4
Tabel 2. Tabel curah hujan mm bulanan Cikajang periode 1998-2008 Jan
Feb Mar
Apr May
Jun Jul
Agus Sept
Okt Nov
Des 1998
213 725
677 217
67 249
106 83
48 210
713 320
1999 408
296 437
340 67
42 10
18 3
205 337
255 2000
408 346
437 340
67 42
10 18
3 270
412 222
2001 213
725 677
217 67
249 107
83 48
210 713
320 2002
375 148
382 210
38 81
6 88
279 2003
267 222
300 94
141 8
66 355
272 2004
355 268
347 132
118 13
19 42
5 133
205 2005
432 310
317 295
38 65
29 7
58 78
106 197
2006 391
501 150
289 228
6 30
229 2007
264 239
316 365
197 122
95 175
223 2008
238 121
295 268
59 7
317 440
515 minimum
213 121
150 94
38 30
197 maksimum
432 725
677 365
228 249
107 83
58 317
713 515
rata-rata 324
355 394
251 99
72 33
19 20
133 318
276
Gambar 1. Rata-rata dan simpangan baku curah hujan bulanan Cikajang Periode 1998- 2008
4.1.2 Suhu dan Evaporasi Potensial
Rata-Rata Suhu
mempengaruhi evapotranspirasi
melalui empat cara sebagai berikut. Pertama, jumlah uap air yang dapat dikandung udara
atmosfer meningkat secara eksponensial dengan kenaikan suhu udara. Kedua, udara
yang panas dan kering dapat mensuplai energi
ke permukaan.
Ketiga, akan
dibutuhkan lebih sedikit energi untuk menguapkan air yang lebih hangat sehingga
dengan masukan energi yang sama akan lebih banyak uap air yang dapat diuapkan
pada air yang lebih hangat. Keempat, Suhu juga
dapat mempengaruhi
penguapan melalui pengaruhnya pada celah lubang
stomata daun Rosenberg et, al, dalam Usman 2004.
Data suhu rata rata yang digunakan adalah data suhu rata rata bulanan daerah
Bandung. Penggunaan Data suhu daerah Bandung
dikarenakan tidak
terdapat pengukuran suhu di wilayah kajian sehingga
digunakan data daerah Bandung yang memiliki jarak terdekat dengan lokasi.
Menduga suhu
di Cikajang-Garut
menggunakan persamaan
Braak Djaenuddin, 1997. Berdasarkan data dapat
diketahui suhu rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan suhu rata-rata 20.5°C
dan terendah pada bulan Juli dengan suhu rata-rata 19.4°C Tabel. 3.
Evaporasi merupakan gabungan antara evaporasi tanah dan transpirasi tanaman.
Evaporasi potensial ETp adalah penguapan terbesar dari suatu komunitas tanaman
Handoko, 1994a.
Evapotranspirasi dihitung berdasarkan suhu pada daerah
Cikajang dengan menggunakan persamaan Thornthwaite Palmer dan Havens, 1958.
Evapotranspirasi potensial terbesar terjadi pada bulan Oktober dengan evapotranspirasi
potensial sebesar 74 mm, dan ETp terkecil pada bulan Juli dengan evapotranspirasi 64
mm Tabel 6.
100 200
300 400
500 600
700 800
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Cu rah
H u
jan m
m
Bulan
Ch rata rata
5
Tabel 3. Estimasi suhu rata-rata °C di daerah Cikajang Tahun
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 rata-rata Januari
21.4 20.5 20.0 20.0 20.6 20.9 20.7 20.7 19.7 19.9 20.0 20.4
Februari 20.8 20.2 20.2 20.1 20.3 20.5 21.2 20.5 19.7 19.9 20.3
20.3 Maret
20.8 20.5 20.5 20.5 20.8 19.1 20.3 18.2 19.9 19.8 20.2 20.1
April 21.0 20.7 20.4 20.7 21.1 20.1 19.2 18.2 20.2 20.2 20.3
20.2 Mei
21.6 20.0 21.0 20.9 21.3 20.8 20.2 18.2 20.7 20.9 20.1 20.5
Juni 19.8 20.0 20.2 20.5 20.8 19.9 19.7 18.2 20.1 20.4 19.9
20.0 Juli
19.8 19.6 20.3 19.8 20.5 18.2 18.6 17.0 19.5 20.4 19.2 19.4
Agustus 20.8 19.8 20.4 20.6 20.3 20.6 20.7 17.3 19.9 20.3 19.5
20.0 September
21.0 20.8 21.4 21.1 21.1 21.3 19.9 18.3 19.9 20.6 20.4 20.5
Oktober 20.8 20.5 21.0 20.1 22.3 21.3 20.7 18.0 19.8 21.2 21.2
20.6 November
20.8 20.4 20.7 20.5 21.7 21.3 20.2 18.0 19.9 21.0 21.1 20.5
Desember 20.9 20.3 21.2 21.4 20.9 20.4 19.6 18.4 20.3 20.6 20.8
20.4
Berdasarkan data suhu rata-rata bulanan Bandung diolah dengan persamaan Braak Djaenuddin et al. 2003 Sumber : BMKG Pusat , 2010
Gambar 2. Suhu rata-rata bulanan Cikajang
4.1.3 Kelembaban Nisbi Berdasarkan Tabel 4, kelembaban nisbi
rata-rata meningkat pada bulan November hingga bulan April dan mulai turun padan
bulan Mei hingga Oktober. Kelembaban nisbi tertinggi terjadi pada bulan Januari dan
Februari, dengan kelembaban nisbi sebesar 83 sedangkan terendah terjadi pada bulan
Juli dan Agustus, dengan kelembaban nisbi sebesar 71 .
Data kelembaban nisbi yang dipakai adalah data kelembaban nisbi daerah Bandung. Hal
ini disebabkan tidak ada data kelembaban nisbi di daerah Cikajang. Data kelembaban
nisbi daerah Bandung dipakai karena daerah Bandung merupakan daerah terdekat dari
Cikajang sehingga diprediksi memiliki kelembaban yang relatif sama.
Tabel 4. Kelembaban nisbi rata-rata di Bandung Tahun
Jan Feb
Mar Apr
May Jun
Jul Aug
Sep Okt
Nov Des
2004 84
82 81
80 76
72 68
67 67
67 79
80 2003
84 81
82 83
80 81
74 74
70 71
78 82
2002 85
85 82
78 82
77 70
76 76
84 84
81 2001
79 82
83 79
71 75
71 72
73 76
76 80
Rata-rata 83
83 82
80 77
76 71
72 71
75 79
81
Sumber : BMKG Pusat 2010 18.5
19.0 19.5
20.0 20.5
21.0
Bulan
su h
u °C
6
4.1.4 Lama penyinaran matahari