lviii
B. Kerangka Pemikiran
Dari Judul “Perlindungan Hukum Bagi Pekerja dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan secara Outsourcing Antara PT Radite Kasih Julung
Kembang dengan PT PLN Di Kota Surakarta” maka kerangka pemikirannya dapat disusun sebagai berikut :
Penemuan Hukum
Penerapan -KUHPerdata
-UU No.13 Tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan -Kep.220MENX2004
ttg Syarat-syarat
penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain
Premis Mayor
Peristiwa Hukum Premis Minor
Ada atau tidaknya perlindungan pekerja
dalam perjanjian
pemborongan pekerjaan
secara outsourcing antara PT. PLN dengan
PT. Radite Kasih Julung Kembang Surakarta
Kesimpulan Premis Konklusi
Peristiwa Konkrit Perjanjian
Pemborongan Pekerjaan secara Outsourcing
antara PT. PLN dengan PT. Radite Kasih Julung Kembang
Surakarta
1.Hak dan kewajiban PT. PLN 2.Hak dan kewajiban PT. Radite
Kasih Julung Kembang Surakarta 3.Hak dan kewajiban pekerja
lix
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT. PLN Persero Cabang Surakarta
Perlistrikan di bumi Indonesia di mulai sejak zaman Belanda pada akhir abad ke 19. Bermula dari munculnya ketenagalistrikan yang dibangkitkan oleh
beberapa perusahaan Belanda untuk keperluan sendiri, diantaranya pabrik gula dan pabrik teh. Ketenagalistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang
menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik. Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu CV. Nign di
Batavia. Perusahaan ini semula bergerak di listrik untuk manfaat umum. Kemudian mulai tahun 1893 oleh Pemerintah Daerah pada zaman penjajahan
Belanda banyak didirikan perusahaan-perusahaan listrik yaitu di Batavia sekarang Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar dan Ambon.
Adapun di Surakarta ketenagalistrikan dimulai pada tahun 1901yang ditandai dengan berdirinya N.S. Solosche Electric Itet Mij SEM di Surakarta
yang berkantor di Purwosari. Sampai dengan tahun 1927 kemudian kantor pindah ke Purbayan. Usaha perlistrikan saat itu penguatnya hanya terdiri dari 2 mesin
diesel yang operasionalisasinya hanya hidup pada malam hari saja. Baru pada tahun 1936 mulai ada aliran listrik stroom siang hari karena sudah ada
Dagstrom. Ketika itu layanan listrik sudah punya ranting di daerah Klaten, Boyolali dan Sragen.selanjutnya pada tahun 1942 kekuasaan diambil alih dari
tangan Belanda ke tangan Jepang. Jepang menguasai listrik di Indonesia berlangsung sampai tahun 1945 dengan nama diganti menjadi Jawa Dengki
Jigiyosa Listrik Jawa Tengah. Setelah Indonesia merdeka, beberapa waktu setelah proklamasi
Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, pada bulan September 1945 penguasaan listrik diambil alih oleh pemerintah Republik