3.4.3. Penanaman
Tanaman caisim yang ditanam adalah hasil persemaian selama 14 hari atau setelah muncul 4 daunnya. Tanaman hasil persemaian akan ditanam di petak
percobaan dengan jarak tanam 20 cm x 10 cm. Bibit ditanam saat sore hari antara pukul 16.00-18.00 WIB. Populasi bibit yang ditanam per petak adalah 190
tanamanpetak.
3.4.4. Pemupukan dan Pemeliharaan
Pupuk organik diberikan sebelum tanam dengan cara diaduk bersama tanah. Pemberian pupuk standar Urea dan KCl dilakukan dua kali yaitu ½ dosis
saat tanam dan ½ dosis saat umur 15 hari setelah tanam, dan untuk pupuk SP-36 diberikan sekaligus pada saat tanam. Tahapan pemeliharaan yang dilakukan
selama masa tumbuh tanaman caisim ini meliputi penyulaman, penyiraman, pemberantasan gulma dan pencegahan hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan
satu minggu setelah tanam dengan mengganti tanaman yang kering dan mati. Pembuangan gulma dilakukan satu minggu sekali, lalu penyiraman dilakukan
setiap hari sebanyak dua kali yaitu pada pagi dan sore hari jika cuaca sangat cerah, dan dilakukan satu kali jika cuaca mendung.
3.4.5. Pemanenan
Panen tanaman caisim dilakukan saat tanaman berumur 30 hari. Tanaman caisim dipanen dengan cara dicabut, setelah itu akar caisim dibersihkan dengan air
dan dikeringkan. Kemudian tanaman ditimbang untuk memperoleh bobot segar daun caisim. Tanaman caisim yang telah ditimbang, daunnya dikeringkan pada
suhu 70 C selama dua hari. Setelah itu ditimbang bobot keringnya, lalu digiling
halus untuk dianalisis kadar hara N, P dan K dengan metode pengabuan basah dan dihitung serapan haranya.
3.5. Analisis Laboratorium
Analisis tanaman dilakukan dengan menggunakan metode pengabuan basah yaitu metode ekstraksi H
2
SO
4
+ 30 H
2
O
2
dan ekstrak setelah percobaan digunakan untuk penetapan kadar P dan K, sedangkan penetapan N dilakukan
dengan menggunakan metode Kjeldhal. Semua data dari parameter yang diamati, dianalisis statistik dengan menggunakan ANOVA program SAS 6.12 dan
apabila berpengaruh nyata maka selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test DMRT atau uji wilayah Duncan
pada taraf 1 dan 5 .
3.6. Analisis Usaha Tani
Analisis usaha tani dilakukan dengan menghitung nilai RC Revenue Cost Ratio atau rasio biaya dan pendapatan. Jika nilainya lebih dari 1.0 maka usaha
tersebut dapat diasumsikan menguntungkan karena pendapatan yang diterima petani melebihi total biaya produksi yang dikeluarkan. Komponen analisis usaha
tani yang dihitung adalah biaya pupuk pupuk organik, urea, SP-36 dan KCl, biaya benih dan biaya tenaga kerja.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan
Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah 1983, karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 3 dengan
kriteria yang ditentukan menurut acuan Tabel Lampiran 1. Karakteristik Latosol umumnya memiliki nilai KTK, KB dan kation basa yang rendah, namun data pada
Table 3 menunjukkan bahwa Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini memiliki kation basa yang secara umum tidak rendah, KTK dan KB sedang.
Hal tersebut diduga karena adanya residu pemupukan dari pemakaian lahan sebelumnya. Walaupun demikian, tanah ini termasuk tanah masam dan secara
umum memiliki kesuburan yang rendah, sehingga pemupukan baik organik maupun anorganik sangat dianjurkan.
Tabel 3. Karakteristik Tanah Sebelum Percobaan
Sifat Tanah Nilai
Kriteria menurut PPT 1983
pH H
2
O 5.1 Masam
pH KCl 4.3
C-organik 1.11
Rendah N-total
0.12 Rendah
P Bray ppm 16.5
Sedang KTK me100g
18.42 Sedang
Kation dapat dipertukarkan
Ca me100g 4.2
Rendah Mg me100g
3.1 Tinggi
K me100g 0.49
Sedang Name100g 0.33
Sedang Al me100g
3.86 H me100g
0.12 KB
44.08 Sedang
Kejenuhan Al 2.02
Sangat Rendah
Tekstur Tanah
Pasir 4.48
Debu 17.9
Liat 77.6
4.1.2. Jumlah Tanaman Caisim yang Tumbuh dan Bobot Tanaman Caisim
Hasil analisis ragam jumlah tanaman yang tumbuh per petak dan bobot tanaman menunjukkan bahwa pemupukan tidak berpengaruh nyata pada jumlah
tanaman tetapi berpengaruh nyata pada bobot tanaman Tabel Lampiran 5 dan 6. Hasil uji lanjut rataan bobot dan jumlah tanaman per petak disajikan dalam Tabel
4, kemudian data pengaruh pemupukan terhadap jumlah tanaman dan bobot tanaman per petak selengkapnya terdapat pada Tabel Lampiran 2.
Tabel 4. Pengaruh Pemupukan Terhadap Jumlah Tanaman yang Hidup per Petak dan Bobot Tanaman
Perlakuan Jumlah Tanaman per Petak
Bobot Tanaman gtanaman
Kontrol 106 b
5.13 b Standar
127 a 51.41 a
75PO + 50S 119 ab
38.56 a 75PO + 75S
122 a 60.30 a
100PO + 50S 128 a
44.55 a 100PO + 75S
129 a 62.47 a
125PO + 50S 125 a
55.69 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 1 dan 5 dengan Uji Wilayah Berganda Duncan DMRT
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa jumlah tanaman dengan kombinasi perlakuan pupuk organik dan pupuk standar tidak berbeda dengan pupuk standar,
namun nyata lebih tinggi daripada kontrol. Jumlah tanaman pada perlakuan kombinasi dan standar tidak jauh berbeda dengan rata-rata jumlah tanaman
tertinggi adalah pada kombinasi pupuk 100PO + 75S. Tabel 4 juga menunjukkan semua perlakuan kombinasi memiliki bobot tanaman yang tidak
berbeda dengan perlakuan standar, tetapi cenderung lebih tinggi daripada bobot tanaman perlakuan kontrol. Lebih tingginya perlakuan kombinasi 100 dosis
anjuran pupuk organik dengan 75 dosis anjuran pupuk standar 100PO + 75S pada bobot tanaman menunjukkan bahwa penambahan pupuk organik
yang disertai dosis standar lebih rendah memberikan efektivitas yang lebih tinggi pada bobot segar tanaman daripada pemberian pupuk standar saja. Perbedaan
tanaman caisim di lapang secara visual tertera pada Gambar Lampiran 1 dan perbandingan daun tanaman caisim saat panen pada setiap perlakuan terdapat
pada Gambar Lampiran 2.
4.1.3. Kadar Hara Daun dan Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kadar hara N dan K pada daun tanaman caisim tidak dipengaruhi oleh pemupukan kombinasi pupuk organik dan
pupuk standar Tabel Lampiran 7 dan 9, namun berpengaruh nyata pada kadar P daun tanaman caisim Tabel Lampiran 8. Hasil analisis lanjutan kadar hara P dan
K serta rataan kadar N disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kadar Hara N, P dan K pada Daun
Tanaman Caisim Perlakuan
Kadar Hara N P
K Kontrol
2.64 0.26 b
4.12 b Standar
3.01 0.32 a
4.10 b 75PO + 50S
3.58 0.29 ab
4.69 ab 75PO + 75S
3.13 0.32 a
6.19 a 100PO + 50S
2.84 0.29 ab
4.97 ab 100PO + 75S
3.15 0.33 a
5.75 ab 125PO + 50S
2.97 0.32 a
4.10 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 1 dan 5 dengan Uji Wilayah Berganda Duncan DMRT
Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar hara N tidak nyata dipengaruhi oleh perlakuan, namun pengaruh perlakuan kombinasi pupuk organik dan standar pada
perlakuan 75PO + 50S, 75PO + 75S, serta 100PO + 75S cenderung lebih tinggi daripada pengaruh pupuk standar. Pada kadar hara P pengaruh pupuk
organik dan pupuk standar pada kombinasi: 75PO + 75S, 100PO + 75S dan 125PO+50S tidak berbeda relatif sama dengan pengaruh pupuk standar.
Kadar hara K daun caisim pada perlakuan 75PO + 75S nyata lebih tinggi daripada perlakuan kontrol, standar S dan 125PO+50S, namun cenderung
lebih tinggi dari perlakuan 75PO+50S, 100PO+50S, 100PO+75S. Perlakuan dengan kadar hara N tertinggi yaitu 75PO + 50S, kemudian
perlakuan dengan kadar hara P tertinggi adalah 100PO + 75S dan perlakuan dengan kadar hara K tertinggi adalah 75PO +75S. Data pengaruh perlakuan
pemupukan terhadap kadar hara N, P, dan K pada daun tanaman caisim selengkapnya terdapat pada Tabel Lampiran 3.
4.1.4. Serapan Hara pada Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan kombinasi pupuk standar dengan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap
serapan hara N, P, dan K daun caisim Tabel Lampiran 10,11, dan 12. Hasil uji lanjut serapan N, P, dan K pada perlakuan penambahan pupuk organik yang
dikombinasi dengan pupuk standar ditampilkan dalam Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Pemupukan Terhadap Serapan Hara N, P dan K pada Daun
Tanaman Perlakuan
Serapan Hara mgtanaman N P K
Kontrol 35.87 c
3.54 b 61.29 c
Standar 171.91 ab
18.49 a 245.71 b
75PO + 50S 156.41 b
15.43 a 259.53 b
75PO + 75S 221.28 a
22.67 a 443.55 a
100PO + 50S 146.53 b
15.07 a 253.38 b
100PO + 75S 219.77 a
22.80 a 409.24 a
125PO + 50S 144.88 b
15.53 a 206.91 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5 dengan Uji Wilayah Berganda Duncan DMRT
Tabel 6 menunjukkan bahwa serapan hara N, P, dan K pada perlakuan standar dan kombinasi pupuk organik dengan standar nyata lebih tinggi daripada
kontrol. Pada serapan N dan K, perlakuan kombinasi 75PO + 75S dan 100PO + 0.75S nyata lebih tinggi daripada standar, sedangkan untuk serapan
hara P meskipun tidak berbeda nyata namun perlakuan 75PO + 75S dan 100PO + 0.75S cenderung lebih tinggi dari standar. Data pengaruh perlakuan
pemupukan terhadap serapan hara N, P dan K pada daun tanaman caisim
selengkapnya terdapat pada Tabel Lampiran 4.
4.1.5. Analisis Usaha Tani Kriteria kelayakan pada analisis usaha tani yaitu menggunakan rasio
Revenue pendapatan dengan Cost biaya produksi RC. Rasio RC ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima petani untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan dalam memproduksi caisim total biaya produksi. Hasil ringkasan analisis usaha tani disajikan pada Tabel 7 sedangkan analisis usaha tani pada
setiap perlakuan secara lebih rinci terdapat pada Tabel Lampiran 13-18.
Tabel 7. Analisis Usaha Tani Pengaruh Pupuk Standar dan Kombinasi Pupuk Organik dan Standar.
Perlakuan Biaya Produksi
Rpha Hasil Produksi
kgha Pendapatan
Rpha Keuntungan
Rpha RC Standar 18700000
13060 45710000
27010000 2.44
75PO+ 50S 18850000
9140 31990000
13140000 1.70
75PO+ 75S 19525000
14800 51800000
32275000 2.65
100PO+ 50S 19350000
11360 39760000
20410000 2.05
100PO+ 75S 20025000
16060 56210000
36185000 2.81
125PO+ 50S 19850000
13860 48510000
28660000 2.44
Keterangan: Pupuk Organik Rp 1000kg, Urea Rp 2500kg, SP36 Rp 3000kg, KCl Rp 13000kg, benih Rp 10000bungkus dan caisim Rp 3500kg
Hasil perhitungan analisis usaha tani Tabel 7 menunjukkan bahwa semua perlakuan pemupukan baik pupuk standar maupun kombinasi pupuk organik
dengan pupuk standar memberikan keuntungan karena biaya produksi lebih rendah daripada pendapatan dengan nilai RC lebih besar dari 1,0. Perlakuan
dengan nilai RC tertinggi adalah perlakuan kombinasi 100 dosis pupuk organik dengan 75 dosis pupuk standar 100PO + 75S yaitu sebesar 2,81 dan
selanjutnya berturut-turut diikuti oleh perlakuan 75PO + 75S 2.65, 125PO + 50S 2.44, perlakuan standar 2.44, 75PO + 50S 2.42 dan terendah
pada perlakuan 100PO + 50S 2.05.
4.2. Pembahasan