Analisis kimia nata Analisis sifat kimia

b 10 ml dari laruan ini dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 500 ml dan ditambahkan 10 ml H 2 SO 4 93-98 bebas N. Ditambahkan 5 g campuran Na 2 SO 4 -HgO 20:1 untuk katalisator. c Labu Kjeldahl beserta isinya di didihkan sampai jernih dan dilanjutkan sampai 30 menit lagi. Dinding dalam labu kjeldahl dicuci dengan akuades setelah dingin dan didihkan lagi selama 30 menit d Setelah dingin ditambahkan 140 ml akuades dan ditambahkan 35 ml larutan NaOH-Na 2 S 2 O 3 dan beberapa butir zink e Kemudian dilakukan destilasi, destilat ditampung sebanyak 100 ml dalam erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan jenuh asam borat dan beberapa tetes indikator metil merah. f Larutan yang diperoleh dititrasi dengan 0,02 HCl. g Total N atau presentasi protein dihitung dalam contoh. h Perhitungan jumlah total N : Jumlah N total : ml HCl X N HCl X 14,008 X f mgml ml larutan contoh f = faktor pengenceran besarnya 10

B. Analisis kimia nata

1 Serat Makanan metode enzimatis Sulaeman et al. 1993 Sampel basah dihomogenisasi dan diliofilisasi, kemudian ditepungkan dan diayak dengan saringan 0,3 mm. Sampel diekstrak lemaknya dengan petroleum eter pada suhu kamar selama 15 menit, jika kadar lemaknya melebihi 6-8 . Kemudian sampel ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml 0,1 M buffer natrium fosfat 0,1 M pH 6,0 dan disuspensikan. Setelah itu tambahkan 100 µl termamyl, erlenmeyer ditutup, di inkubasi dalam penangas air 40 o C dan diagitasi selama 60 menit. Kemudian ditambah 20 ml air destilata dan pH-nya diatur menjadi 6,8 dengan NaOH. elektroda dibilas dengan 5 ml air. Ditambahkan 100 mg pankreatin, erlenmeyer ditutup dan diinkubasi dalam penangas 40 o C dan diagitasi selama 60 menit. Kemudian pH diatur menjadi 4,5 dengan penambahan HCl. Setelah itu disaring melalui ”crucible” kering yang telah ditimbang beratnya yang mengandung 0,5 g celite kering berat tepat diketahui kemudian dicuci dengan 2 x 10 ml air destilata. a. Residu serat makanan tidak larut Pertama-tama sampel dicuci dengan 2x10 ml etanol 95 dan 2x10 ml aseton. Setelah itu, dikeringkan pada suhu 105 o C sampai berat tetap sekitar 12 jam, kemudian setelah didinginkan dalam desikator D1 ditimbang. Setelah itu diabukan dalam tanur 150 o C selama paling sedikit 5 jam. setelah didinginkan dalam desikator I1 ditimbang. b. Filtrat serat makanan larut Pertama-tama volume filtrat diatur dengan air sampai 100 ml. Kemudian ditambahkan 400 ml etanol 95 hangat 60 o C dan didiamkan mengendap selama 1 jam. Setelah itu, disaring dengan ”crucible” kering porositas 2 yang mengandung 0,5 gram celite. Selanjutnya dicuci dengan 2x10 ml etanol 78 , 2x10 ml etanol 95 dan 2x10 ml aseton. Kemudian dikeringkan pada suhu 105 o C selama semalam dan ditimbang setelah didinginkan dalam desikator D2. Berikutnya diabukan dalam tanur 550 o C selama paling sedikit 5 jam dan ditimbang setelah didinginkan dalam desikator I2. c. Blanko blanko untuk serat makanan larut dan tidak larut diperoleh dengan cara yang sama, tetapi tanpa sampel B1 dan B2. Nilai blanko sekali-kali perlu diperiksa ulang, apalagi kalau menggunakan enzim dari kemasan baru. Perhitungan ; serat makanan tidak larut = 100 1 1 1 x W B I D − − serat makanan yang larut = 100 2 2 2 x W B I D − − Keterangan : W = berat sampel g D = berat setelah dikeringkan g I = berat setelah diabukan g B = berat blanko bebas serat g 2 Kadar air metode oven AOAC 1995 Prosedur penentuan kadar air adalah sebagai berikut: Cawan kosong yang bersih dikeringkan pada suhu 100 C-102 C selama 15 menit, didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang b. Contoh sebanyak 5g a dimasukan dalam cawan, kemudian dioven pada suhu 100 - 102 C selama 6 jam atau sampai berat konstan. Cawan berisi contoh didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang c. Perhitungan kadar air adalah sebagai berikut :

3.5 Rancangan percobaan dan analisis data