2.3 Sebaran Bulu babi
Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratannya, oleh karena itu organisme yang ada pun sangatlah beragam. Bulu babi adalah salah satu jenis
organisme dari laut yang banyak ditemukan diseluruh pantai di Indonesia. Bulu babi dapat ditemukan mulai dari daerah pasang surut sampai perairan yang dalam.
Penyebaran lokal bulu babi sangat tergantung kepada perkembangan faktor substrat dan makanan.
Bulu babi oleh masyarakat yang tinggal di daerah pantai kawasan Timur Indonesia lebih dikenal dengan nama duri babi yang merupakan salah satu dari
sekian jenis makrobenthos dari kelas echinoidea yang dapat mencapai ukuran diameter 163 mm dan mencapi berat 200 gr. Bulu babi dari kelas echinoidea, yang
hidup di dunia diperkirakan sebanyak 800 jenis dan terbagi dalam 2 anak kelas yaitu Perischoechinoidea yang terdiri dari 1 bangsa dan 2 suku, sedangkan anak
kelas Euchhinoidea terdiri dari 14 bangsa dan 44 suku Aziz, 1987. Bulu babi ini ditemukan antara lain di laut Hindia, Australia, Philipina dan Afrika Clark dan
Rowe, 1971. Kebanyakan bulu babi beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni
batu-batuan atau terumbu karang dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan Lumpur, karena pada kondisi demikian kaki tabung sulit untuk
mendapatkan tempat melekat. Golongan tersebut khusus hidup pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan dipengaruhi
ombak. Perikanan mengenai bulu babi telah dikenal semenjak 1000 tahun
sebelum Masehi, terutama di kawasan Mediterania. Di Eropa Barat bagian selatan,
perikanan bulu babi terutama berkembang di Perancis dan Italia. gonad bulu babi diolah menjadi masakan dengan bumbu khusus. Selain dari Eropa Barat bagian
selatan, kebiasaan makan gonad bulu babi juga telah membudaya di Jepang dan Korea. Di Jepang gonad bulu babi dikenal dengan sebutan uni, dan merupakan
komponen utama dalam jenis masakan yang disebut sushi.
2.4 Habitat Bulu babi
Bulu babi banyak ditemukan di daerah padang lamun dan terumbu karang. Mereka ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir berlumpur biasa
juga didapatkan di atas pecahan karang. Mereka menyukai perairan yang jernih dan tenang Aziz, 1994. Lamun adalah tumbuhan berbunga angiospermae yang
tumbuh dan berkembang dengan baik di lingkungan laut dangkal, dan membentuk kelompok-kelompok sampai padang lamun yang sangat luas.
Padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal yang terdiri dari satu jenis lamun atau vegetasi campuran yang terdiri dari 2 sampai 12 jenis lamun
yang tumbuh bersama-sama pada satu substrat Kirkman, 1990. Sedangkan menurut Azkab 2006 lamun seagrass adalah tumbuhan air berbunga
Anthophyta yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berimpang rhizoma, berakar, dan berkembang biak secara generative maupun
vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam substrat pasir, lumpur dan pecahan karang.
Jenis-jenis lamun umumnya memiliki morfologi luar yang tampak hampir serupa yakni memiliki daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai saluran
air, serta bentuk pertumbuhannya monopodial. Bagian tubuh lamun dapat dibedakan ke dalam morfologi yang tampak seperti akar, batang, daun, bunga dan
buah Gambar 4 Philips dan Menez, 1988 ; Fortes, 1990; Tomascik et al. 1997. Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah propagule yang
dihasilkan secara seksual dioecious Mann, 2000. Lamun biasanya terdapat dalam jumlah yang melimpah dan membentuk padang yang luas di perairan
tropik. Padang lamun memiliki peran ekologis yang sangat penting yakni sebagai produsen primer, tempat pemijahan, tempat pengasuhan, tempat berlindung,
tempat mencari makan, dan sebagai tempat ruaya berbagai jenis ikan dan organisme laut lainnya.
Gambar 4. Morfologi tumbuhan lamun Philips dan Menez 1988
Tumbuhan lamun yang ada di seluruh perairan dunia berjumlah kurang lebih 58 jenis yang berasal dari 12 genus dan 2 famili. Famili Potamogetonaceae
terdiri dari 9 genus sedangkan famili Hydrocharitaceae terdiri dari 3 genus. Hingga kini, tercatat kurang lebih 12 jenis lamun dijumpai di perairan Indonesia
yang termasuk dalam 7 genus dan 2 famili. Famili Hydrocharitaceae terdiri dari Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis,
dan H. minor sedangkan famili Potamogetonaceae terdiri dari Syringodium isoetifolium,
Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halodule pinifolia, H. uninervis, dan
Thalassodendron ciliatum Azkab, 2006.
Klasifikasi tumbuhan lamun yang terdapat di Indonesia menurut Philip dan Menez 1988 adalah sebagai berikut :
Divisi : Anthophyta Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus Genus : Thalassia
Genus : Halophila Famili : Patamogetonaceae
Genus : Cymodoceae Genus : Halodule
Genus : Syringodium Genus : Thalassodendron
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran lamun diantaranya adalah kecepatan arus, kecerahan perairan, suhu, salinitas, tipe substrat, pH dan
oksigen terlarut. Suhu optimal bagi lamun berkisar antara 28
o
C-30
o
C, untuk
fotosintesis lamun memerlukan suhu optimum 25
o
C-35
o
C dan pada saat cahaya penuh. Spesies lamun memiliki toleransi salinitas yang lebar yakni 10 ‰-40 ‰.
Nilai optimum toleransi lamun terhadap salinitas adalah 35 ‰ Dahuri et al. 1996. Kisaran pH yang optimal untuk laut adalah 7,5-8,5 Nybakken, 1992.
Kisaran pH yang baik untuk lamun adalah pada saat pH air laut normal karena pada saat tersebut ion karbonat yang dibutuhkan lamun untuk fotosintesis oleh
lamun dalam keadaan melimpah.
2.5 Parameter Fisika – Kimiawi Perairan