kepada negara-negara maju untuk membiayai proyek rendah polusi dan penggunaan lahan untuk penyerapan karbon di negara yang sedang berkembang
CIFOR 2005. Penghitungan yang tepat mengenai jumlah karbon yang terkandung di dalam pohon belum banyak dilakukan.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 terdapat dasar hukum yang mengatur Perusahaan Umum Kehutanan Negara Perum Perhutani. Perum
Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara di Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan perencanaan, pengurusan, pengusahaan
dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya. KPH Kesatuan Pemangkuan Hutan Balapulang merupakan salah satu pengelola hutan di Pulau Jawa yang berada
dalam lingkup Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, dengan kantor pusat berkedudukan di Jakarta.
KPH Balapulang sebagian besar mengelola hutan Jati yang ada di Pulau Jawa. Penelitian mengenai pendugaan biomassa dan massa karbon pohon Jati
yang dihubungkan dengan kelas-kelas umur pohonnya di KPH Balapulang belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
informasi ini.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan persamaan alometrik biomassa dan massa karbon pohon Jati Tectona grandis Linn. f. terhadap diameter
pohonnya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Pohon Jati
Jati Tectona grandis Linn. f. dikenal sebagai kayu komersial bermutu tinggi, termasuk dalam suku Verbenaceae. Menurut Pagare 2010 areal
penyebaran alaminya terdapat di India, Myanmar, Thailand dan bagian barat Laos. Hutan jati terpisah oleh pegunungan, tanah-tanah datar, tanah-tanah pertanian dan
tipe hutan lainnya. Di Indonesia, jati bukan tanaman asli, tetapi sudah tumbuh sejak beberapa abad lalu di Pulau Kangean, Muna, Sumbawa dan Jawa.
Pemanfaatan kayu jati di Indonesia sebagai konstruksi ringan dan berat, bahan bangunan rumah, kayu pertukangan dan kayu bahan ukiran.
Di Jawa, jati dikenal dengan nama daerah dalek, dodolan, jate, jatih, jatos, kiati, kidawa, di negara lain dikenal dengan nama gianti, teak, kyun, sagwan, mai
sak, teck, teca. Pohon jati dapat mencapai tinggi 45 m dengan panjang bebas cabang 15-20 m, diameter pohon dapat mencapai 250 cm lebih, pada umumnya 50
cm, bentuk batang tidak teratur dan beralur. Jati tumbuh baik pada tanah yang mengandung kapur dan di daerah dengan musim kering yang nyata. Tipe curah
hujan C-F yaitu daerah iklim sedang dengan jumlah hujan rata-rata 1.200-2.000 mm per tahun, pada ketinggian 0-700 m dari permukaan laut Martawijaya et al.
1989. Pohon berbunga pada bulan Oktober-Juni dan buah masak pada bulan Juli- Desember. Jati merupakan jenis tanaman yang tidak selalu hijau, pada musim
kering mengalami gugur daun. Menurut Martawijaya et al. 1989 kayu Jati memiliki kemampuan untuk
menahan perubahan bentuk atau lengkungan yang sering dihubungkan dengan kekakuan atau nama lainnya yaitu modulus elastisitas MOE yaitu sebesar 122,7
toncm
2
, kerapatan sebesar 0,67 grcm
3
, keteguhan patah MOR 1031 kgcm
2
, keteguhan geser sejajar serat R dan keteguhan geser tangensial T masing-
masing sebesar 80 dan termasuk kedalam kelas kuat II, kelas awet I. Sifat kayu jati lainnya antara lain susut-muainya kecil, daya retak yang
rendah, tidak mudah rapuh, kekerasannya sedang dan berminyak. Struktur kayu jati mengandung serat-serat yang lebih padat sehingga tidak mudah dipatahkan,
Daya serapnya kecil karena mengandung minyak. Minyak dalam kayu disebut sebagai alur minyak yang berwarna kecoklatan mengikuti lingkaran tahun.
2.2 Biomassa