4.4 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Bulu babi
Dari hasil perhitungan, keanekaragaman bulu babi pada keempat lokasi penelitian umumnya memiliki nilai keanekaragaman rendah yaitu H’ 1
Lampiran 6, hal ini terjadi karena jumlah jenis dari bulu babi yang relatif sedikit dan proporsi jumlah kepadatan yang sedikit yang menyusun komunitas.
Keanekaragaman bulu babi pada lokasi pengamatan berkisar antara 0,42 – 0,73 Gambar 11.
Gambar 11. Indeks keanekaragaman H’, keseragaman E, dan dominansi bulu babi C
Nilai indeks keseragaman pada lokasi pengamatan berkisar antara 0,47 – 0,80. Stasiun 1 0,80 memiliki komunitas stabil, stasiun 2 0,54 dan stasiun 3
0,56 memiliki komunitas labil, dan stasiun 4 0,47 berada pada komunitas tertekan. Nilai indeks dominansi pada lokasi pengamatan berkisar antara 0,21 –
0,00 0,10
0,20 0,30
0,40 0,50
0,60 0,70
0,80 0,90
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Stasiun 4
Inde ks
H ,
E da
n C
H E
C
0,53. Stasiun 1 0,21, stasiun 2 0,44, dan stasiun 3 0,46 memiliki dominansi rendah dengan kriteria 0,00 C
≤ 0,50, sedangkan untuk stasiun 4 0,53 memiliki dominansi sedang dengan kriteria 0,50 C
≤ 0,75 Magurran, 1988. Hal ini menandakan bahwa komunitas bulu babi di Pulau Sapudi berada dalam
kondisi yang relatif stabil dengan dominansi yang rendah Dobo, 2009.
4.5 Vegetasi Lamun
Komunitas lamun biasanya terdapat dalam area yang luas dan rapat.Vegetasi lamun di Pulau Sapudi termasuk vegetasi campuran mixed
seagrass beds , hal ini terlihat adanya asosiasi antara dua atau tiga jenis lamun
pada beberapa transek kuadrat pengambilan data. Padang lamun di perairan Indonesia umumnya termasuk padang lamun vegetasi campuran Nienhuis et al.
1989. Lamun yang ditemukan di Pulau Sapudi terdiri dari 5 jenis Lampiran 7
yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis Famili Hydrocharitaceae, Syringodium isoetifolium dan Cymodocea rotundata Famili
Potamogetonaceae. Hingga kini, tercatat ada kurang lebih 12 jenis lamun di perairan Indonesia, yang termasuk dalam 7 genus dan 2 famili Azkab, 2006.
Jenis lamun Thalassia hemprichii paling mendominasi kerapatan lamun di stasiun 1 dan stasiun 3 Gambar 12. Kerapatan rata-rata lamun tertinggi pada stasiun 1
ditemukan pada jenis Thalassia hemprichii sebesar 142,82 ± 96,95 indm
2
dan terendah pada jenis Cymodocea rotundata sebesar 56,50 ± 0,71 indm
2
.
Gambar 12. Kerapatan rata-rata dan simpangan baku jenis lamun pada tiap stasiun pengamatan, Th=Thalassia hemprichii, Ea=Enhalus
acoroides, Si=Syringodium isoetifolium, Cr=Cymodocea rotundata,
Ho=Halophila ovalis.
Kerapatan rata-rata lamun tertinggi pada stasiun 2 ditemukan pada jenis Enhalus acoroides
sebesar 89,50 ± 60,10 indm
2
. Kerapatan rata-rata lamun tertinggi pada stasiun 3 ditemukan pada jenis Thalassia hemprichii sebesar 99,85
± 50,84 indm
2
dan terendah pada jenis Enhalus acoroides sebesar 24,13 ± 11,98 indm
2
. Kerapatan rata-rata lamun tertinggi pada stasiun 4 ditemukan pada jenis Syringodium isoetifolium
sebesar 132,67 ± 71,51 indm
2
dan terendah pada jenis Enhalus acoroides
sebesar 35,93 ± 22,49 indm
2
Kerapatan rata-rata jenis lamun Thalassia hemprichii di Pulau Sapudi berkisar antara 87,14 ± 20,82 indm
.
2
sampai dengan 142,82 ± 96,95 indm
2
, kerapatan tertinggi berada pada stasiun 1 Lampiran 8. Kerapatan rata-rata jenis
lamun Enhalus acoroides di Pulau Sapudi berkisar antara 24,13 ± 11,98 indm
2
sampai dengan 89,50 ± 60,10 indm
2
, kerapatan tertinggi berada pada stasiun 2. Kerapatan rata-rata jenis lamun Syringodium isoetifolium di Pulau Sapudi berkisar
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00 140,00
160,00 180,00
Th Ea
Si Cr
Ho
K e
r a
pa ta
n J e
ni s
L a
m un
i nd
m ²
Jenis Lamun Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Stasiun 4
antara 67,00 ± 1,41 indm
2
sampai dengan 132,67 ± 71,51 indm
2
, kerapatan tertinggi berada pada stasiun 4. Kerapatan rata-rata jenis lamun Cymodocea
rotundata di Pulau Sapudi berkisar antara 56,50 ± 0,71 indm
2
sampai dengan 86,50 ± 14,85 indm
2
, kerapatan tertinggi berada pada stasiun 3. Kerapatan rata- rata jenis lamun Halophila ovalis di Pulau Sapudi berkisar antara 48,00 ± 16,97
indm
2
sampai dengan 53,00 ± 8,49 indm
2
Kerapatan rata-rata lamun terendah ditemukan di stasiun 2, hal ini diduga karena sedikitnya jenis lamun yang terukur pada plot pengambilan data di stasiun
tersebut. Pada stasiun 2 ditemukan satu jenis lamun saja yaitu jenis lamun Enhalus acoroides
dengan kerapatan rata-rata sebesar 89,50 ± 60,10 indm , kerapatan tertinggi berada pada
stasiun 3.
2
Persentase penutupan lamun di Pulau Sapudi berkisar antara 26,19 sampai dengan 32,17 . Persentase penutupan lamun tertinggi di setiap stasiun
pengamatan ditemukan pada stasiun 1, sedangkan persentase penutupan lamun terendah ditemukan pada stasiun 2 Gambar 13.
. Sedikitnya jenis lamun yang ditemukan pada stasiun 2 juga disebabkan oleh jenis
substratnya. Lokasi stasiun 2 didominasi oleh substrat hamparan karang mati, dan rubble
yang memungkinkan lamun sulit tumbuh. Menurut Kiswara 1994 lamun dapat tumbuh pada dasar lumpur, pasir, dan kerikil karang diantara karang hidup,
cekungan batu karang maupun pada dasar dan lumpur di bawah naungan bakau. Hal lain bisa juga disebabkan karena lamun tidak terlindung pada saat air surut
Dahuri et al, 1996.
Gambar 13. Persentase penutupan lamun di Pulau Sapudi, Th=Thalassia hemprichii,
Ea=Enhalus acoroides, Si=Syringodium isoetifolium, Cr=Cymodocea rotundata, Ho=Halophila ovalis.
Persentase penutupan lamun pada stasiun 1 sebesar 32,17 Lampiran 9, dan jenis lamun yang mendominasi adalah jenis lamun Thalassia hemprichii dan
Cymodocea rotundata. Persentase penutupan lamun pada stasiun 2 sebesar 26,19
, dan jenis lamun yang mendominasi adalah jenis lamun Enhalus acoroides. Persentase penutupan lamun pada stasiun 3 sebesar 29,29 , dan jenis lamun
yang mendominasi adalah jenis lamun Halophila ovalis dan Cymodocea rotundata.
Persentase penutupan lamun pada stasiun 4 sebesar 30,25 , dan jenis lamun yang mendominasi adalah jenis lamun Cymodocea rotundata dan
Syringodium isoetifolium. Rata-rata kerapatan dan persentase penutupan lamun
terendah ditemukan pada stasiun 2, hal ini dimungkinkan lamun kurang tumbuh subur pada lokasi tersebut.
5 10
15 20
25 30
35
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Stasiun 4
P e
r se
nt a
se P
e nut
upa n L
a m
un
Nama Stasiun
Kerapatan lamun di Pulau Sapudi umumnya didominasi oleh jenis lamun Thalassia hemprichii,
Enhalus acoroides dan Cymodocea rotundata, sedangkan persentase penutupan lamun didominasi oleh jenis lamun Thalassia hemprichii,
Cymodocea rotundata dan Syringodium isoetifolium Gambar 12 13.
Kerapatan dan persentase penutupan Thalassia hemprichii, bernilai tinggi berkaitan dengan kemampuan adaptasinya terhadap tipe substrat yang ada di
Pulau Sapudi. Menurut Hartog 1970 Thalassia hemprichii mampu hidup dalam semua jenis substrat, bervariasi dari pecahan karang hingga substrat lunak.
Enhalus acoroides juga merupakan jenis lamun yang mampu beradaptasi terhadap
semua jenis substrat di Pulau Sapudi, namun lamun jenis ini memiliki kerapatan dan penutupan yang lebih rendah dari pada Thalassia hemprichii, hal tersebut
dimungkinkan karena kondisi perairan Pulau Sapudi yang relatif dangkal pada saat surut, akibatnya jenis ini hanya tersebar pada padang lamun yang pada saat
surut masih terendam air. Secara umum jenis lamun Syringodium isoetifolium memiliki nilai
kerapatan yang lebih rendah dibanding Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides.
Namun jenis lamun ini memiliki kerapatan dan persen penutupan yang cukup tinggi pada stasiun 4. Pada stasiun 1 hanya sedikit ditemukan jenis lamun
ini. Jenis lamun Syringodium isoetifolium pada stasiun 2 dan stasiun 3 tidak ditemukan. Kondisi ini terjadi karena jenis lamun Syringodium isoetifolium hanya
mampu mentoleransi kekeringan dalam waktu singkat Phillips dan Menez, 1998 dan biasanya ditemukan di antara lamun lain yang dominan Hartog, 1970, hal
tersebut bisa terlihat pada stasiun 4 yaitu Syringodium isoetifolium dapat
ditemukan dengan persen penutupan yang tinggi bersama Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata,
dan Halophila ovalis. Menurut Tomascik et al. 1997 jenis lamun Cymodocea rotundata
mampu hidup pada daerah dangkal yang tertutup karang dan mempunyai toleransi yang tinggi pada daerah tidak terendam air Tomascik et al., 1997. Oleh karena
itu lamun jenis ini memiliki kerapatan dan penutupan yang cukup tinggi. Jenis lamun Halophila ovalis memiliki kerapatan yang rendah dan hanya ditemukan
pada stasiun 3 dan 4, namun lamun jenis ini memiliki nilai persen penutupan yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus
acoroides . Jenis lamun ini ditemukan secara bersama-sama dengan Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, dan Syringodium isoetifolium.
Menurut Nienhuis et al 1989 jenis lamun Halophila ovalis sering terlihat sebagai jenis pembuka yang mendiami substrat pasir.
4.6 Pola Sebaran Jenis Bulu babi