Latar Belakang Persamaan Alometrik Biomassa dan Massa Karbon Pohon Jati (Tectona grandis Linn. f.) (KPH Balapulang, Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah).

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan menampung sebagian besar keanekaragaman hayati dunia dan menyediakan berbagai jasa lingkungan yang sangat fundamental bagi kehidupan di bumi ini. Hutan berfungsi menstabilkan tanah, mencegah erosi, memelihara pasokan air bersih dan berperan mengurangi gas rumah kaca GRK yang menjadi pemicu perubahan iklim global dengan cara mengikat gas CO 2 di atmosfer. Gas CO 2 merupakan salah satu GRK. GRK yaitu gas-gas tertentu yang bisa menyebabkan efek rumah kaca seperti karbon dan uap air dalam bentuk awan. Gas-gas yang termasuk dalam emisi GRK yaitu karbon dioksida CO 2 , metana CH 4 , dinitrogen oksida N 2 O, hidrofluorokarbon HFC, perfluorokarbon PFC, dan sulfur heksafluorida SF 6 . Gas-gas tersebut menjadi gas-gas utama penyebab kerusakan lapisan ozon di atmosfer dan menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global yaitu proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan suhu daratan bumi. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim. Rintisan awal untuk mengembangkan mekanisme pembiayaan penyerapan karbon dimulai pada Pertemuan Tingkat Tinggi Bumi I di Rio de Janeiro Brazil tahun 1992. Pada waktu itu lebih dari 150 negara menandatangani perjanjian kerjasama untuk mengantisipasi perubahan iklim di bawah naungan PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan menetapkan batas-batas pelepasan emisi gas-gas rumah kaca ke udara. Anggota konvensi ini mengadakan pertemuan pertama di Berlin pada tahun 1995 yang disebut dengan Pertemuan Antar Pihak I atau Conference of the Parties COP I. Salah satu pertemuan penting yaitu pertemuan ketiga COP 3 diselenggarakan di Kyoto, Jepang pada bulan Desember 1997 yang menghasilkan Kyoto Protocol Protokol Kyoto. Pertemuan ini menjadi landasan bagi implementasi bersama Join Implementation, Emission Trading, dan Clean Development Mechanism CDM. CDM mengharuskan negara-negara maju mengurangi pencemaran udara sebesar kurang lebih 5 persen pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 1990. Pengembangan CDM memberikan kewajiban kepada negara-negara maju untuk membiayai proyek rendah polusi dan penggunaan lahan untuk penyerapan karbon di negara yang sedang berkembang CIFOR 2005. Penghitungan yang tepat mengenai jumlah karbon yang terkandung di dalam pohon belum banyak dilakukan. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 terdapat dasar hukum yang mengatur Perusahaan Umum Kehutanan Negara Perum Perhutani. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara di Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. KPH Kesatuan Pemangkuan Hutan Balapulang merupakan salah satu pengelola hutan di Pulau Jawa yang berada dalam lingkup Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, dengan kantor pusat berkedudukan di Jakarta. KPH Balapulang sebagian besar mengelola hutan Jati yang ada di Pulau Jawa. Penelitian mengenai pendugaan biomassa dan massa karbon pohon Jati yang dihubungkan dengan kelas-kelas umur pohonnya di KPH Balapulang belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui informasi ini.

1.2 Tujuan