BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa Kerajaan Sunda pelabuhan Sunda Kalapa sudah menjadi pelabuhan utama. Ibukota kerajaan ini, Pakuan Pajajaran, terletak di Batutulis Bogor dan pada
masa itu dapat dicapai dalam dua hari perjalanan dengan menyusuri Ciliwung. Sunda Kalapa dikunjungi kapal-kapal dari Palembang, Tanjungpura, Malaka, Makassar, dan
Madura, bahkan oleh pedagang-pedagang dari India, Tiongkok Selatan, dan Kepulauan Ryuku kini Jepang. Sunda Kalapa mengekspor antara lain lada, pala,
beras, dan juga emas, seperti juga cula badak ke Tiongkok Heuken SJ, 1997: 22. Salah satu prasasti Purnawarwan raja Tarumanagara, yang ditemukan di desa
Tugu, Jakarta Utara, mengisyaratkan tentang adanya “Kota” di daerah pantai utara Jawa Barat sekitar perairan Teluk Jakarta Poerbatjaraka, 1952, Noorduyn
Verstappen. 1972: 298-307. Berita-berita Cina yang berasal dari masa pertengahan abad V sampai abad VII telah menyebutkan pula adanya hubungan antara Cina
dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Barat, yaitu Ho-lo-t’o atau Ho-lo-tan, dan To-lo- mo Taruma Wolters, 1967: 354. Berdasarkan berita Cina tersebut, diduga di daerah
pantai utara Jawa Barat telah terdapat tempat-tempat yang menjadi pusat pelayaran dan perdagangan, salah satunya adalah Sunda Kalapa.
1
Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan air modern terbesar se-Indonesia di Jakarta. Dimana dibangun untuk menggantikan pelabuhan lama yakni Pasar Ikan
yang dinilai sudah tidak memenuhi syarat sebagai pelabuhan. Lokasinya berjarak sekitar 9 km di sebelah timur dari pelabuhan lama. Wilayahnya masuk dalam lingkup
administratif pemerintahan Kelurahan Tanjung Priok, Kec. Tanjung Priok, wilayah Kotamadya Jakarta Utara. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan suatu
pelabuhan laut dalam yang pertama di mana kapal-kapal dapat bersandar, memuat batu bara dan diperbaiki di suatu dok yang sudah kering. Selain itu sebuah jalan
kereta api juga dibuat untuk menghubungkan Tanjung Priok dengan kota lama Batavia dan daerah baru di selatan. Bermula dari kritik atas kelemahan
fasilitas pelabuhan lama di Batavia yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa, maka Tanjung Priok sampai sekarang masih tetap eksis sebagai pelabuhan penting bagi Jakarta
untuk lalu lintas kapal-kapal besar. Menurut Tome Pires 1511-1515 menggambarkan Pelabuhan Sunda Kelapa
ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut Tome pires, Sunda Kelapa banyak
diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan. Sekitar tahun 1859 Sunda Kelapa tak seramai sebelumnya. Karena pendangkalan
kapal-kapal, sehingga kapal tidak dapat bersandar di dekat pelabuhan. Pada 1867 Saat dilakukan survei untuk Membangun Pelabuhan Tanjung Priok
Menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa Di Pasar Ikan. Awalnya areal ini merupakan tanah partikelir yaitu tanah yang dimiliki oleh orang-orang swasta Belanda dan orang-
orang pribumi yang mendapatkan hadiah tanah karena dianggap berjasa oleh Belanda
2
Pelabuhan Tanjung Priok dibangun dalam beberapa periode. tahun 1877-1933 oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm Van Lasberge. Alasan Belanda membangun
pelabuhan di Tanjung Priok karena Sunda Kelapa tidak mampu menampung arus barang masuk dan keluar.
Pelabuhan Tanjung Priok di bangun dalam beberapa periode tahun 1877-1932. Dengan rampungnya tiga pelabuhan yang dibangun oleh Belanda, Tanjung Priok
menjadi pintu gerbang utama lalu-lintas Perdagangan Hindia-Belanda Candra, 1978;22.
B. Identifikasi Masalah