Iskandar 1990 menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan pembangunan kapal yaitu:
1 Penentuan alat tangkap yang digunakan;
2 Penentuan kapasitas kapal berdasarkan kemampuan kapal membawa es;
3 Penenuan panjang lunas, lebar dan dalam kapal;
4 Penentuan pembagian ruang di atas dan di bawah dek; dan
5 Penentuan kekuatan mesin dan perlengkapan lainnya yang diperlukan oleh
sebuah kapal perikanan.
2.2 Konstruksi Kapal
Ketentuan konstruksi kapal kayu di Indonesia ditetapkan melalui Biro Klasifikasi Indonesia Soekarsono, 1995a. Kekuatan konstruksi sebuah kapal
dipengaruhi oleh kemampuan teknis galangan kapal. Hal ini erat hubungannya dengan konstruksi dan pengawasan dari suatu badan yang dipercaya oleh
Pemerintah, dalam hal ini BKI. Kualitas galangan kapal yang membangun kapal perikanan di Indonesia khususnya kapal kayu, masih tradisional dan dikelola
secara perorangan. Tahapan pembangunan kapal dimulai dari pemasangan lunas, linggi
haluan dan buritan, gading-gading, balok geladak, galar, kulit luar dan geladak. Sedangkan bagian-bagian lainnya dapat dikerjakan secara bersamaan atau bagian
yang satu dapat dikerjakan lebih dahulu daripada bagian yang lain Pasaribu, 1985. Namun, cara pemasangan bagian-bagian konstruksi kapal tersebut dapat
berubah-ubah tergantung dari tempat, kemampuan, serta tradisi pembangunan kapal di daerah masing-masing.
Terdapat perbedaan metode pembangunan kapal, khususnya pada pembangunan kapal kayu penangkap ikan yang dibuat secara tradisional dan
modern. Perbedaannya terletak pada cara pengkonstruksian lambungnya. Kapal- kapal kayu penangkap ikan tradisional papan lambungnya di konstruksi terlebih
dahulu kemudian diikuti pemasangan gading-gading frame. Sebaliknya pada pembangunan kapal-kapal kayu penangkap ikan modern, gading-gading
dikonstruksi terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pemasangan lambung kapal Iskandar, 1997.
Secara prinsip konstruksi badan kapal perikanan harus kuat karena kapal perikanan banyak berhubungan dengan kondisi laut, harus menahan berat dan
getaran mesin kapal serta melindungi muatan dan personel yang ada di atas kapal dari lingkungan air di sekitarnya Purba, 2004. Kapal perikanan juga harus
maemiliki kapasitas yang cukup besar dan tetap stabil dalam kondisi apapun. Bentuk kasko kapal sangat berpengaruh terhadap daya tampung stabilitas kapal
ketika berlayar. Rouf 2004 menjelaskan bahwa bentuk kasko kapal perikanan pada bagian haluan berbentuk ”V” bottom Gambar 1, sedangkan pada bagian
tengah hingga buritan terdapat lima variasi bentuk kasko kapal perikanan, yaitu: 1
Round bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat hampir setengah lingkaran Gambar 1;
2 Round flat bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat yang rata pada
bagian bawahnya Gambar 1; 3
”U” bottom, yaitu tipe kasko kapal yang memiliki bentuk seperti huruf ”U” Gambar 1;
4 Akatsuki bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir menyerupai
huruf ”U”, tetapi setiap lekukannya membentuk suatu sudut dan rata pada bagian bawahnya Gambar 1; dan
5 Hard chin bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir sama dengan
Akatsuki bottom, tetapi pertemuan antara lambung kiri dan kanan kapal pada
bagian lunas membentuk suatu sudut seperti dagu Gambar 1.
Gambar 1 Bentuk-bentuk kasko kapal. a.
Tipe ”V” bottom b.
Tipe round bottom c.
Tipe round flat bottom d.
Tipe ”U” bottom e.
Tipe akatsuki bottom f.
Tipe hard chin bottom a
b
c d
e f