Waktu dan Tempat Alat Pengumpulan Data

3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kepulauan Karimunjawa terdiri atas gugusan 27 pulau. Posisi geografis Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan adalah 5°40’LS sampai dengan 5°57’LS dan 110°04’BT sampai dengan 110°40’BT. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Laut Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pada bulan Juni sampai Juli 2006. Gambar 1. Peta Daerah Kepulauan Karimunjawa

3.2 Alat

Penelitian ini menggunakan peralatan dan bahan sebagai berikut. Peralatan yang digunakan : 1. Seperangkat Komputer Prosesor Intel Pentium 4 Memori 1 GB RAM Harddisk 80 GB Monitor 15 inch 2. Perangkatan lunak yang digunakan : - ER MAPPER 6.4 - Arc View 3.2 - Arc GIS 9.0

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Pengumpulan Data Primer dan Data Skunder Data yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data dasar yang digunakan untuk membuat data tematik yang diinginkan. Data sekunder merupakan data pelengkap yang dibutuhkan untuk membentuk peta tematik. Sumber data, baik utama maupun penunjang yang diperlukan untuk pemetaan kerentanan terumbu karang adalah sebagai berikut : 3.3.1.1 Data Primer Citra satelit ASTER perekaman 20 Mei 2004 sebagai data utama. 3.3.1.2 Data Sekunder Peta Rupabumi Indonesia skala 1:25000, Peta Topografi Skala 1:50000, Studi pustaka hasil penelitian terdahulu. 3.3.2 Pengolahan Data 3.3.2.1 Pengolahan Data Penginderaan Jauh Satelit Data penginderaan jauh yang digunakan pada penelitian ini adalah data penginderan jauh satelit ASTER tahun 2004. citra satelit tersebut diolah secara digital untuk prosess koreksi radiometri dan geometri citra. Pembuatan komposit warna RGB Red Green Blue untuk dapat memisahkan daerah terumbu karang dengan daerah yang lain seperti darat dan laut, serta transformasi Lyzenga untuk memetakan terumbu karang. 3.3.2.2 Konversi peta analog Hardcopy ke Format Digital Data yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah adalah bebagai peta pendukung seperti Peta Rupabumi skala 1:25000 dan Peta Topografi skala 1:50000. Pemetaan digital pada penelitian ini untuk menghasilkan pata vektor digital dari peta analog hardcopy. Transformasi ke format digital tersebut dilakukan melalui proses Rektifikasi Peta Raster, Digitasi Peta Raster, dan editing serta penyusunan topologi data tersebut. Proses tersebut diuraikan secar rinci pada bagian di bawah ini : a. Transformasi Peta Analog ke Format Digital Transformasi pata analog ke format digital ini dilakukan melalui proses scanning untuk mendapatkan peta raster berwarna. Scanning dilakukan dengan kualitas tinggi yaitu 600 DPI untuk perolehan citra yang baik secara visual. b. Rektifikasi Peta Raster Proses rektifikasi merupakan proses koreksi geometri data raster yang tidak memiliki sistem koordinat agar memiliki sistem koordinat yang sesuai. Proses ini dilakukan secara digital menggunakan software image processing yang mengacu pada sistem koordinat BAKORSURTANAL. Proses ini telah dilakukan pada semua peta yang diadakan. c. Digitasi Peta Raster Digitasi peta raster di lakukan secara visual semi digital dengan teknik on-screen digitize. Data vektor hasil digitasi ini memiliki koordinat sistem yang sesuai dengan peta raster hasil rektifikasi diatas. Digitasi dilakukan pada semua simbol peta yang berupa titik, garis dan area polygon. d. Editing dan Penyusunan Topologi Editing dilakukan pada data vektor untuk penyusunan topologi. Penyusunan topologi atau pemberian kodefikasi pada layer peta hasil digitasi pada bagian ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Penyusunan topologi ini akan dikembangkan lebih lanjut pada bagian penyusunan basis data spasial pada pekerjaan selanjutnya. 3.3.2.3 Pemutakhiran Data Spasial Pemetaan kerentanan terumbu karang dengan satelit ASTER dengan metode pemutakhiran informasi spasial dilakukan dengan model ”raster–vector overlay”. Pemutakhiran informasi spasial tersebut dilakukan dengan model integrasi antara citra hasil klasifikasi digital dan interpretasi citra secara visual. Proses ekstraksi informasi ini dilakukan dengan panduan peta rupabumi digital dan peta pendukung lain, melalui proses pemutakhiran peta map updating yang dilengkapi dengan ”light table effect” untuk mendapatkan hasil pemutakhiran yang akurat. 3.3.3 Survei Lapangan Survei lapangan untuk pemetaan tematik yang dimaksud adalah untuk menguji akurasi dari peta tentatif hasil pengolahan data penginderaan jauh. Survei lapangan ini dilakukan untuk memperbaiki kesalahan dalam interpretasi di laboratorium, mencari informasi spasial objek yang meragukan pada citra dan “plotting” posisi objek penting yang tidak dapat diekstraksi secara langsung pada citra. Jumlah sebaran dan posisi lokasi survei akan dilakukan dengan metode “purposive random sampling” dengan aksesibilitas yang tinggi. Purposive random sampling adalah pengambilan sampling posisi dengan GPS secara acak dan proporsional. Termasuk dalam hal ini adalah survei GPS untuk penentuan posisi dan lokasi objek survei. Survei dilakuan untuk beberapa tujuan yaitu : - Survei lapangan dilakukan untuk mendapatkan lokasi parameter yang tidak terdapat di dalam peta seperti pelabuhan, lokasi industri - Untuk melakukan identifikasi terhadap objek yang dipetakan menggunakan data penginderaan jauh di lapangan. Informasi dan data lapangan tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam pekerjaan re-interpretasi dan editing untuk meningkatkan akurasi dataset yang dihasilkan. Data lapangan akan digunakan juga untuk melengkapi informasi data spasial peta yang akan disajikan. Tracking GPS dilakukan untuk pemetaan jalan tertentu yang penting dan belum terdapat pada peta dan tidak teridentifikasi secara jelas pada citra satelit ASTER. 3.3.4 Penyusunan Basis Data Spasial Semua data spasial dan atribut dari pekerjaan ini akan disusun dalam suatu basis data spasial yang terintegrasi format data spasial dan topologi data akan mengacu kepada ketentuan standart nasional untuk pemetan tematik dalam GIS format. 3.3.5 Analisis Spasial Menggunakan Cell-Base Modelling Pada penelitian ini dilakukan penyajian data spasial dilakukan melalui fungsi analisis berupa digital Image Processin dan Overlay dengan mempergunakn metode Cell Base Modelling. Cell Base Modeling ini merupakan salah satu model dalam aplikasi SIG berbasis grid yang membagi ruang berdasarkan satuan unit sel dengan bentuk dan ukuran yang seragam serta terdistribusi secara sistematis sebagai fungsi permukaan ruang ESRI, 2001. Konsep ini didasarkan pada individual tiap proses dari tiap sel cell processing yang digunakan sebagai sarana untuk menganalisis objek diatas permukaan bumi dimana setiap sel yang dimaksud mewakili bagian dari permukaan bumi. Metode ini juga terdapat fungsi focalmean yang memproses setiap individu tiap sel berdasarkan perhitungan nilai rata-rata yang dihasilkan dari keseluruhan data pada tiap sel yang tersebar dalam sel. Analisis Raster pada dasarnya menampilkan hubungan antar informasi yang akan dijadikan dasar penelitian. Kriteria dan tolak ukurnya parameter- parameter fisik keruangan harus ditentukan terlebih dahulu. Analisis kerentanan terumbu karang dilakukan dengan sistem pembobotan Weighted overlay. Weighted overlay merupakan salah satu terapan dalam cell based modelling yang melibatkan seluruh sel dalam satu data raster secara berurutan dan bersamaan Global Function. Penilaian secara kuantitatif terhadap kerentanan terumbu karang dilakukan dengan skoring dengan faktor pembobot dari setiap parameter yang mempengaruhi kerentanan terumbu karang. Parameter yang paling mempengaruhi atau dominan memiliki pembobot paling besar. Pemberian skor tersebut untuk mengetahui tingkat kerentanan terumbu karang dari tiap parameter secara rinci. Urutan daerah paling rawan sampai aman dari daerah terumbu karang. Gambar 2. Bagan Alir Penelitian Tabel Bobot dan Skoring PARAMETER JARAK SKORING BOBOT 0-200m 7 200m-400m 6 400m-600m 5 600m-800m 4 800m-1000m 3 1000m-1200m 2 Budidaya Perikanan 1200m 1 15 0-250m 5 250m-500m 4 500m-1000m 3 1000m-4000m 2 Garis Pantai 4000m 1 10 0-1000m 7 1000m-2000m 6 2000m-3000m 5 3000m-4000m 4 4000m-5000m 3 5000m-6000m 2 Pemukiman 6000m 1 30 0-500m 5 500m-1000m 4 1000m-1500m 3 1500m-2000m 2 Pelabuhan 2000m 1 15 0-250m 5 250m-500m 4 500m-750m 3 750m-1000m 2 Pariwisata 1000m 1 15 0-250m 5 250m-500m 4 500m-1000m 3 1000m-3500m 2 Jalan 3500m 1 10 0-250m 5 250m-500m 4 500m-1000m 3 1000m-4000m 2 Sungai 4000m 1 5 Jumlah 100 Sumber : Tesis Muhammad Helmi, 2008. Analisis zonasi ekosistem alami pulau kecil dengan pendekatan ekologi lanskap di pulau Karimunjawa dan Kemujan, Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Dengan berbagai modifikasi pada bobot dan skoring dan diskusi dengan para ahli SIG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN