Neraca Air Lahan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman kentang

1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanaman kentang Solanum tuberosum adalah termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Saat ini kegunaan umbinya semakin banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kentang akan meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk, juga akibat perubahan pola konsumsi di beberapa negara berkembang. Mengingat kentang banyak kegunaannya dan untuk memenuhi kebutuhan, maka produksi kentang perlu ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. Dalam usaha pengembangan kentang pada suatu daerah hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya lahan dan kondisi iklim tanaman tersebut, sehingga kegiatan budidaya tersebut efisien dalam peningkatan produksi tanaman. Produksi kentang sangat dipengaruhi oleh faktor faktor iklim terutama curah hujan, suhu dan lama penyinaran matahari. Faktor-faktor iklim tersebut akan berpengaruh pada proses pertumbuhan kentang, penggunaan pupuk, pengendalian penyakit dan selanjutnya akan berpengaruh pada hasil produksi kentang tersebut. Masalah yang dihadapi petani selain dari ketersediaan bibit yang bermutu yaitu pemahaman tentang pengaruh interaksi cuaca terhadap produksi kentang. Hal ini berkaitan erat dengan penentuan waktu tanam yang optimal untuk menentukan hasil yang optimal dan meminimalisir resiko dan kerugian yang ditimbulkan. Penanaman yang dilakukan pada musim hujan menjamin ketersediaan air yang cukup selama masa tanam, petani akan dihadapkan dengan resiko serangan penyakit sehingga akan menambah biaya obat-obatan. Sebaliknya, penanaman yang dilakukan pada musim kering memiliki resiko terserang penyakit yang lebih kecil, namun akan menghadapi masalah kekurangan air water deficit.

1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk:

Menganalisis pengaruh waktu tanam dan hubungannya dengan ketersediaan air Mengetahui profitabilitas kentang di sentra produksi kentang di Cikajang, Garut.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman kentang

Tanaman kentang dalam taksonimi tumbuhan termasuk dalam Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo Tubiflorae, Famili Solanaceae, Genus Solanum, dan Spesies Solanum tuberosum L. Kentang merupakan tanaman dikotil semusim, berbentuk semak dengan fototaksis spiral dan tidak berkayu kecuali batang bagian bawah tanah stolon yang tumbuh secara digeostropik menjulur sebagai penyimpan cadangan karbohidrat. Kentang dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi antara 500-3.000 m dpl, yang terbaik adalah pada ketinggian 1.300 m dpl dengan suhu relatif sekitar 20°C. Selain, itu daerah dengan curah hujan 200-300 mm setiap bulan atau 1.000 mm selama masa pertumbuhan kentang. Tanah yang baik untuk kentang adalah tanah yang subur, dalam, drainase baik, dan pH antara 5,0-6,5 Sunarjono, 1975. Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tetapi tidak berlebihan. Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk.

2.2 Neraca Air Lahan

Neraca air merupakan perimbangan antara masukan input dan keluaran output air di suatu tempat pada suatu periode tertentu. Dalam perhitungan digunakan satuan tinggi air mm, atau cm. Satuan waktu yang digunakan dapat dipilih satuan harian, mingguan, dekade 10 harian, bulanan ataupun tahunan sesuai dengan keperluan. Komponen neraca air meliputi curah hujan, irigasi, intersepsi tajuk, infiltrasi, kadar air tanah dan limpasan permukaan serta komponen lainnya Handoko, 1994a. Suhu mencerminkan energi kinetik rata rata dari gerakan molekul molekul namun demikian tidak semua bentuk energi yang dikandung suatu benda dapat diwakili oleh suhu Handoko, 1994a. Data suhu rata rata bulanan diperlukan untuk menentukan besarnya evaportransiprasi potensial yang kemudian digunakan untuk menduga kadar air tanah yang tersedia pada bulan tersebut. Penentuan suhu menggunakan persamaan Braak Djaenuddin et al. 2003: 2 T 2 = T 1 – 0.01x Z x 0,61 T 2 : suhu daerah ke 2 °C T 1 : suhu daerah ke 1°C Z : selisih ketinggian daerah m Fungsi tanah dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai sumber hara makro dan mikro, tempat bertopang dan sebagai media penyimpanan air hujan Handoko, 1994b. Kadar air tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan kentang yaitu sebagai media penyerapan unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Salah satu parameter yang mempengaruhi kadar air tanah adalah curah hujan yang terjadi pada daerah tersebut. Kejadian curah hujan yang sangat tinggi, curah hujan akan melebihi kemampuan tanah untuk menyimpan air water holding capacity sehingga terjadi limpasan atau runoff. Runoff yang terjadi akan mempengaruhi jumlah pemberian pupuk. Jika runoff besar, maka unsur hara yang terkandung di dalam tanah akan terbawa bersama aliran runoff sehingga diperlukan pupuk lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Pada waktu curah hujan kecil, jumlah air yang tersimpan di dalam tanah tidak mencukupi untuk proses pertumbuhan kentang sehingga diperlukan pengairan tambahan. Air merupakan kebutuhan mutlak bagi tanaman. Jumlah air yang dibutuhkan atau yang digunakan tanaman tergantung dari beberapa faktor lingkungan iklim dan tanah serta tanaman jenis, pertumbuhan dan fase perkembangan. Fluktuasi ketersediaan air tanah dari bulan ke bulan dapat diketahui berdasarkan data curah hujan bulanan dan evapotranspirasi potensial ETp bulanan. Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan persamaan Thornthwaite Palmer dan Havens, 1958 : ETp i = 1,6 T i I a ETp i : evapotranspirasipotensial pada bulan i mm T i : suhu pada bulan ke i °C I : jumlah 12 bulan dari ∑T i 5 1,54 a : 675 x 10 9 x I 3 -771.10 7 .I 2 +0,01792 x I +0,44239 Perhitungan neraca air lahan dilakukan dengan menggunakan persamaan : KAT i = KAT i-1 + CH i – ETp i – Ro i KAT i : kadar air tanah pada bulan ke i mm KAT i-1 : kadar air tanah pada bulan ke i-1 mm CH i : curah hujan pada bulan ke i mm ETp i : evapotranspirasi pada bulan ke i mm Ro i : limpasan permukaan pada bulan ke i mm

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian