I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahan di Indonesia didominasi oleh tanah-tanah masam. Hal ini karena Indonesia merupakan negara dengan curah hujan tinggi yang mengakibatkan
tanah kekurangan unsur hara dan kation-kation basa yang diperlukan oleh tanah akibat pencucian hara leaching yang intensif. Temperatur dan kelembaban udara
yang tinggi juga mengakibatkan dekomposisi bahan organik dan pelepasan hara berlangsung cepat sehingga kesuburan tanah rendah karena rendahnya unsur hara
dan bahan organik tanah. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah
adalah dengan pemupukan, baik pupuk organik maupun anorganik. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan menurunkan efisiensi pupuk dan
dapat mengganggu keseimbangan sifat tanah sehingga menurunkan produktivitas lahan dan mempengaruhi produksi tanaman Musnamar, 2003. Akhir-akhir ini
banyak diproduksi pupuk organik karena merupakan bahan alternatif yang berperan mengurangi masalah-masalah lingkungan, terutama yang berkaitan
dengan sifat tanah akibat pemberian pupuk konvensional anorganik secara terus menerus.
Berdasarkan cara pembentukannya pupuk organik dibedakan atas pupuk organik alami dan buatan. Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi
kebutuhan pupuk tanaman yang bersifat alami, berkualitas baik, mudah didapat, didistribusikan dan diaplikasikan serta dengan kandungan hara yang terukur.
Bentuk kemasan menjadikan pupuk organik layak tampil sejajar dengan pupuk kimia. Penambahan bahan organik tanah ke dalam tanah memiliki fungsi yang
sangat penting dalam menjaga kesuburan tanah. Walaupun pupuk organik hanya menyumbang hara dalam jumlah sedikit, tetapi dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Keunggulan dari pemberian pupuk organik diantaranya adalah
meningkatkan KTK, mencegah erosi dengan menaikkan kapasitas infiltrasi dan menurunkan aliran permukaan, sumber energi bagi organisme tanah, mengurangi
suhu ekstrem di permukaan tanah, dekomposisi lambat yang lebih menjamin
penyediaan hara selama pertumbuhan tanaman dan mengurangi kepadatan tanah karena bobot isi menurun sehingga penetrasi akar menjadi lebih baik
Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Proses dekomposisi bahan organik yang lambat menyebabkan
terlambatnya tanaman memperoleh hara untuk pertumbuhannya. Musnamar 2003 menyatakan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk
organik dan pupuk anorganik secara terpadu. Pemberian pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas tanaman
dan efisiensi penggunaan pupuk. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan penambahan pupuk organik yang dikombinasi pupuk standar dengan dosis yang
lebih rendah pada tanaman caisim varietas Tosakan sebagai indikator tanamannya. Pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk organik yang
berbentuk granul. Tanaman caisim menjadi salah satu komoditas holtikultura yang banyak
diusahakan karena merupakan tanaman semusim yang mudah budidayanya serta banyak manfaatnya. Tanaman ini termasuk tanaman yang tahan terhadap suhu
yang tinggi dan tahan terhadap hujan sehingga dapat dibudidayakan sepanjang tahun asalkan pada musim kemarau tersedia air yang cukup Rukmana, 1999.
Umur tanaman caisim tergolong pendek hanya 22-30 hari setelah tanam HST dengan produktivitas 10 tonha serta mudah dari segi perawatan dan
pemeliharaan.
1.2. Tujuan