bongkar muat yang dilakukan keran kapal. Pelabuhan muat cair ini tidak memerlukan lebar dermaga yang besar. karena penangan muatan dilakukan dengan transport
melalui pipa untuk itu maka dibutuhkan rumah pompa. Karna semakin banyak barang yang masuk dan keluar, juga banyk pula
pengusaha yang menjadi pelopor perkembangan perdagangan. Maka pelabuhan barang semakin meningkat lagi semenjak dibangunannya pelabuhan Tanjung Priok.
Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok dalam beberapa periode atau tahap, yaitu:
a Tahun 1877-1881, tahap pembangunan breakweater yang berfungsi mencegah terjadinya pengendapan dan pemecah gelombang di pelabuhan.
b Tahun 1914-1917, tahap pembangunan dermaga yang berfungsi melayani kapal dalam menurunkan dan menaikan barang ataupun penumpang.
c Tahun 1921-1932, tahap pembangunan gudang, perkantoran, peti kemas, yang
berfungsi untuk memberikan pelayanan juga penyimpanan barang di pelabuhan Soedjono, 1993:1. Dengan keterangan sebagai berikut:
1. Periode tahun 1877-1881
Pembangunan pelabuhan pertama tahun 1877-1881 yang berlokasi disebelah Utara kota Jakarta yang berhadapan dengan laut jawa, memakan waktu kurang lebih 6
tahun. Bersamaan dengan pembangunan pelabuhan pertama dibuat bendungan sebelah barat dengan panjang 1765m. Dan bendungan sebelah timur sepanjang 1963
m. pembangunan kedua bendungan ini memiliki kegunaan untuk menjaga ketenangan
37
kolam pelabuhan dari gelombang laut, sehingga kapal-kapal yang berlabuh di dermaga itu tidak menimbulkan gelombang yang besar Darusman, 1978:20
Bangunan pemecah gelombang yaitu breakweater, menggunakan tumpukan batu dari berbagai ukuran menjadi satu Asianto 2008:22. Bangunan bendungan
pemecah gelombang dibuat dari batu granit yang di datangkan dari merak dengan perahu, batu granit tersebut disusun sedemikian rupa sehingga bisa tahan ratusan
tahun Darusman, 1978:21. Pengetahuan akan gelombang laut sangat penting bagi perencanaan
pelabuhan.tergantung dari kegunaan pelabuhan, maka tinggi gelombang sebesar 0,80 madalah tidak berarti bagi kapal sebesar 100.000-300.000. adalah tugas perencanaan
untuk dapat memperkecil tinggi gelombang di perairan pelabuhan. Akibat perkembangan guna memperoleh kualitas yang lebih baik, kegunaan beton dalam
pracetak dalam berbagai bentuk kini telah terkenal. Salah satu beton yang terkenal saat ini adalah bentuk tetrapod Asiyanto 2008:20.
Penggunaan beton dengan bentuk tetrapod, telah terbukti dapat menahan gelombang dengan lebih curam, dengan begitu, volume tumpukan batu akan menjadi
lebih kecil. Bentuk beton juga dapat disesuaikan dengan beratnya sehingga dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Pengembangan itu
memanfaatkan kekuatan tanah dasar sehingga menimbulkan jenis breakweater yang berbentuk vertical. Penahan gelombang dari batu-batu yang kuat berguna untuk
menahan ombak dan gelombang, karena didalam pelabuhan terdapat dermaga- dermaga tempat kapal-kapal sandar. Dengan demikian pelabuhan lebih tenang karena
terindungi. Dipenahan gelombang di buat pula beberapa pintu masuk kapal yang
38
hendak masuk kepelabuhan. Karena sebelum masuk, kapal harus berlabuh dahulu untuk menunggu izin masuk. Tempat labuh merupakan tempat perairan dimana kapal
dapat melakukan kegiatan. Tempat labuh juga berfungsi sebagai tempat menunggu untuk masuk ke suatu pelabuhan Suyono, 2001: 11-12.
Pada wilayah perairannya Tanjung Priok mempunyai kendala dalam olah gerak kapal keluar masuk pelabuhan. Lalu lintas kapal di seluruh kanal dalam pelabuhan
hanya dapat dilakukan satu arah dan dengan kolam putar kapal. Sehingga memperbesar waktu tunggu kapal yang akan melakukan bongkar muat. Kecepatan
rata-rata kapal dalam pelabuhan sekitar 1 sampai 2 knots karena harus ditarik oleh kapaltunda, sehingga kapal yang akan bersandar di terminal Tanjung Priok
membutuhkan waktu 2-2,5 jam dari pintu masuk sampai sandar di dermaga. Kolam pelabuhan juga harus disiapkan oleh pelabuhan, agar tesedianya tempat yang sesuai
dengan jenis kapal dan muatannya. Ditahun 1912 Tanjung Priok mengalami kongesti yaitu banyaknya barang tertimbun di suatu tempat sehingga menimbukan kemacetan
arus barang. Pada saat itu tercatat 85 buah kapal mengalami penundaan masuk, yang disebabkan karena kurangnya dermaga dan gudang. Masalah ini diatasi dengan
membangun dermaga dan gudang di pelabuhan dua yaitu di sebelah timur pelabuhan satu Darusman, 1978:21.
2. Periode 1914-1917