambah pada kedua jenis gulma daun lebar tersebut. Ekstrak seluruh bagian teki umur 2 bulan setelah tanam memberikan penekanan terbesar pada perkecambahan B. alata yaitu sebesar 60.98, sedangkan ekstrak umbi teki umur 3 bulan setelah tanam memberikan penekanan terbesar pada perkecambahan A. gangetica yaitu sebesar 54.72. Perbedaan spesies gulma diduga dapat menunjukkan respon yang berbeda terhadap pemberian ekstrak teki. Hamayun et al. 2005 dan El-Rokiek et al. 2010 menyatakan bahwa penekanan perkecambahan yang terjadi dapat berbeda 26 antara ekstrak bagian tanaman yang satu dengan yang lain dan bervariasi pada spesies gulma yang berbeda.

3.6 Pertumbuhan kecambah A. gangetica dan B. alata

Pemberian ekstrak teki dari bagian dan umur yang berbeda tidak berpengaruh terhadap panjang plumula A. gangetica pada saat 2 HSS, namun berpengaruh terhadap panjang plumula A. gangetica pada saat 4 HSS Gambar 1.4. Ekstrak seluruh bagian teki umur 3 bulan setelah tanam memberikan panjang plumula A. gangetica pada saat 4 HSS yang lebih besar dibandingkan terhadap kontrol, yaitu sebesar 1.58 cm. Gambar 1.4 juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teki dari bagian dan umur yang berbeda tidak berpengaruh terhadap panjang radikula A. gangetica pada saat 2 dan 4 HSS. Gambar 1.4 Panjang plumula kecambah A. gangetica a dan panjang radikula kecambah A. gangetica b saat 2 dan 4 HSS pada pemberian ekstrak teki dari bagian dan umur yang berbeda 27 Pemberian ekstrak teki dari bagian dan umur yang berbeda berpengaruh terhadap panjang plumula B. alata pada saat 2 HSS, namun tidak berpengaruh terhadap panjang plumula B. alata pada saat 4 HSS Gambar 1.5. Pengamatan pada saat 2 HSS menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tajuk teki umur 2 dan 3 bulan setelah tanam, umbi teki semua umur, serta seluruh bagian teki semua umur menekan pertumbuhan plumula B. alata. Gambar 1.5 juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teki dari bagian dan umur yang berbeda berpengaruh terhadap panjang radikula B. alata pada saat 2 dan 4 HSS. Pemberian ekstrak umbi teki semua umur serta seluruh bagian teki umur 1 bulan setelah tanam menekan pertumbuhan radikula B. alata pada saat 2 HSS, sedangkan seluruh perlakuan ekstrak teki baik bagian tajuk, umbi, maupun seluruh bagian teki dari semua umur menekan pertumbuhan radikula B. alata pada saat 4 HSS, kecuali ekstrak tajuk teki umur 2 bulan setelah tanam yang memberikan panjang radikula B. alata tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap kontrol. Gambar 1.5 Panjang plumula kecambah B. alata a dan panjang radikula kecambah B. alata b saat 2 dan 4 HSS pada pemberian ekstrak teki dari bagian dan umur yang berbeda