Echosounder Split Beam. Waktu dan Lokasi Penelitian

2.11 Echosounder Split Beam.

SIMRAD EY 60 scientific echosounder system merupakan sistim akustik bim terbagi split beam yang merupakan metode baru yang dikembangkan untuk memperbaiki kelemahan–kelemahan dari metode hidroakustik sebelumnya seperti sistem akustik tunggal single beam dan sistem akustik ganda dual beam. Ide pembuatan split beam pertama kali ditemukan di Amerika, tetapi penerapan teknologinya di kembangkan oleh Norwegia dengan memproduksi Simrad split beam acoustic system pada dekade 1975 -1985. Perbedaan split beam dengan metode sebelumnya terdapat pada kontruksi tranduser yang memiliki empat kuadran yaitu Fore bagian depan, Alf buritan kapal, Port sisi kiri kapal dan Starboard sisi kanan Kapal. Selama transmisi, transmitter mengirimkan daya akustik ke semua bagian tranduser pada waktu yang bersamaan. Sinyal yang terpantul dari target diterima secara terpisah oleh masing–masing kuadran. Selama penerimaan berlangsung keempat bagian tranduser menerima gema dari target, dimana target yang terdeteksi oleh tranduser terletak pada pusat dari split beam dan gema dari target dikembalikan dan diterima oleh keempat bagian pada waktu yang bersamaan. Tetapi jika target yang terdeteksi tidak terletak pada sumbu pusat split beam, maka gema yang kembali akan diterima lebih dulu oleh bagian tranduser yang paling dekat dari target atau dengan mengisolasi target dengan menggunakan output dari split beam penuh full beam SIMRAD 1993. Echosounder split beam modern memiliki fungsi Time Varied Gain TVG didalam sistim perolehan data akustik. TVG ini berfungsi secara otomatis untuk mengeliminir pengaruh attenuattion yang disebabkan baik oleh geometrical spreading dan absorbsi suara ketika merambat dalam air. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data akustik dilakukan pada tanggal 13-17 juli 2009 di sebelah selatan perairan pulau Pari, yang termasuk dalam Kabupaten Administatif Pulau Seribu, Gambar 7. Pulau Pari terdiri dari gugus pulau - pulau yang terdiri dari Pulau Kongsi, Pulau Tengah, Pulau Burung, Pulau Tikus dan Pulau Pari sendiri. Pulau – pulau ini dikelilingi oleh terunbu karang dengan beberapa pintu masuk yang disebut kaloran yang menghubungkan perairan diluar dengan perairan di dalam terumbu. Pulau–pulau tersebut membentuk gugus yang dikenal dengan gugus pulau Pari. Diantara pulau-pulau tersebut terdapat beberapa goba dengan kedalaman 10 -12 meter. Lokasi ditentukan berdasarkan informasi dari nelayan dan masyarakat di sekitar kepulauan pari serta survei awal penyelaman. -70.0 -34.0 -48.0 -32.0 -41.0 -43.0 -37.0 -30.0 -25.0 -45.0 P. Pari Y P. Tikus P. Tengah P. K ongsi P. B urung 5 °5 2 5 °5 2 5 °5 1 5 °5 1 106°35 106°35 106°36 106°36 106°37 106°37 106°38 106°38 Darat Per airan Dangkal Garis Pantai Titik Stasiun Titik Kedalaman Keterangan : Loka si Pe ne litian DKI J akar ta Ba nten Jawa Bara t 6 °1 5 6 °0 5 °4 5 5 °3 6°1 5 6°0 5°4 5 5°3 106 °30 106 °45 10 7°00 106 °30 106 °45 10 7°00 Jefr y Ferdinan Manuhutu NRP. C552 07001 1 Ma yor Teknologi Kelautan Sekolah Pas casar jana Institut Perta nian Bogor Grid : Ge ografi Proyeksi : W GS 84 Sum ber Peta : 1. Peta Ba timetri Dishidros 2. Peta Da sar Indones ia 50.000 Peta Indeks : Peta Lo kasi P en elitian Pulau P ari N E W S 400 400 m Gambar 7 Lokasi Penelitian. Pengolahan data akustik dan identifikasi sampel terumbu karang dilakukan di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK –IPB serta di Laboratorium Balai Riset Perikanan Laut. 3.2 Alat dan bahan 3.2.1 SIMRAD EY 60 scientific echosounder system