Graf Euler Penentuan Path Terpendek dengan

Definisi 29 Graf bipartite Graf dikatakan bipartite jika dapat dipartisi menjadi dua subhimpunan takkosong 1 dan 2 sehingga setiap sisi di menghubungkan suatu verteks di 1 dengan verteks di 2 . Chartrand Oellermann 1993 9 : v 1 v 3 v 5 v 2 v 4 V 1 V 2 Gambar 23 Graf bipartite. Graf 9 pada Gambar 23 merupakan graf bipartite dengan 1 = 1 , 3 , 5 dan 2 = 2 , 4 . Definisi 30 Graf r-regular Sebuah graf merupakan graf -regular, atau graf regular berderajat , jika setiap verteks pada graf memiliki derajat . Chartrand Oellermann 1993 Graf 4 pada Gambar 11, merupakan graf regular berderajat 3 karena setiap verteks memiliki derajat 3. Definisi 31 Matching Matching pada sebuah graf merupakan subgraf 1-regular, yaitu berupa himpunan sisi- sisi yang tidak adjacent. Chartrand Oellermann 1993 e 5 e 1 e 2 e 4 e 3 v 1 v 3 v 4 v 2 v 5 Gambar 24 Graf dengan matching. = { 1 , 4 } adalah salah satu matching pada graf di Gambar 24. Definisi 32 Matching yang perfect Graf ber-order yang mempunyai matching berkardinalitas 2, maka matching tersebut dikatakan matching yang perfect. Chartrand Oellermann 1993 e 1 e 2 e 3 e 4 v 1 v 3 v 4 v 2 Gambar 25 Graf dengan matching perfect. Graf pada Gambar 25 ber-order 4 dan 1 = { 1 , 3 } merupakan matching berkardinalitas 2, sehingga 1 adalah matching yang perfect. Definisi 33 Matching berbobot minimum Matching berbobot minimum merupakan matching dengan jumlah bobot pada sisinya adalah minimum. Chartrand Oellermann 1993 Ilustrasi matching yang perfect dapat dilihat pada graf Gambar 3, yaitu 2 = 1 , 2 , 3 , 4 dengan bobot 7, 3 = 1 , 4 , 2 , 3 dengan bobot 10. Jadi, 2 adalah matching yang perfect dengan bobot minimum.

2.2 Graf Euler

Leonhard Euler 1707-1783 lahir di Swiss. Ia dipandang sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa. Euler menyumbangkan berbagai penemuan penting di berbagai bidang antara lain kalkulus dan teori graf. Graf Euler merupakan salah satu penemuan Euler yang terkenal di bidang teori graf. Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi yang berkaitan dengan graf Euler yang dipakai dalam karya ilmiah ini. Definisi 34 Lintasan Euler Lintasan Euler adalah lintasan yang melewati semua sisi pada graf 3 tepat satu kali. Karena setiap sisi hanya boleh dilewati satu kali, maka lintasan Euler sering juga disebut trail Euler. Vasudev 2006 Pada Gambar 5 lintasan Euler dari graf 3 salah satunya ialah E L = v 2 e 3 v 3 e 2 v 1 e 1 v 2 e 4 v 4 e 6 v 5 e 5 v 3. Definisi 35 Sirkuit Euler Sirkuit Euler adalah lintasan Euler yang tertutup. Vasudev 2006 Ilustrasi sirkuit Euler bisa dilihat pada Gambar 26. Sirkuit Euler yang diperoleh salah satunya ialah = v 1 e 1 v 3 e 4 v 5 e 3 v 4 e 2 v 3 e 5 v 2 e 6 v 1 . e 3 e 2 e 1 e 6 e 5 e 4 v 1 v 4 v 3 v 2 v 5 Gambar 26 Graf Euler. Definisi 36 Graf Euler Graf yang memiliki sirkuit Euler disebut graf Euler. Vasudev 2006 Ilustrasi graf Euler bisa dilihat pada Gambar 26. Graf pada Gambar 26 merupakan graf Euler, karena graf tersebut memiliki sirkuit Euler. Selanjutnya akan diberikan teorema- teorema yang digunakan sebagai dasar pengerjaan karya ilmiah ini. Teorema 1 Suatu graf merupakan graf Euler jika dan hanya jika setiap verteks pada graf tersebut berderajat genap. Chartrand Oellermann 1993 Teorema 2 Suatu digraf terhubung yang takkosong adalah digraf Euler jika dan hanya jika d + v i = d – v i untuk setiap verteks pada digraf balans. Chartrand Oellermann 1993

2.3 Penentuan Path Terpendek dengan

Algoritme Dijkstra Algoritme Dijkstra dapat digunakan untuk mencari path terpendek atau jarak terpendek pada graf atau digraf atau graf campuran yang tidak berbobot maupun yang berbobot pada graf ber-order . Misalkan diberikan graf berbobot = , dengan himpunan = {1,2,3, … . } dan bobot pada tiap verteksnya taknegatif. Pada setiap langkah dalam algoritme didefinisikan sebuah variabel PARENTv yang menyatakan verteks yang mendahului verteks v pada path terpendek − yang telah diperoleh. Variabel PARENTv diperbaharui jika ditemukan path − yang lebih pendek. Misalkan adalah himpunan semua verteks dari yang jaraknya dengan sudah diketahui. Langkah –langkah pada algoritme Dijkstra untuk menentukan jarak dari ke setiap verteks di sebagai berikut: Langkah 1. Inisialisasikan sebuah verteks awal dengan jarak = 0, ← 0, ← { }, ′ ← − { }, dan jarak verteks lainnya bernilai ∞ untuk semua ∈ − { }, PARENT ← ; jika = 1, maka proses dihentikan; lainnya, proses dilanjutkan. Langkah 2. Untuk setiap ∈ ′ sehingga , ∈ , diperiksa: jika + , maka proses dilanjutkan; lainnya, ← + , dan PARENT ← . Langkah 3. Ditentukan m = min{lv| v ∈ ′ }. Jika ∈ ′ dipilih sebagai verteks dengan = , maka adalah jarak antara dengan , dan +1 ← . Langkah 4. Pembaharuan dan ′ , yaitu ← ∪ +1 , dan ′ ← ′ − +1 . Langkah 5. ← + 1. Jika = − 1, maka berhenti. Jika tidak, kembali ke Langkah 2. Chartrand  Oellermann 1993 Contoh Penggunaan Algoritme Dijkstra Berikut ini contoh penggunaan algoritme Dijkstra pada graf berbobot dan tidak berarah. 10 : 7 6 7 6 8 9 4 7 9 3 6 7 5 10 4 5 1 3 4 8 7 6 2 Gambar 27 Graf berbobot dan tidak berarah. Akan ditentukan jarak terpendek dari satu verteks ke verteks lainnya. Misalkan verteks awalnya adalah verteks = 1, maka dengan algoritme Dijkstra penghitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 akan diperoleh path terpendek dari verteks 1 menuju verteks lainnya. Tabel 1 Penentuan path terpendek dimulai dari verteks = 1 Iterasi l1 l2 l3 l4 l5 l6 l7 l8 Penambahan S ∞,– ∞,– ∞,– ∞,– ∞,– ∞,– ∞,– 1 1 9,1 7,1 5,1 7,1 ∞,– ∞,– ∞,– 4 2 9,1 7,1 – 7,1 13,4 14,4 ∞,– 3 3 9,1 – – 7,1 13,4 14,4 17,3 5 4 9,1 – – – 13,4 13,5 17,3 2 5 – – – – 13,4 13,5 16,2 6 6 – – – – – 13,5 16,2 7 7 – – – – – – 16,2 8 Dari Tabel 1, dapat diketahui beberapa path terpendek dari verteks = 1 ke verteks lainnya. Contohnya path terpendek dari verteks = 1 menuju verteks 6, yaitu path terpendek � 1 = 1 − 4 − 6 dengan jarak 13, untuk path terpendek dari verteks = 1 menuju verteks 8 ialah � 2 = 1 − 2 − 8 dengan jarak 16. 2.4 Penentuan Minimum Bipartite Matching dengan Metode Hungaria Misalkan ada karyawan dan pekerjaan. Notasi = 1,2, … , menunjukkan karyawan ke- dan notasi = 1,2, … , menunjukkan pekerjaan ke- . Jika banyaknya karyawan sama dengan banyaknya pekerjaan, maka dengan mempertimbangkan aspek tertentu seperti pengoptimalan profit keuntungan yang didapat dari penempatan karyawan terhadap pekerjaan dikenal dengan masalah penugasan optimal. Masalah penugasan assignment problem adalah suatu masalah mengenai pengaturan objek untuk melaksanakan tugas, dengan tujuan meminimalkan biaya, waktu, jarak, dan sebagainya ataupun memaksimalkan keuntungan yang salah satu penyelesaiannya menggunakan metode Hungaria. Misalkan graf bipartite, sehingga himpunan karyawan dianggap sebagai 1 dan himpunan pekerjaan sebagai 2 . Misalkan adalah biaya yang diperlukan ketika karyawan ditugaskan untuk menyelesaikan pekerjaan . Untuk mencari solusi dari masalah penugasan optimal yang dinyatakan sebagai graf bipartite adalah dengan menerapkan konsep matching. Tabel 2 memberikan gambaran umum dari model penugasan ini. Tabel 2 Tabel biaya yang berhubungan dengan model penugasan Kar y awa n Pekerjaan 1 2 1 11 12 1 2 21 22 2 1 2 Metode ini dimulai dengan mengurangi setiap elemen pada baris dengan nilai minimum baris tersebut, kemudian setiap elemen kolom dari tabel yang dihasilkan dikurangi dengan nilai minimum kolom tersebut. Tabel biaya yang dihasilkan akan memuat paling sedikit satu nol pada setiap baris dan kolom. Semua elemen tabel yang dihasilkan bernilai taknegatif. Dengan elemen-elemen nol ini akan ditentukan suatu penugasan yang fisibel yaitu pada matriks yang dihasilkan tersebut dapat dipilih tepat 1 nol pada setiap baris dan 1 nol pada setiap kolom. Jika itu mungkin maka penugasan itu optimal, karena elemen-elemen biaya adalah taknegatif dan nilai minimum fungsi tujuan lebih kecil daripada nol sehingga suatu penugasan dengan biaya nol adalah optimum. Jika penugasan yang fisibel pada elemen- elemen nol tidak diperoleh, maka aturan lebih lanjut diperlukan untuk menemukan penugasan yang fisibel. Aturan tersebut diberikan sebagai berikut: 1 Sejumlah minimum garis yang melalui beberapa baris dan kolom digambarkan sedemikian sehingga menutup semua elemen nol. Sejumlah minimum garis yang dibutuhkan adalah sama dengan jumlah maksimum pekerja yang dapat ditugaskan dengan menggunakan elemen nol. 2. Pilih elemen minimum yang tidak tertutupi garis, elemen ini dikurangi dengan setiap baris elemen yang tidak tertutupi garis dan ditambahkan ke setiap elemen yang berada di titik potong antara dua garis. Jika solusi optimum tidak ditemukan dalam langkah di atas, prosedur penggambaran garis tersebut harus diulangi sampai satu penugasan yang fisibel diperoleh. Untuk menyelesaikan masalah penugasan dengan tujuan memaksimumkan, masalah diubah ke masalah meminimumkan sebelum diaplikasikan ke metode Hungaria, yaitu dengan cara mengalikan semua elemen dari matriks penugasan dengan −1. Ravindran et al. 1987. Contoh Penggunaan Metode Hungaria Diberikan tabel biaya sebagai berikut: 1 2 3 1 3 6 8 2 6 4 3 3 1 5 4 Dengan metode Hungaria Lampiran 1 didapatkan Minimum Bipartite Matching pada tabel berikut. 1 2 3 1 3 2 5 3 1 1 Tabel terakhir memberikan biaya minimum yang ditunjukkan dengan elemen nol yang diberi kotak, yaitu elemen 1,2, 2,3, 3,1 sehingga diperoleh minimum dari bipartite matching, yaitu himpunan sisi {{1,2}, {2,3}, {3,1}} dengan total biayanya adalah 6 + 3 + 1 = 10.

2.5 Penentuan Minimum Spanning Tree dengan Algoritme Prim