Nata rumput laut Bahan-bahan pembuatan nata rumput laut a

membentuk jaringan yang secara terus-menerus menjadi nata Thimann dan Kenneth 1964.

2.2.1 Nata rumput laut

Nata de cottonii adalah produk yang dibuat dari rumput laut Eucheuma cottonii. Rumput laut ini merupakan rumput laut penghasil karaginan yang mempunyai fungsi sebagai bahan baku industri farmasi, tekstil, cat dan lain-lain selain diolah menjadi berbagai produk pangan seperti cendol, sirup, dodol, manisan, dan puding. Modifikasi produk yang dapat menyajikan bentuk yang lain dari bahan bakunya adalah nata. Rumput laut jenis Eucheuma cottonii merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai media bagi pertumbuhan bakteri pembentuk nata Acetobacter xylinum. Komponen sukrosa yang terdapat di dalam media akan diubah menjadi substansi yang menyerupai gel dan terbentuk di permukaan media oleh bakteri tersebut. Seperti halnya industri nata de coco, maka industri nata rumput laut ini dapat diterapkan pada skala kecil karena peralatan, proses dan teknologi yang sederhana sehingga terjangkau. Nata de cottonii mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik dari nata de coco seperti kandungan lemak 0,23 dan protein 0,57 serta serat makanan 4,5 Isti 2005. Sebagai sumber serat makanan, nata de cottonii mempunyai kadar total serat makanan yang cukup tinggi. Nata rumput laut yang sudah pernah dibuat dari jenis yang lain adalah nata Gracillaria oleh Apit pada tahun 2007.

2.2.2 Bahan-bahan pembuatan nata rumput laut a

Sukrosa Sukrosa atau gula merupakan senyawa organik yang paling ekonomis digunakan dan mudah dicerna di dalam tubuh sebagai kalori. Selain itu sukrosa juga berfungsi sebagai pengawet makanan. Sukrosa merupakan senyawa kimia disakarida yang tergolong ke dalam karbohidrat, mempunyai rasa manis dan larut dalam air Winarno 1991. Sukrosa yang dipakai dalam pembuatan nata pada umumnya adalah gula pasir yang berfungsi sebagai sumber karbon energi. Banyaknya sukrosa yang ditambahkan dalam pembuatan nata de coco bervariasi, salah satunya adalah sebanyak 80 g untuk setiap 1 liter air kelapa suaramerdeka.com. Sukrosa paling baik digunakan bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata. Adapun dari segi warna yang paling baik digunakan adalah sukrosa putih. Sukrosa yang berwarna coklat akan mempengaruhi penampakan nata sehingga kurang menarik. Sukrosa yang berwarna putih akan menghasilkan nata berwarna putih bersih. Saat pembuatan bibit nata de coco, jumlah sukrosa yang ditambahkan adalah 30 g per liter air kelapa yang digunakan Saragih 2004 dan 10 pada pembuatan nata rumput laut, sedangkan dalam pembuatan makanan, sukrosa dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan menurunkan aktivitas air dalam bahan pangan Buckle et al. 1985. Selama pemanasan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa Winarno 1991. Penambahan sukrosa yang berlebih dalam pembuatan nata dapat menyebabkan terganggunya aktivitas bakteri, mengakibatkan banyak sukrosa yang diubah menjadi asam, penurunan pH secara drastis, dan merugikan industri nata. Semakin banyak sukrosa yang ditambahkan, akan semakin banyak sukrosa yang mengalami browning, sehingga warna media semakin gelap karena terperangkap dalam struktur serat nata yang transparan. Penambahan sukrosa yang terlalu sedikit menyebabkan bibit nata menjadi tidak tumbuh normal dan nata yang terbentuk tidak dapat dihasilkan secara maksimal Pambayun 2002. b Dimetil amino fosfat DAP Penggunaan DAP adalah sebagai pengganti ammonium sulfat atau yang biasa dikenal dengan urea. Fungsi DAP sama halnya dengan ammonium sulfat urea yaitu sebagai sumber nitrogen yang merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum. Sumber nitrogen yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat berasal dari nitrogen organik seperti ekstrak yeast dan protein maupun nitrogen anorganik seperti ammonium sulfat dan ammoniun fosfat. Sumber nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya tidak kalah jika dibandingkan dengan sumber nitrogen organik. Kelebihan sumber nitrogen anorganik adalah murah, mudah larut dan selektif bagi mikroorganisme lain. Penambahan sumber nitrogen yang berlebihan dapat menurunkan nilai rendemen dan pH karena adanya ion SO 4 2- yang bersifat asam sehingga aktivitas bakteri terganggu Mashudi 1993. c Asam asetat glasial Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glasial 99,8 . Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan dalam pembuatan nata, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4-5 dibutuhkan jumlah yang banyak sehingga tidak ekonomis. Dosis penggunaan asam asetat dalam pembuatan nata de coco sekitar 5 mlliter air kelapa hingga diperoleh pH 4,0-4,5 Saragih 2004. Pembuatan nata agar menggunakan asam asetat glasial sebanyak 0,75 wv BPPMHP 2005. Digunakannya asam asetat glasial cuka biang karena apabila digunakan cuka dengan konsentrasi lebih rendah, maka asam cuka yang ditambahkan harus lebih banyak sehingga terjadi penambahan volume yang cukup besar. d Starter nata Acetobacter xylinum merupakan starter yang lebih produktif dari jenis starter lainnya. Starter dengan konsentrasi 5-10 vv merupakan konsentrasi yang ideal dalam pembuatan nata. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5 volume media nata goarticles.com. Starter nata adalah bibit nata yang telah diinokulasikan sehingga siap digunakan dalam pembuatan nata. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karena tidak ekonomis. Umumnya starter disiapkan dalam botol sirup yang berwarna jernih sehingga mutu starter dapat di lihat dengan mudah. Biasanya starter siap pakai setelah di inkubasi selama 4-7 hari, tergantung pada kondisi bibit. Bibit yang dipakai adalah biakan bakteri Acetobacter xylinum dalam media air kelapa. Penggunaan biang cair hendaknya hanya lima sampai enam kali peremajaan. Pendinginan starter dapat memperpanjang masa simpan, karena selama pendinginan pertumbuhan mikroba dapat dicegah atau diperlambat Fardiaz dan Wijandi 1985. Aktivitas enzim di dalam sel mikroba menurun dengan semakin menurunnya suhu, akibatnya pertumbuhan sel juga terhambat. Starter yang telah di tambahkan ke dalam medium, massa sel bakteri akan segera menyesuaikan diri dengan lingkungan medium barunya. Tahap ini disebut dengan fase stasioner dimana tidak terjadi perbanyakan diri. Sel-sel bakteri akan memperbesar ukuran dirinya dan menghasilkan berbagai sistem enzim yang diperlukan dalam pertumbuhannya Thimann dan Kenneth 1964. Asam yang dihasilkan oleh salah satu mikroba selama fermentasi biasanya akan menghambat perkembangbiakan mikroba lain. Penurunan nilai pH medium kultur bakteri nata berperan terhadap daya hambat pertumbuhan mikroba pembusuk. Bakteri nata sangat sensitif terhadap pencemaran mikroba. Kontaminan yang kerap mengganggu pertumbuhan bakteri nata adalah kapang terutama Famili Aspergillus dan Penicillum, bakteri batang Famili Bacillus dan kapang berwarna merah. pencemaran mikroba dapai dicegah apabila semua peralatan produksi, bahan dan lingkungan unit usaha dijaga kebersihannya Saragih 2004.

2.2.3 Bakteri pembentuk nata