Manajemen Pertanian Penerapan Good Agriculture Practice (GAP) pada produksi tanaman tomat cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat

Gambar 35. Ruang penyimpanan dingin Ruang penyimpanan ini dilengkapi dengan alat pendingin ruangan dan terdapat 2 alat dalam satu ruangan. Es yang digunakan untuk pendingin merupakan air bersih yang dibuat sendiri oleh para pekerja. Air yang digunakan adalah air bersih dari kran yang juga digunakan untuk mencuci tangan dan minum pekerja. Pengecekan alat hanya dilakukan apabila ada kerusakan ataupun ada sistem yang tidak berfungsi dan tidak ada pengecekan secara rutin yang dilakukan oleh pekerja. Hal ini karena pekerjaan ini dianggap tidak perlu dan juga tidak ada pengetahuan yang cukup mengenai pentingnya pengecekan ini.

5. Manajemen Pertanian

Tabel 24. Kesesuaian Manajemen Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan 1 Kesehatan dan keamanan pekerja √ 2 Sistem manajemen √ 3 Catatan staf √ Sumber : Pengamatan Tabel 24 menunjukkan bahwa 100 komponen manajemen pertanian belum sesuai dengan standar GAP. Hal ini terjai karena PT.Saung Mirwan tidak memiliki jaminan khusus terhadap para karyawan. Jamsostek hanya dimiliki oleh beberapa karyawan tertentu dan untuk karyawan lainnya tidak memiliki jaminan apapun. Sistem manajemen yang diterapkan oleh PT.Saung Mirwan juga baru diberlakukan 15 tahun terakhir. Sebelumnya, sistem manajemen hanya dipegang oleh Direktur sendiri baik mengenai penerimaan tenaga kerja maupun sistem penggajian. Sistem penggajian diberikan langsung oleh Direktur kepada karyawan dan tidak memiliki tanda bukti penerimaan gaji. Sistem yang seperti ini mengakibatkan catatan staf menjadi tidak lengkap dan karyawan yang bekerja juga tidak memiliki tanda bukti diterima bekerja sebagai karyawan, perekrutan hanya dilakukan oleh Direktur dan tidak ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftar sebagai karyawan, khususnya karyawan harian. Tabel 25. Kesesuaian Usaha Tani PT. Saung Mirwan dengan GAP No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan 1 Koordinator yang bertanggungjawab √ 2 Catatan usahatani √ Sumber : Pengamatan Tabel 25 menunjukkan bahwa poin untuk usaha tani ini 100 belum sesuai dengan GAP. PT. Saung Mirwan memiliki struktur organisasi yang cukup jelas, namun pada tahun ini karena kondisi perusahaan dalam masa yang kritis maka ada beberapa tanggung jawab yang dibebankan hanya kepada satu orang saja. Hal ini terjadi karena ada beberapa kepala bagian yang mengundurkan diri dan sebagian lainnya telah dilakukan pemutusan hubungan kerja, sehingga tidak memungkinkan untuk tetap mengikuti struktur yang lama. Keadaan diatas juga mengakibatkan catatan usaha tani menjadi tidak dapat dikoordinir sepenuhnya sehingga banyak catatan yang tidak diketahui keberadaannya. Selain itu, pengumpulan semua catatan juga tidak pernah dilakukan, catatan tentang divisi dan kondisi lahan ataupun bagian lainnya hanya dipegang oleh masing-masing divisi. Hal ini megakibatkan pengetahuan secara umum mengenai usahatani perusahaan tidak merata. Setiap divisi hanya menguasai bagian masing-masing dan sama sekali tidak mengetahui kondisi dan keadaan divisi lainnya. Produksi tomat di Indonesia masih sangat kecil. Pada tahun 2009, di Indonesia rata-rata produksi tomat nasional dengan budidaya di lapang baru mencapai 15.51 tonha atau 21.93 tonha untuk pulau Jawa dan 11.80 tonha untuk luar Jawa Sumber : ATAP 2009, Ditjen Hortikultura. Produksi tomat cherry yang ada di Saung Mirwan belum mencapai standar produksi tomat yang ada di Indonesia. Beberapa varietas yang dikembangkan juga merupakan varietas ekspor, yaitu Gang, Sakura dan Guindo. Untuk varietas Guindo dan Sakura produksi per pohon hanya menghasilkan tomat cherry rata- rata sebanyak 4.83 kg sedangkan untuk varietas gang hanya menghasilkan 4.01 kg per pohon. Jika dikonversi dalam luas lahan per Ha dengan jarak tanam 25 x 100 cm, maka varietas Guindo dan sakura hanya sekitar 19.32 tonha sementara varietas gang sekitar 16.04 tonha. Angka ini masih berada di bawah rata-rata standar nasional sehingga dapat dikatakan bahwa produksi tomat cherry di PT.Saung Mirwan masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya penggunaan bibit yang berasal dari stek pucuk yang rentan terhadap virus dan penyakit layu sehingga tanaman harus dibongkar sebelum waktunya. Selain itu, kegiatan budidaya yang belum sesuai dengan GAP juga mempengaruhi rendahnya produksi tomat yang dihasilkan. Data panen selama 4 bulan terakhir dapat dilihat pada Lampiran 8. Saran Peningkatan Produksi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Jumlah tanaman yang ditanam untuk memproduksi tomat cherry di PT. Saung Mirwan selama 4 bulan Februari-Juni dengan produksi rata-rata setiap kali panen 222 grpohon hanya sekitar 2174 tanaman dengan luasan 1280 m 2 dapat dilihat pada Lampiran 8 sementara berdasarkan perhitungan, untuk memenuhi kebutuhan pasar yang diasumsikan sebanyak 50 kghari dibutuhkan produksi 1577 tanaman dengan luasan 1200 m 2 yang siap panen setiap minggu, dengan perhitungan sebagai berikut : Daya serap pasar yang dapat dimasuki untuk tomat cherry setiap hari : 50 kghari Rata-rata bobot buah tomat cherry sekali panen per tanaman : 222 grtanaman Jumlah tanaman yang diperlukan = 50.000222 = 225 tanamanhari = 1577 tanamanminggu Asumsi Keadaan Produksi - Kehilangan saat tanam : 20 - Kehilangan saat panen : 20 - Jarak polibag tomat cherry : 100 x 25 cm 2 tanaman Jumlah tanaman yang harus ditanam = 10080 x 10080 x 1577 = 2464, 0625 tanamanminggu = 2464 tanamanminggu Luas areal efektif = 1 x 0.25 x 24642 = 308 m 2 Luas areal total = jumlah minggu penanamansiklus x luas efektif + 30 luas efektif = 3 x 308 + 92.4 m 2 = 1200 m 2 Keadaan diatas menunjukkan bahwa dengan benihbibit serta teknik budidaya yang digunakan sekarang, PT. Saung Mirwan tidak akan mampu untuk memenuhi permintaan pasar yang ada. Hal ini merupakan suatu kendala yang sangat menghambat peningkatan produksi dan pendapatan untuk perusahaan. Hal ini tentu membutuhkan suatu solusi agar PT. Saung mirwan dapat meningkatkan produksi dan pendapatannya. Usaha untuk meningkatkan produksi ini salah satunya dapat dilakukan dengan penerapan program GAP Good Agriculture Practice yang dilaksanakan dengan pemenuhan beberapa komponen GAP yang belum sesuai dengan teknik budidaya yang dilakukan, yaitu : 1. Lokasi Lahan Pertanian Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan melakukan penelusuran dan memperhatikan sejarah penggunaan lahan. 2. Lingkungan Pertanian Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan memperhatikan pengolahan limbah, kebersihan dan penggunaan air kolam.

3. Pemeliharaan Tanaman Pertanian

Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan melakukan pemeliharaan dan pembersihan ruangan penyimpanan dan gudang serta penyediaan toilet dan westafel. 4. Budidaya Tanaman Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan penggunaan bahan tanam dari sumber yang jelas, memperhatikan penggunaan dan penyimpanan pestisida dan pupuk, pemeliharaan peralatan budidaya, melaksanakan pengendalian hama terpadu, dan melakukan analisis gizi terhadap tanaman yang dibudidayakan. Selain itu, perlu juga dilakukan pencucian komoditas sebelum pengemasan, penggunaan pakaian khusus dalam pengemasan dan pemenuhan fasilitas untuk penyimpanan dingin.

5. Manajemen Pertanian

Pemenuhan standar ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kesehatan dan keamanan pekerja, melakukan pencatatan lengkap terhadap produksi tanaman dan menetapkan seorang koordinator yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Magang dilaksanakan selama 4 bulan di PT. Saung Mirwan tentang penerapan Good Agriculture Practice pada produksi tanaman tomat cherry. Hal- hal yang dipelajari berupa aspek teknis dan aspek manajerial perusahaan yang dibimbing oleh seorang pembimbing lapang. Prestasi kerja penulis dapat dilihat pada Lampiran 4. Kegiatan budidaya yang ada di PT.Saung Mirwan belum sesuai dengan program GAP. Kegiatan budidaya mulai dari pembibitan sampai pemasaran yang sesuai dengan program GAP hanya sekitar 23.43, kegiatan yang telah dilakukan namun belum sesuai GAP mencapai 59.37 dan kegiatan yang sama sekali tidak dilakukan sekitar17.1. Data tersebut menyatakan bahwa kegiatan budidaya yang ada di PT.Saung Mirwan belum sesuai dengan GAP. Kendala terbesar yang dihadapi pada saat ini adalah kekurangan modal akibat manajemen perusahaan yang tidak jelas dan bersifat individu sehingga sangat diperlukan perubahan sistem manajemen yang akurat dan sesuai dengan sistem manajemen yang berlaku untuk perusahaan individu lainnya. Hal ini menyangkut aspek ketenagakerjaan dan sistem budidaya yang diterapkan selama ini sehingga program GAP belum bisa diterapkan. Saran Saran yang ingin disampaikan penulis tentang budidaya tanaman yang ada di PT.Saung Mirwan khususnya tomat cherry adalah : 1. Pengelolaaan sistem ketenagakerjaan yang lebih optimal dan efektif pada semua aspek budidaya tomat cherry. 2. Penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan budidaya tomat cherry. 3. Pelatihan yang lebih intensif kepada seluruh karyawan agar memiliki pengetahuan yang merata mengenai sistem budidaya. 4. Penggunaan bibit dari sumber yang jelas dan tidak hanya berdasarkan pengetahuan secara sempit namun memiliki dasar yang kuat. 5. Mengurangi pemakaian pestisida yang berlebihan dan dilakukan secara tepat dosis, waktu, cara, jenis dan sasaran. 6. Pengaktifan kembali semua sarana dan prasarana yang ada dan digunakan secara optimal untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Berliana, R.E. 2005. Penjadwalan Pasokan Larutan Nutrisi pada Sistem Irigasi Tetes Selada Lactuca sativa, L. Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Algoritma. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 84 hal. Cahyono, B. 2008. Usaha Tani Tomat dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 136 hal Kader, A.A. 2002. Postharvest Technology of Horticultutal Crops. University of California, Agricultural and Natural Resources, Publication 3311. Kusharto, Clara.M. 2006. Serat Makanan dan Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal Gizi dan Pangan. 45-54 Kuswanto, H. 2000. Benih sebagai Sumber Penyakit. Agric. 141: 32-36 Muchtadi, Deddy. 2001. Sayuran sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah Timbulnya Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 61-71 Nelson, P.V. 1978. Greenhouse Operation and Management. Publishing Company. Inc. Virginia. USA. 518p Opena, R.T. and H.A.M. van der Vossen. 1994. Lycopersicon esculentum Miller, p 199-205 in: plant Recources of South-East asia 8, Vegetable. Porsea foundation. Bogor Pantastico, Er.B, dan F. Venter. 1986. Gangguan-gangguan Fisiologi Selain Kerusakan Akibat Pendinginan Bagian 2 Tomat, hal.597-603. Dalam Er.B. Pantastico Ed.. Fisiologi Pasca Panen : Pennanganan sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika Penerjemah : Kamariyadi. Gajah Mada University Press. Resh, H.M. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Pbl. Santa Barbara. 527p Rubatzky, V.E. and M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia diterjemahkan dari : World Vegetable, penerjemah : C. Herison. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 292 hal. Rukmana, R. 1999. Tomat dan Cherry. Kanisisus. Yogyakarta. Salakpetch,S. 2005. Quality Managemen System : Good Agricultural Practice GAP for On-farm Production in Thailand. Proceeding of the International Seminar on Technology Development for Good Agricultural Practice in Asia and Oceania. Food and Fertilizer Technology Center. Japan. Vol. 37-41. Suarni, S. 2006. Aplikasi Nitrobenzen pada Tomat Cherry Lycoersicon esculentum var. cerasiforme dalam Sistem Hidroponik. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Institut PertanianBogor. Bogor Trisnawati, Y. dan A.D. Setiawan. 2002. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal Untung, O. 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT Nutrient Film Technique. Penebar Swadaya. Jakarta. Webster, C.C. and Wilson P.N. 1980. Agriculture in Tropics. Longman Inc. New York. 640 p Williams, C.N. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Jilid 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 374 Wilson, C.L. and Walter E. L. 1967. Botany. Holt, Rinehart and Winston. Inc. USA. 626p LAMPIRAN Lampiran 1. Peraturan Good Agriculture Practice GAP Peraturan Good Agriculture Practices GAP Good Agriculture Practice for Fruits and Vegetable Farming GAP-VF merupakan suatu standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian untuk produksi buah dan sayuran. Adapun prinsip-prinsip tersebut ditekankan pada enam bidang usaha yaitu : 1. Lokasi lahan pertanian 2. Struktur lahan pertanian 3. Lingkungan lahan pertanian 4. Pemeliharaan lahan pertanian kesehatan dan kebersihan 5. Teknik usaha pertanian Teknik budidaya yang mencakup manajemen pupuk dan pestisida, hama dan penyakit dan penanganan pasca panen 6. Manajemen pertanian catatan dan pelatihan staf Dasar utama dari Good Agriculture Practice ini adalah menyediakan produk yang aman dan berkualitas bagi konsumen.. Program GAP meliputi produksi, panen dan pasca panen, penanganan buah dan sayuran serta penanganan pasca panen dalam proses pengemasan. Peraturan dan prinsip ini dapat digunakan untuk semua produk tanaman tetapi bukan sertifikasi bagi tanaman organik.

1. Lokasi Lahan pertanian