Tahap atau fase terakhir dari metode sejarah adalah histioriografi. Dari fakta baru yang merupakan hasil interpretasi yang penulis lakukan pada tahap sebelumnya,
selanjutnya direkonstruksi kembali dengan senantiasa memperhatikan aspek-aspek historis berdasarkan tema-tema penting sehingga akan menghasilkan sejarah yang
keobjektifasannya dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah dengan memihak kepada bukti-bukti yang didapatkan.
C. Sumber Sejarah
Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data dari suatu peristiwa. Berdasarkan sumbernya, dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian dilakukan. 2.
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat
ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan Sugiyono 2009: 137. Sumber Data adalah sumber-sumber sejarah berupa sumber benda, sumber
tertulis, dan sumber lisan. Sumber yang terjangkau dalam pembuatan sekripsi ini merupakan sumber tertulis yang mana merupakan karangan atau dokumen yang dekat
20
dengan judul penulis, dimana penulis memperoleh dari berbagai buku-buku teks, skripsi, artikel dan sebagainya. Sumber-sumber tersebur diperoleh di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Universitas Indraprasta PGRI, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Arsip Nasional Indonesia. Sumber yang
penulis gunakan diantaranya adalah Buku mengenai laporan-laporan, Dokumen, Skripsi, Dan Buku mengenai Tanjung Priok Masa Hindi-Belanda yang tersimpan oleh
Kantor Arsip Nasional Republik Indonesia. Dalam arsip ini dijabarkan mengenai pendirian Pelabuhan Tanjung Priok, Letak Pendirian Pelabuhan Tanjung Priok pada
masa Hindia-Belanda.
Sumber utama meliputi: 1.
Tome Pires 1513-1515, dalam bukunya Summa Oriental. Dalam catatan Tome Pires menyatakan bahwa sejak tahun 1513 pelabuhan-
pelabuhan yang dikuasai oleh Kerajaan Sunda yaitu Banten, Pontang, Cikande, Tangerang, Kalapa, Krawang, dan Cimanuk Indramayu
semakin ramai disinggahi oleh para pedagang dari berbagai bangsa. Dari ketujuh pelabuhan tersebut, yang berkembang dengan pesat
hanya Pelabuhan Banten yang terletak di Selat Sunda dan Pelabuhan Kalapa di muara Sungai Ciliwung sekitar Teluk Jakarta. Mengenai
Kerajaan Sunda Tome Pires menulis demikian. Sementara orang
21
menegaskan bahwa Kerajaan Sunda meliputi separo Pulau Jawa. Orang lain yang dianggap lebih kompeten berkata bahwa Kerajaan
Sunda mencakup sepertiga Pulau Jawa ditambah seperdelapannya lagi”.
2. Hardi Lasmidja 1987. Buku Jakarta Ku Jakarta Mu Jakarta Kita,
Yayasan peginta sejarah dan pemerintah daerah khusus Ibukota. Nama Kerajaan Sunda baru kita kenal dari prasasti bogor tahun 926 m. Ibu
Kota kerajaan terletak di Cicurug Kabupaten Sukabumi. Chau Yu-Kua dalam karyanya ling-wai-tai ta yang dibuat pada tahun 1178
menggambarkan Kerajaan Sunda. penduduk hidup dari hasi pertanian, rumah mereka berdiri diatas tiang beratap kulit kayu. Hasil buminya
lada yang ditanami di pegunungan. Bahnya cukup kecil namun mutunya cukup tinggi.
3. Hanna A. Willard
1988
,Hikayat jakarta, secara garis besar buku ini bercerita tentang perkembangan kota jakrta dari masa kerajaan Sunda
Kalapa hingga penjajahan Belanda. Tetapi sumber tertulis dibuku ini, yang saya gunakan ialah mengenai peranan pelabuhan Sunda Kalapa
Pada masa Jayakarta dan kedatangan VOC Belanda. 4.
Kaharmen Ida Marina 1992, Peranan Unitisasi Muatan Dalam Menunjang Peningkatan Produktivitas Di Pelabuhan Studi Kasus
Pelabuhan Tanjung Priok. 1992. Menunjukan bahwa Pelabuhan Tanjung Priok mempunyai wilayah Perairan Didalam pelabuhan
breakweater seluas 424 ha dan wilayah daratan seluas 604 ha, dan
22
mempunyai tiga jenis terminal, yaitu terminal penumpang, terminal barang konvensional dan terminal peti kemas. Sebagai Pelabuhan yang
penting tidak saja bagi wilayah metropolitan Jakarta tetapi juga bagi seluruh Indonesia ini dan dimasa Mendatang, Tanjung Priok
menghadapi berbagai masalah besar yang bermuara pada pengembangan kapasitas, efisiensi atau produktifitas, serta lingkungan.
Di harapkan bahwa sesudah adanya Pelabuhan Tanjung Priok tidak ada lagi kendala-kendala yang terjadi seperti penumpukan kapasitas
muatan, baik itu muatan barang ataupun orang.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum