sistim dasar laut seperti menggunakan QTC View, telah sukses untuk
membedakan antara tipe dasar Hamilton 2001; Anderson et al. 2002, diacu dalam Walker BK et al. 2008.
Penggunaan metode hidroakustik merupakan salah satu alternatif yang dewasa ini telah dikembangkan untuk mendapatkan informasi tentang klasifikasi
substrat dasar dan vegetasi bawah air, karena keuntungannya yang lebih efektif dan efisien untuk pemantauan dan pemetaan ekosistim air dibandingkan metode
lain seperti pemanfaatan citra satelit dan pemantauan secara konvensional visual sensus.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk melakukan penelitian mengklasifikasikan lifeform karang menggunakan Instrumen Hidroakustik Simrad
EY 60.
1.2 Perumusan Masalah
Upaya pelestarian karang telah dilakukan dengan menggabungkan beberapa program secara terpadu, diantaranya pemantauan eksosistim secara
berkala, rehabilitasi ekosistim terumbu karang yang rusak dengan pembuatan artificial reef Clark Edward 1999 dan tranplantasi karang Birkeland. 1997.
Konservasi ekosistim yang masih baik dan pemanfaatan secara berkelanjutan, serta studi – studi lain yang terus dikembangkan.
Airbone dan teknologi remote sensing semakin banyak digunakan untuk monitoring habitat - habitat terumbu karang. Untuk semakin akurat dan peta–peta
dapat diandalkan, kalibrasi dari alogaritma pemetaan dan validasi dari hasil peta- peta adalah penting Green et al. 2000. Bermacam metode – metode survei bentik
telah digunakan untuk validasi seperti visual checks Mazel et al. 2003 Line Intercept Andrefouet et al. 2003, Video Louchard et al. 2003 dan survey
digital Joyce et al. 2004. Banyak teknik efektif untuk implementasi tidak selalu jelas dan banyak
metode-metode survei bentik yang dapat dipilih English et al. 1997; Hill Wilkinson 2004, diacu dalam Walker BK et al. 2008. Metode-metode tersebut
memiliki banyak kekurangan dalam survei, hal ini disebabkan kebutuhan sampling yang mencakup daerah yang luas serta biaya yang besar.
Di Indonesia teknologi hidroakustik telah diterapkan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan kelautan, namun penerapan tersebut hingga saat ini
masih sangat terbatas. Misalnya dalam dunia perikanan penerapannya baru sampai pada tahap inventarisasi awal sumberdaya ikan, sedangkan penelitian dan
penerapan teknologi hidroakustik pada daerah terumbu karang sampai saat ini relatif sangat sedikit dilakukan.
Metode akustik dianggap mampu memberikan solusi dalam pendugaan karakteristik dasar perairan, sejumlah penelitian lanjutan mengenai dasar perairan
pun dilakukan. Tingginya variasi yang terjadi pada dasar perairan membuat banyak hal yang masih belun jelas dalam pendugaan karakteristik dasar perairan
menggunakan metode akustik. Padahal seperti yang diketahui bahwa metode akustik sangat efektif pada penyediaan informasi tentang laut dalam dan dasar laut
dan telah digunakan pada laut baltik untuk klasifikasi dasar Tegowski 2005.
1.3 Kerangka Pemikiran.