1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terumbu karang sering disebut sebagai rain forest di laut sebab luar biasa diversity
dari kehidupan mereka. Sebagai satu dari kehidupan kompleks di dunia, terumbu karang merupakan rumah untuk lebih dari 4000 species ikan yang
berbeda, 700 species dari coral, ribuan tumbuhan-tumbuhan dan hewan – hewan lain ICRAN 2006.
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan tropis terbesar di dunia dengan garis pantai sepanjang lebih dari 95.000 km
2
mengelilingi ±17.000 pulau serta mempunyai luasan terumbu karang ± 51.020 km
2
Burk et al. 2002. Saat ini luasan terumbu karang diperkirakan ± 81 dalam kondisi terancam
keberadaannya Spelding et al. 2001, Fenomena ini terjadi seiring dengan kemajuan kegiatan manusia terutama bidang industri yang menimbulkan berbagai
akses serta berkaitan dengan limbah, aktivitas penangkapan ikan dan global climate change
. Untuk pengelolaan khususnya sumber – sumber terumbu karang, yang
pertama penting mengidentifikasi terumbu karang yang akan dikelola. Sebuah program monitoring dapat menyediakan informasi dari tempat diversity, kondisi
dari syarat habitat – habitat dan perubahan dalam lingkungan. Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana karateristik dari lautan itu
sendiri adalah dengan mempelajari bentukkarateristik dari dasar perairan yang antara lain berupa tipe substrat atau sedimen beserta organisme yang hidupnya
didasar perairan. Perkembangan penelitian mengenai dasar perairan telah banyak dilakukan dimana para peneliti berusaha untuk mencari hubungan antara
parameter di dasar perairan organisme bentos, vegetasi perairan dan ikan demersal berupa hubungan korelasi antara tipe substrat dengan organismenya.
Penelitian – penelitian mengenai habitat terumbu karang telah banyak dilakukan seperti metode klasifikasi habitat menggunakan satelit dan pemotretan
udara telah diterapkan untuk pemetaan habitat terumbu karang Mumby et al. 1997, diacu dalam Walker B.K et al. 2008, metode–metode bathymetri, seperti
side-scan sonar atau survei multibeam tetapi hanya mengungkapkan kehadiran
dari biota terumbu karang. Diskriminasi menggunakan single beam acoustic
sistim dasar laut seperti menggunakan QTC View, telah sukses untuk
membedakan antara tipe dasar Hamilton 2001; Anderson et al. 2002, diacu dalam Walker BK et al. 2008.
Penggunaan metode hidroakustik merupakan salah satu alternatif yang dewasa ini telah dikembangkan untuk mendapatkan informasi tentang klasifikasi
substrat dasar dan vegetasi bawah air, karena keuntungannya yang lebih efektif dan efisien untuk pemantauan dan pemetaan ekosistim air dibandingkan metode
lain seperti pemanfaatan citra satelit dan pemantauan secara konvensional visual sensus.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk melakukan penelitian mengklasifikasikan lifeform karang menggunakan Instrumen Hidroakustik Simrad
EY 60.
1.2 Perumusan Masalah