gading, balok buritan, dan tutup sisi geladak harus menggunakan jenis kayu yang memiliki massa jenis minimum 0,7 tonm
3
, untuk gading berlapis massa jenis minimum 0,45 tonm
3
, untuk kulit luar balok geladak, galar balok digunakan kayu
dengan berat jenis minimum 0,65 tonm
3
, untuk geladak dan galar bisa digunakan
kayu dengan berat jenis minimum 0,45 tonm
3.
Tabel 2 Kriteria kelas awet KA kayu
No. Keadaan
Kelas Awet I
II III
IV V
1. Selalu berhubungan
dengan tanah lembab 8 th
5 th 3 th
Sangat pendek
Sangat pendek
2. Hanya terbuka terhadap
angin dan iklim, tetapi dilindungi terhadap
pemasukan air dan kelemasan
20 th 15 th
10 th Beberapa
tahun Sangat
pendek
3. Di bawah atap, tidak
berhubungan dengan tanah lembab dan
dilindungi terhadap kelemasan
Tak terbatas
Tak terbatas
Sangat lama
Beberapa tahun
Pendek
4. Seperti point 3 di atas,
tetapi dipelihara dengan baik, selalu dicat dan
sebagainya Tak
terbatas Tak
terbatas Tak
terbatas 20 th
20 th
5. Serangan oleh rayap
Tidak Jarang
Agak cepat
Sangat cepat
Sangat cepat
6. Serangan oleh bubuk
kayu kering Tidak
Tidak Hampir
tidak Tak
seberapa Sangat
cepat
Sumber: Biro Klasifikasi Indonesia 1989
Kayu yang dipergunakan untuk bagian konstruksi utama harus baik, sehat, tidak ada celah, dan tidak ada cacat yang membahayakan. Kayu yang kurang
tahan terhadap perubahan kering dan basah hanya boleh digunakan untuk bagian- bagian di bawah garis air, seperti papan alas. Bagian-bagian konstruksi di atas air
seperti papan samping, geladak, bangunan atas, ambang palka harus dibuat dari kayu yang agak besar kelembabannya. Persyaratan teknis kayu untuk bagian
konstruksi kapal dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Persyaratan teknis kayu bagian konstruksi kapal No.
Penggunaan Persyaratan teknis
Contoh kayu yang lazim digunakan
1. Lunas
Tidak mudah
pecah, tahan binatang laut.
UlinEusideroxylon zwagerii
, Kapur Dryobalanops lanceolata
dan kayu lapis kualitas khusus
2. Gading-gading Kuat, liat, tidak mudah
pecah, tahan binatang laut.
BangkiraiShorea laevifolia
, Bungur Lagerstroemia speciosa
dan Kapur Dryobalanops lanceolata
3. Kulitlambung
Kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang
laut BangkiraiShorea
laevifolia , Bungur
Lagerstroemia speciosa dan Meranti merah Shorea
acuminata
4. Bangunan atas
dan dudukan
mesin Ringan,
kuat, awet,
keras, tidak mudah pecah karena getaran mesin
Kapur Dryobalanops lanceolata
, Meranti merah Shorea acuminata,
Medang Litsea spp., Ulin Eusideroxylon zwagerii
dan Bangkirai Shorea laevifolia
5. Pembungkus
es dan baling- baling
Liat, lunak,
sehingga tidak merusak logam
Lignum vitae , kayu Nangka,
Sawo Manikara kauki dan Bungur Lagerstroemia
speciosa
Sumber: Dumanauw 1982
Fyson 1985 menyatakan bahwa terdapat pertimbangan – pertimbangan prinsip yang harus diperhatikan dengan pemilihan kayu seperti kekuatan, daya
tahan terhadap pembusukan, dan ketersedian dalam mutu, jumlah dan ukuran yang diinginkan. Material kayu membutuhkan kekuatan yang tinggi dan tahan
terhadap serangan organisme laut. Tingkat kekuatan yang tinggi diharapkan dapat memperlama dalam jangka waktu operasi kapal perikanan.
Aspek teknis yang perlu diperhatikan guna memperoleh umur pakai yang lama dari kapal kayu penangkap ikan Pasaribu, 1987 adalah:
1 Sifat fisik dan mekanis dari jenis kayu yang digunakan;
2 Kelayakan desain dan metode konstruksi kapal; dan
3 Pengelolaan dan perawatan kapal
Fyson 1985 menjelaskan bahwa pemilihan material kapal perikanan sangat dipengaruhi oleh:
1 Keahlian galangan kapal, termasuk kemampuan sumberdaya manusia
dan teknologi atau peralatan yang tersedia di galangan; 2
Kemudahan dalam memperoleh bahan; 3
Keuntungan teknis dari tiap material; dan 4
Biaya pembelian bahan material.
2.4 Pembangunan Kapal Perikanan
Kapal perikanan di Indonesia pada umumnya masih dibangun di galangan kapal tradisional. Iskandar dan Novita 2000 menjelaskan bahwa istilah
tradisional tersebut lebih mengarah kepada metode atau cara yang digunakan oleh para pengrajin kapal perikanan dalam mengkonstruksi kapal buatannya, dimana
cara-cara atau metode yang diterapkan merupakan warisan para pendahulunya. Kapal yang menjadi acuan pun adalah kapal yang telah dibuat lebih dahulu dan
telah teruji kemampuannya dalam menjalankan fungsinya sebagai kapal penangkap ikan. Cara pembangunan kapal yang seolah-olah telah menjadi tradisi
turun-temurun inilah yang kemudian memunculkan istilah tradisional di atas. Pembangunan kapal perikanan tradisional dengan bahan kayu di
Indonesia cukup bervariasi, baik dari segi tahapan pembangunan, teknik penyambungan tiap bagian-bagian konstruksi yang dilakukan maupun tingkat
teknologi pembangunannya Iskandar dan Novita, 2000. Banyaknya perbedaan- perbedaan prosedur pembangunan kapal memberikan dampak kelemahan-
kelemahan konstruksi terutama terletak pada metode sambungan Iskandar, 1997. Variasi tingkat teknologi pembangunan kapal perikanan tradisional di beberapa
daerah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Variasi tingkat teknologi pembangunan kapal perikanan tradisional di beberapa daerah di Indonesia
Daerah Tingkat teknologi
Muara Angke, Cirebon, Serang
- Belum dilengkapi oleh perhitungan arsitektur perkapalan serta
gambar desain dan konstruksi kapal -
Pelengkungan papan kulit dengan cara dibakar dan ada yang menggunakan klem clamp
- Kulit kapal dipasang sebelum gading-gading
Pelabuhanratu, Prigi, Kupang
- Belum dilengkapi oleh perhitungan arsitektur perkapalan serta
gambar desain dan konstruksi kapal -
Pelengkungan papan kulit dengan cara dibakar -
Kulit kapal dipasang sebelum gading-gading Tuban, Gresik,
Lamongan, Pemangkat
- Belum dilengkapi oleh perhitungan arsitektur perkapalan serta
gambar desain dan konstruksi kapal -
Pelengkungan papan kulit dengan cara dibakar dan menggunakan klem clamp
- Kulit kapal dipasang sesudah gading-gading
Bungus, Sibolga,
Makassar, Pekalongan,
Bagansiapiapi, Semarang
- Belum dilengkapi oleh perhitungan arsitektur perkapalan serta
gambar desain dan konstruksi kapal -
Pelengkungan papan kulit dengan cara menggunakan klem clamp
- Kulit kapal dipasang sesudah gading-gading
- Di Makassar dan Semarang telah menerapkan metode laminasi
papan kulit lebih dari satu lapis
Sumber: Iskandar dan Novita 2000
2.5 Gading-gading
Gading-gading merupakan struktur rangka dari kapal yang menguatkan bagian lambung kapal dan membentuk badan kapal. Menurut Soegiono 2006,
gading-gading biasa disebut frame. Dengan demikian, maka gading-gading harus kuat dan sambungannya harus minim atau lebih baik lagi jika tanpa sambungan
agar diperoleh kekuatan yang besar Ayuningsari, 2007. Pasaribu 1987 menjelaskan bahwa sistem konstruksi dengan kayu tanpa sambungan akan
memberikan beban konstruksi yang merata. Hal tersebut menjadikan badan kapal secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan gading-gading sebagai rangka kapal
berfungsi dengan baik. Selain itu, dapat menghindari kelemahan-kelemahan sifat kayu yang non-isotropic mempunyai sifat-sifat mekanis tidak sama ke berbagai
arah. Sedangkan sistem konstruksi gading-gading kapal yang menggunakan kayu sambungan akan menimbulkan kelemahan akibat lubang baut dan
mengurangi luas penampang.
Nama gading-gading disesuaikan menurut tempatnya. Gading-gading yang terletak di sekitar haluan disebut gading haluan. Gading yang terletak pada
tempat yang terlebar dari kapal disebut gading besar dan gading yang terletak di sarung poros baling-baling disebut gading kancing. Jumlah gading-gading
disesuaikan dengan ukuran kapal dan diberi nomor urut mulai nol yang dimulai dari belakang.
Gading-gading kapal dibuat dari kayu yang melengkung secara alami. Hal ini akan memperkuat konstruksi kapal karena arah serat kayu tidak ada yang
berpotongan. Kayu yang digunakan pada pembuatan gading-gading berasal dari pohon yang belum cukup tua. Pohon ini memiliki kandungan kayu juvenil yang
cukup besar. Hadikusumo 2000 menjelaskan bahwa apabila suatu sortimen mengandung kayu juvenil yang bercampur dengan kayu dewasa, maka sortimen
tersebut akan mengalami pelengkungan setelah kering. Gading-gading berfungsi untuk menghubungkan papan lambung satu
dengan yang lainnya dan memperkuat papan lambung pada arah melintang yaitu bersama-sama dengan papan lambung menahan tekanan air dari luar dan dari
muatan palka. Gading-gading dapat terdiri dari satu bagian yang disebut gading tunggal dan dapat juga terdiri dari dua bagian yang menempel, disebut gading-
gading ganda. Antar gading kiri dan kanan disatukan di bagian bawah dengan menggunakan wrang. Wrang disambung dengan gading-gading dan lunas
menggunakan baut Ayuningsari, 2007. Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu dapat dilihat seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2 Gading-gading kapal.