digunakan untuk kran penyiraman tanaman pada saat-saat tertentu dan sarana ini
berada didalam rumah kaca Gambar 30. Peralatan dalam proses budidaya
Kemungkinan kontaminasi antara pupuk, pestisida, kotoran dengan makanan ataupun minuman para pegawai sangat tinggi karena karyawan juga
menggunakan air yang digunakan untuk tanaman sebagai air minum. Tempat memasak air ini berada di lokasi lahan dan tempatnya berdekatan dengan westafel
dan penyimpanan botol bekas pestisida. Perlengkapan yang digunakan dalam proses budidaya juga pada awalnya
disediakan oleh perusahaan seperti ember, gunting, sarung tangan, bangku dan yang lainnya. Setelah kondisi semakin tidak baik, maka kebanyakan fasilitas ini
disediakan sendiri oleh karyawan seperti bangku dan ember dimana kondisinya juga semakin tidak terpelihara Gambar 32.
4. Budidaya Tanaman
Tabel 15. Kesesuaian Bahan Tanam PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai Belum
Sesuai Tidak
dilakukan
1 Bebas penyakit
√ 2
Sumber jelas √
Sumber : Pengamatan
Komponen penggunaan bahan tanam dalam standar GAP terdiri dari 2 komponen yaitu bahan tanam yang bebas penyakit dan bahan tanam yang berasal
dari sumber yang jelas. Tabel 15 menunjukkan bahwa kegiatan ini 100 belum sesuai dengan GAP. Hal ini menunjukkan bahwa bahan tanam yang dipakai dalam
produksi sayuran di PT.Saung Mirwan belum dapat dikatakan baik. Tanaman yang berkualitas pasti didukung oleh bahan tanam ataupun bibit
yang juga berkualitas. Penggunaan bahan tanam yang baik dan bebas dari penyakit merupakan langkah awal yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik
dan produksi yang tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa setiap petani dituntut untuk menggunakan benih yang baik dan bebas dari penyakit karena
akan sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan tanaman dengan hasil yang baik dari bibit yang tidak baik ataupun jelek. Dalam pemenuhan program GAP,
faktor ini merupakan faktor utama dalam budidaya tanaman. Bahan tanaman yang digunakan harus benar-benar bebas dari penyakit dan berasal dari sumber
yang jelas. Sumber ini akan membantu kita untuk dapat mengidentifikasi jenis tanaman dan cara pemeliharaan yang intensif.
PT.Saung Mirwan, saat ini banyak menggunakan jenis tanaman yang asalnya tidak diketahui. Khususnya untuk tomat cherry, beberapa bahan tanam
yang digunakan adalah tanaman yang berasal dari lahan luar yang dikecambahkan sendiri oleh mandor. Alasan penggunaan bibit ini adalah adanya kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan bibit sehingga ketika melihat ada tanaman tomat cherry yang tumbuh baik dilahan luar maka buahnya diambil dan dijadikan benih.
Mandor sendiri tidak mengetahui jenis varietas dari tomat cherry tersebut, namun setelah berbuah dan tumbuh besar, ciri-ciri dan pertumbuhan tomat ini sangat
mirip dengan tomat cherry varietas Sakura. Selain itu, juga digunakan bibit yang berasal dari hasil stek pucuk. Hal ini
dilakukan dengan mengambil tunas air dari tomat yang berasal dari bibit kemudian distek dan ditanam dalam pot. Dua minggu kemudian, tanaman ini telah
mengeluarkan akar dan siap untuk ditanam sebagai bahan tanam. Dalam masa pertumbuhannya, tanaman ini sangat rentan terhadap virus sehingga hasilnya juga
tidak sebaik tanaman yang berasal dari benih yang berkualitas. Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 15 komponen pengamatan untuk
melihat kesesuaian dengan standar GAP, yang sudah sesuai dengan standar GAP
terdapat 4 poin 26.6, yang tidak dilakukan terdiri dari 3 poin 19.9, sementara yang belum sesuai terdiri dari 8 poin 53.3.
Tabel 16. Kesesuaian Penggunaan Pestisida dan Bahan Kimia PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai Belum
Sesuai Tidak
dilakukan
1 Petugas pestisida
memiliki sertifikat
√ 2
Pestisida terdaftar dalam perencanaan awal √
3 Aplikasi sesuai
rekomendasi √
4 Pemahaman operator
√ 5 Pemberian
label pestisida
√ 6 Penyimpanan
pestisida √
7 Pembuangan wadah bekas sesuai pada label
√ 8
Catatan penggunaan pestisida
√ 9
Pemeliharaan alat penyemprot
√ 10 Rentang
waktu aplikasi
√ 11
Pelatihan kepada operator √
12 Penggunaan air
larutan √
13 Kontak langsung dengan pestisida
√ 14
Penggunaan bahan kimia sesuai rekomendasi
√ 15 Penyimpanan
bahan kimia
√
Sumber : Pengamatan
Hama dan penyakit tanaman adalah suatu masalah utama pada seluruh kegiatan pertanian. Hal ini yang menyebabkan sulitnya mencapai tanaman organik
yang bermutu internasional karena penanggulangan hama dan penyakit ini sudah pasti dikaitkan dengan penggunaan pestisida yang cukup tinggi. Tingginya jumlah
penggunaan pestisida ini juga merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi persaingan produk dari Indonesia dengan produk organik dari luar negeri dengan
kualitas yang sama ataupun lebih tinggi. Hal ini merupakan hal yang mendorong beberapa perusahaan pertanian seperti Saung Mirwan untuk memperbanyak
penggunaan pestisida agar kualitas produk dapat bersaing, sehingga jangka waktu
antara pra-panen dan aplikasi pestisida juga tidak diperhatikan dengan fokus untuk menyaingi produk lain yang lebih baik.
Dalam penerapannya, persyaratan penggunaan pestisida ini masih sangat sulit untuk dilaksanakan terlebih dalam hal menjaga kebersihannya. Di PT.Saung
Mirwan penggunaan pestisida juga masih sangat tinggi dan belum sepenuhnya mengikuti petunjuk pada label kemasan. Hal ini sebenarnya juga dipengaruhi oleh
pihak-pihak ataupun orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pengawasan penggunaan pestisida ini. Pada dasarnya, orang-orang yang ditempatkan untuk
pengawasan pestisida ini adalah orang-orang yang ahli dalam bidangnya dan telah memiliki sertifikat penggunaan pestisida dari berbagai pelatihan yang juga sering
dilaksanakan oleh PT.Saung Mirwan Gambar 33. Pelatihan ini mendatangkan orang-orang yang cukup berkompeten misalnya dari dosen IPB, Departemen
Pertanian dan beberapa tim pengajar lainnya. Kegiatan ini cukup sering dilaksanakan walaupun tidak rutin yang dihadiri oleh mandor dari setiap rumah
kaca sehingga pengetahuan yang diberikan dapat merata dan sumberdaya manusia dalam hal ini dapat dijamin. Hanya saja, dalam pelaksanaannya sering menemui
berbagai kendala, salah satunya adalah minimnya fasilitas yang ada sehingga sangat sulit untuk memenuhi persyaratan penggunaan pestisida. Misalnya, dalam
melakukan penyemprotan pestisida, peralatan seperti masker, sarung tangan, topi dan peralatan lainnya tidak disediakan oleh perusahaan sehingga karyawan akan
memakai pakaian sehari-hari untuk bekerja di lapang. Pelatihan Global GAP untuk penggunaan pestisida telah beberapa kali
dilakukan. Pelatihan ini biasanya dilaksanakan selama 2 hari, hari pertama untuk pemberian teori di ruangan sementara hari kedua pemberian materi praktik
penggunaan alat dan pestisida. Pelatihan ini membahas mengenai bagaimana cara pemberian pestisida, pengetahuan mengenai bahan aktif, dosis dan penyimpanan
pestisida yang ada di label. Selain itu, untuk penggunaan alat diberikan materi mengenai kalibrasi sprayer yang digunakan dalam aplikasi pestisida. Orang-orang
yang diutus dalam pelatihan ini adalah para mandor dari setiap rumah kaca juga petani mitra yang ingin datang dan menambah pengetahuan mengenai pestisida.
Para peserta akan diberikan sertifikat Global GAP sebagai bukti telah mengikuti pelatihan.
Gambar 31. Penyuluhan Global GAP Rendahnya pendapatan karyawan juga mengakibatkan hal ini menjadi
diabaikan. Misalnya, untuk pembuangan wadah bekas pestisida yang seharusnya jauh dari lahan, tapi hal ini diabaikan oleh karyawan yang berpenghasilan rendah.
Banyak diantara mereka yang mengumpulkan wadah bekas pestisida didalam karung dan menjualnya kembali dan digunakan untuk keperluan yang lain dan
tidak ada larangan untuk hal ini. Perencanaan penggunaan pestisida ini diperbaharui setiap bulan sehingga
pestisida yang digunakan tidak pernah disimpan untuk beberapa bulan ataupun tahun. Dasar dari perubahan penggunaan pestisida ini adalah dari hasil
pengamatan yang dilakukan setiap hari oleh orang-orang yang bertanggung jawab dalam pengawasan pestisida. Bagian penyakit dan hama tanaman akan
memberikan rekomendasi pembelian pestisida kepada bagian pengadaan kemudian bagian pengadaan akan memenuhi rekomendasi ini dan untuk
penggunaannya akan diserahkan kembali kepada orang yang bertanggungjawab. Rekomendasi ini tidak harus selamanya sama dengan realisasi di lahan karena
realisasi yang dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan dan kebutuhan yang diamati setiap harinya.
Tabel 17. Kesesuaian Manajemen Hama dan Penyakit Tanaman PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai Belum
Sesuai Tidak
dilakukan
1 Berdasarkan data historis
√ 2
Isolasi hama yang terdeteksi
√ 3
Pengendalian hama terpadu √
Sumber : Pengamatan
Tabel 17 menunjukkan bahwa manajemen hama dan penyakit tanaman telah dilakukan berdasarkan data historis berdasarkan kondisi yang ada saat ini.
Kegiatan ini merupakan satu kegiatan yang telah sesuai dengan GAP 33.3. Sementara itu, kegiatan yang telah dilaksanakan namun belum sesuai standar
GAP ada sejumlah 66.7 2 poin. Aplikasi pestisida dilakukan 3 kali dalam seminggu sementara panen
dilakukan setiap hari dan khusus untuk tomat cherry panen dilakukan 2 hari sekali, sehingga sangat besar kemungkinan produk tersebut masih mengandung
pestisida yang tinggi ketika didistribusikan. Standar GAP juga menetapkan beberapa poin dalam penggunaan pestisida walaupun sebenarnya GAP bukanlah
sertifikat untuk pertanian organik namun dalam hal ini persyaratan penggunaan pestisida juga penting untuk diperhatikan. Selain penggunaan pestisida, kita juga
mengenal pengendalian hama secara terpadu. Pengendalian hama secara terpadu merupakan pengendalian organisme
pengganggu tanaman yang memadukan berbagai metode pengelolaan tanaman budidaya dalam perpaduan yang paling efektif dalam mencapai stabilitas produksi
dengan resiko seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan Lubis, 2004. Hal ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida dan lebih diutamakan
pada penggunaan pestisida nabati. Dengan demikian pengeluaran petani untuk membeli pestisida dapat dikurangi dan produk yang dihasilkan lebih baik dan
lebih sehat. Pengendalian hama secara terpadu ini tentu terkait dengan pengendalian hama secara mekanis dimana hama dikendalikan dengan membunuh
hama yang ada di tanaman. Tentu saja hal ini akan sangat sulit dilakukan jika hama yang menyerang tanaman merupakan hama yang berukuran sangat kecil
seperti trips ataupun tungau, dan tanaman yang dibudidayakan dalam jumlah yang besar. Di PT.Saung Mirwan, pengendalian secara mekanis ini dilakukan pada
tanaman yang masih muda dan kecil. Biasanya dilakukan pada tanaman sisitho dan paprika untuk hama trips, dimana hama ini masih memungkinkan untuk
dikendalikan satu per satu dengan memeriksa semua daun yang ada. Namun, setelah dewasa pengendalian hama ini dilakukan hanya dengan penggunaan
pestisida. Tabel 18. Kesesuaian Penggunaan Pupuk PT. Saung MIrwan dengan GAP
No Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Penggunaan pupuk
kandangkompos √
2 Pemeliharaan alat
pemupukan √
3 Rentang waktu aplikasi
√ 4 Catatan
penggunaan pupuk
√ 5 Penyimpanan
pupuk √
6 Pengujian nilai gizi dan kontaminasi logam berat
√ 7
Lampiran analisis lab √
Sumber : Pengamatan
Tabel 18 menunjukkan bahwa, kegiatan yang telah sesuai dengan GAP hanya sebesar 14.3 1 poin sementara kegiatan yang telah dilaksanakan namun
belum sesuai ada sebesar 57.1 4 poin. Kegiatan yang tidak dilakukan sama sekali adalah pengujian nilai gizi dan lampiran analisis lab 28.6.
Pemupukan merupakan pemberian hara kepada tanaman agar dapat berproduksi optimum. Jenis pupuk sangat berkaitan dengan cara aplikasinya,
misalnya untuk pupuk cair harus diberikan dalam bentuk larutan yang dicampur dengan air.
PT.Saung Mirwan mengembangkan teknik hidroponik dengan sistem irigasi tetes dimana pupuk dan air diberikan secara bersamaan dan melalui alat
yang sama yaitu drip. Media yang digunakan merupakan media arang sekam tanpa campuran pupuk lainnya. Jika penanaman pada umumnya menggunakan
tanah dengan pupuk dasar adalah pupuk kandang, maka penggunaan media arang sekam dengan teknologi hidroponik ini mengurangi pemakaian pupuk kandang
dan kompos yang digantikan oleh pupuk dasar yang diberikan sebelum penanaman. Penggunaan dan aplikasi pupuk ini dicatat dan direkap setiap hari
oleh bagian nutrisi yang bertanggung jawab. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah nutrisi yang masuk ke tanaman setiap harinya dan jika ada gejala
kekurangan ataupun kelebihan nutrisi akan dapat diketahui dengan cepat.
Gambar 32. Kondisi lahan akibat pemberian pupuk yang berlebihan Pupuk yang digunakan di Saung Mirwan disediakan oleh bagian
pengadaan, dimana bagian nutrisi akan memberikan rekomendasi pupuk yang ingin diberikan dan bagian pengadaan akan bekerjasama dengan bagian keuangan
untuk pembelian pupuk. Setiap minggu penanggung jawab nutrisi akan mengambil barang ke bagian pengadaan dan mengambil kebutuhan pupuk untuk
satu minggu. Biasanya penggunaan pupuk hanya sekitar satu pakethari. Penggunaan pupuk ini sering sekali tidak memperhatikan kapasitas media dalam
menampung larutan yang diberikan sehingga banyak pupuk yang terbuang percuma akibat media terlalu penuh. Jumlah pupuk yang diberikan kepada
tanaman tomat cherry dapat dilihat pada Tabel 19. Irigasi dibuka dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak memperhatikan ketentuan waktu pemberian
pupuk. Hal ini juga mengakibatkan lahan pertanaman jadi tergenang larutan pupuk dan sulit untuk melakukan pemeliharaan Gambar 34.
Penyimpanan pupuk berada pada bagian nutrisi untuk kebutuhan seminggu sedangkan untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama berada pada
bagian pengadaan. Analisis nilai gizi dan kandungan logam berat belum pernah dilakukan
terhadap tanaman hidroponik yang dikembangkan. Hal ini diakibatkan karena tingginya biaya yang diperlukan untuk analisis gizi sekitar 3.5 juta rupiah dan
tidak ada permintaan dari custumer untuk menguji analisis gizi dan logam berat tersebut.
Tabel 19. Pemupukan selama 23 minggu
Week Lokasi
Jumlah tanaman A lt
Blt Air lt
1 T.3.17 634
28 28 14000
2 T.3.14 1360
60 60 15703
3 T.3.14 1660
73 73 19206
4 T.3.14 1660
69 69 17679
5 T.3.4.14.15.17 1660
66 66 16756
6 T.3.4.14.15 1660
77 77 19443
7 T.3.4.5.6.7.14.15.17 1960
90 90 23548
8 T.3.4.6.7.14.15.17 1960
93 93 47095
9 T.3.4.6.7.14.15.17 2460
97 97 24486
10 T.3.4.6.7.14.15.17 2460
110 110 27603
11 T.3.4.5.6.7.9.14.15.17 2540
124 124 31054
12 T.3.4.5.6.7.9.14.15.17 2540
124 124 31054
13 T.3.4.5.7.9.12.14.15.17 2384
165 165 41456
14 T.3.4.5.7.9.12.14.15.17 2384
170 170 40940
15 T.3.4.5.7.9.12.14.15.17 2384
182 182 45800
16 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734
188 188 47505
17 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734
178 178 44938
18 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734
180 180 45104
19 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734
190 190 47542
20 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734
213 213 51279
21 T.3.4.5.7.9.11.12.14.15.17 2734
210 210 52983
22 T.4.9.11.12.18.19 3000
223 223 55850
23 T.4.9.11.12.18.19 3000
223 223 55850
Sumber : Bagian Nutrisi PT.Saung Mirwan, 2011
Tabel 20 menunjukkan bahwa proses pemanenan telah dilakukan sesuai dengan standar GAP, dimana pemanenan dilakukan dengan cepat dan langsung
disimpan dalam ruang pendinginan sebelum dikemas. Komponen yang telah sesuai dengan GAP sebesar 20, sedangkan komponen yang belum sesuai GAP
ada sejumlah 60 dan untuk poin yang tidak dilakukan sama sekali sebesar 20 yaitu, pengeringan permukaan produk sebelum pengemasan.
Tabel 20. Kesesuaian Pemanenan PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai Tidak dilakukan
1 Proses pemanenan
√ 2 Fasilitas
pencucian √
3 Penggunaan air bersih dalam pencucian
√ 4
Kebersihan tempat pengolahan
√ 5
Pengeringan permukaan produk
√
Sumber : Pengamatan
Tabel 21. Data panen tomat cherry selama 4 bulan
Sumber : Bagian Produksi PT.Saung Mirwan, 2011 Week
BPT BRC Total Pa-
nen Tar-
get panen
target Pa-
nen Tar-
get panen
target Pa-
nen Tar-
get panen
target 16
99 124 80 -
- - 99 124 80
17 93
216 43 26 - - 119
216 55 18
227 299 76 81
22 374 308 321 96
19 147
289 51 85 150 57 232
439 53 20
150 361 42 63
142 44 213 503 42
21 144
396 36 111 167 67 255
562 45 22
112 274 41 59
80 74 171 354 48
Total 972
1,958 50 425 560 76 1,397
2,518 55 Rata-
rata 139
280 50 71 112 63 200
360 55 23
- 225
- - 70
- - - -
24 -
253 - -
50 - -
- - 25
- 280
- - 50
- - - -
26 -
217 - -
50 - -
- - 27
- 217
- - 50
- - - -
28 -
220 - -
50 - -
- - 29
- 156
- - 50
- - - -
30 -
103 - -
50 - -
- - 31
- 185
- - 47
- - - -
Panen merupakan pengumpulan hasil tanaman yang sudah memenuhi kriteria panen. Untuk tomat cherry kriteria hasil panen yang layak jual di
PT.Saung Mirwan adalah sebagai berikut : Warna : Hijau ke merah cemolat
Bentuk : Bulat
Berat : 10-30 gr
Daimeter : 2.5-3
cm Keadaan
: a. Tidak ada kerusakan akibat serangan hama busuk b. Tidak memargenjurpecah
c. Tangkai buah utuh optimal Pemanenan di PT.Saung Mirwan dilakukan pada pukul 08.00 WIB
sebelum matahari terik agar hasil panen tidak layu terkena matahari. Hasil panen dikumpulkan dalam boks dan diangkut dengan menggunakan mobil pengangkutan
ke pengemasan. Data pemanenan tomat cherry selama 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 22 menunjukkan bahwa 62.5 kegiatan di pengemasan telah sesuai dengan GAP. Angka ini merupakan angka terbesar dari semua komponen yang
diamati sementara kegiatan yang belum sesuai hanya sebesar 37.5. Packaging ataupun pengemasan merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa
dilepaskan dari faktor produksi. Kegiatan ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas dan daya simpan produk pertanian. Oleh karena itu, hal ini juga
dianggap penting untuk diperhatikan dalam pemenuhan program GAP Good Agriculture Practice
. Dalam program GAP, keadaan ruangan dan mesin packaging harus bersih
dan benar-benar terhindar dari sampah ataupun kotoran yang dapat menularkan penyakit pada produk. Keadaan ini juga harus didukung dengan peralatan
kebersihan dan sarana yang cukup memadai. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk dalam masa penyimpanan ataupun dalam perjalanan
menuju lokasi distribusi. Kegiatan pengemasan ini harus dijaga kebersihannya
agar produk aman untuk dikonsumsi. Sebisa mungkin produk dihindarkan dari sampah ataupun sisa-sisa gulma yang masih menempel pada produk.
Tabel 22. Kesesuaian Pengemasan PT. Saung Mirwan dengan GAP
No Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai
Belum Sesuai
Tidak dilakukan
1 Cuci tangan sebelum dan sesudah pengemasan
√ 2
Penggunaan masker dan sarung tangan √
3 Pembersihan mesin
pengemasan √
4 Penyimpanan dan penggunaan
peti sayur √
5 Kebersihan ruangan
pengemasan √
6 Kebersihan produk
sebelum dikemas
√ 7 Media
pengemasan √
8 Pelabelan √
Sumber : Pengamatan
PT. Saung Mirwan merupakan perusahan sayuran yang produknya telah diekspor ke luar negeri sehingga harus benar-benar memperhatikan kualitas dan
daya simpan dari produk yang dihasilkan. Untuk kegiatan packing, PT.Saung Mirwan telah memiliki beberapa mesin dan peralatan yang cukup mendukung
Gambar 35. Namun, sampai saat ini perusahaan ini masih terkendala dalam pemenuhan biaya untuk beberapa mesin dan peralatan yang seharusnya sudah
dimiliki oleh perusahaan skala besar lainnya. Kendala ini sangat dirasakan beberapa tahun terakhir ini akibat adanya beberapa kasus penipuan yang dialami
oleh perusahaan ini oleh salah satu perusahaan milik Belanda. Mereka menjual mesin packaging dari perusahaan yang sudah tidak diakui lagi. Produk tersebut
merupakan salah satu mesin packing yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan produksi sehingga ketika pihak investor datang untuk melihat kondisi perusahaan,
menjadi berpikir ulang untuk menanamkan modal dan bekerjasama dengan PT.Saung Mirwan. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat merugikan bagi
pihak perusahaan sehingga perusahaan juga mendapatkan kesulitan untuk mencari investor yang rela menanamkan modal dan bekerjasama.
Gambar 33. Beberapa mesin packaging yang digunakan di PT.Saung Mirwan Pengemasan adalah proses terakhir sebelum tanaman didistribusikan
kepada konsumen. Proses pengemasan di PT.Saung Mirwan dilakukan setelah semua barang terkumpul baik dari lahan maupun dari petani mitra. Pengemasan
untuk tomat cherry dilakukan pada malam hari pukul 20.00 WIB dan dilakukan diruang packaging dengan suhu yang lebih rendah. Pengemasan ini dilakukan
oleh pekerja borongan dengan jam kerja pukul 13.00-16.30 WIB dan 20.00-03.00 WIB. Pekerja yang berada dalam pengemasan tidak menggunakan sarung tangan
ataupun masker. Pada umumnya pekerja hanya menggunakan kerudung bagi pekerja wanita untuk melindumgi kepala dari suhu dingin.
Peralatan packing sangat jarang dibersihkan dimana alat-alat yang digunakan hanyalah timbangan, gunting, dan pisau. Namun, untuk ruang packing
food cut peralatan packing dibersihkan setiap hari dan setiap karyawan wajib
menggunakan masker, baju packing, sarung tangan dan sepatu boot. Barang ataupun produk yang dipanen pada pagi hari disimpan terlebih dahulu di ruang
penyimpanan dengan suhu 4 C kemudian akan dikeluarkan pada malam hari
untuk dikemas. Pengemasan untuk tomat cherry sangat sederhana yaitu hanya dengan
memasukkannya ke dalam kemasan mika dengan bobot 250 grkemasan. Kemasan yang lain, hanya dimasukkan kedalam plastik putih biasa dengan bobot
sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk kemasan dalam mika biasanya akan didistribusikan ke matahari sehingga memerlukan packing yang lebih baik. Semua
kemasan ini kemudian akan diberi label berwarna hijau bertuliskan PT.Saung Mirwan Gambar 36. Semua kemasan adalah kemasan yang masih baru dan
dalam keadaan yang bersih dan layak pakai. Khusus untuk tomat cherry tidak
dilakukan pencucian sebelum pengemasan. Tomat cherry hanya disimpan di dalam boks dan kemudian dikemas tanpa proses pencucian dan pembersihan.
Gambar 34. Proses pengemasan tomat cherry Tabel 23. Kesesuaian Penyimpanan dingin PT. Saung Mirwan dengan
GAP
No Komponen pengamatan
Kesesuaian dengan GAP Sesuai Belum
Sesuai Tidak
dilakukan
1 Fasilitas penyimpanan
dingin √
2 Standar ruang
penyimpanan √
3 Kebersihan ruang
dan udara
√ 4 Es
untuk pendingin
√ 5 Pemeliharaan
peralatan √
Sumber : Pengamatan
Tabel 23 menunjukkan bahwa 40 dari komponen penyimpanan dingin telah sesuai dengan GAP, sementara 60 lainnya telah dilaksanakan namun
belum sesuai dengan standar GAP. Produk yang telah dipanen dari lahan tidak langsung dikemas, beberapa
diantaranya disimpan terlebih dahulu dalam ruang penyimpanan dan akan dikemas pada malam harinya. Selain itu, diruang penyimpanan ini juga digunakan
untuk menyimpan produk-produk dari mitra sebelum dikemas ataupun untuk stok pada hari berikutnya. Penyimpanan dalam ruang penyimpanan ini hanya
dimasukkan kedalam boks dan disusun secara rapi. Tidak ada perlakuan khusus di ruang penyimpanan bahkan produk yang datang dari mitra langsung dimasukkan
kedalam ruang penyimpanan dan masih menggunakan karung bekas Gambar 37.
Gambar 35. Ruang penyimpanan dingin Ruang penyimpanan ini dilengkapi dengan alat pendingin ruangan dan
terdapat 2 alat dalam satu ruangan. Es yang digunakan untuk pendingin merupakan air bersih yang dibuat sendiri oleh para pekerja. Air yang digunakan
adalah air bersih dari kran yang juga digunakan untuk mencuci tangan dan minum pekerja.
Pengecekan alat hanya dilakukan apabila ada kerusakan ataupun ada sistem yang tidak berfungsi dan tidak ada pengecekan secara rutin yang dilakukan
oleh pekerja. Hal ini karena pekerjaan ini dianggap tidak perlu dan juga tidak ada pengetahuan yang cukup mengenai pentingnya pengecekan ini.
5. Manajemen Pertanian