Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris Independen, Independensi Komite Audit dan Kualitas Audit Terhadap Restatement Laporan Keuangan

(1)

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS

INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN

KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENTLAPORAN

KEUANGAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: Tasya Chasanah Marpid

NIM: 1112082000015

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS

INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN

KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENTLAPORAN

KEUANGAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: Tasya Chasanah Marpid

NIM: 1112082000015

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Prof. Dr. Azzam Jassin

NIP. -

Pembimbing II

Husnul Khotimah, SE, MS.Ak NIP.

-

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 09 Agustus 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Tasya Chasanah Marpid 2. NIM : 1112082000015

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris Independen, Independensi Komite Audit dan Kualitas Audit Terhadap Restatement Laporan Keuangan

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Agustus 2016

1. Ismawati Haribowo,SE.,M.Si NIP. 19800909 201411 2 003

() Penguji 1

2. Fitri Yani Jalil,SE.,M.Sc. NIDN. 2004068701


(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.

Indetitas Pribadi

Nama : Tasya Chasanah Marpid Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 3 Mei 1994

Alamat Rumah : Blok UE 2 No. 31 RT. 02 RW. 27, Perumahan Dasana Indah, Tangerang

Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Nama Orang Tua : Ayah : Marpid

: Ibu : Iin Nurilawati Email : Tasya.marpid3@gmail.com

B.

Pendidikan

1. SDN Kampung Bambu III (Tahun 2000-2006) 2. SMP PGRI 400 Tangerang (Tahun 2006-2009) 3. SMAN 15 Tangerang (Tahun 2009-2012) 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Tahun 2012-2016)

C.

Pengalaman Organisasi

1. Anggota Majalah Sekolah SMAN 15 Tangerang (Tahun 2010) 2. Anggota Karya Ilmiah Remaja SMAN 15 Tangrang (Tahun 2011)


(7)

vii

The Affect of Firm Size, Independent Board of Company’s,

Independency of Audit Committee and Audit Quality toward

Financial Restatement

By: Tasya Chasanah Marpid

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine the effect of firm size,

independent board of company’s, independency of audit committee and audit

quality on the financial restatement.

This study used secondary data with manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2011-2014. The sampling method used to draw the sample is purposive sampling. Sample contained from 19 restate companies and 14 non-restate companies. The analiytical method used logistic regression.

The results showed that audit quality negative effect the financial restatement. Independency of audit committee positive effect the financial

restatement. Firm size and independent board of company’s did not effect the financial restatement.

Keywords: Agency theory, firm size, independent board of company’s, independency of audit committee and audit quality and the financial restatement.


(8)

viii

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS

INDEPENDEN, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN

KUALITAS AUDIT TERHADAP RESTATEMENT LAPORAN

KEUANGAN

Oleh: Tasya Chasanah Marpid

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh ukuran perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014. Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk mengambil sampel penelitian ini adalah purposive sampling, dimana sampel terdiri dari 19 perusahaan yang melakukan restatement laporan keuangan dan 14 perusahaan yang tidak melakukan restatement laporan keuangan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap restatement laporan keuangan. independensi komite audit berpengaruh positif terhadap restatement laporan keuangan. Ukuran perusahaan dan dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan.

Kata kunci: Agency theory, ukuran perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit, kualitas audit dan restatement laporan keuangan.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan ajaran-ajarannya.

Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini.Di samping itu, penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari nilai sempurna.Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.Inilah hasil kerja maksimal yang dapat penulis berikan.Pada kesempat ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa dan dukungannya dalam berbagai hal.

2. Kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan doa.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.

6. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhir skripsi ini bisa terselesaikan.

7. Ibu Husnul Khotimah, SE., Ms., Ak. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhir skripsi ini bisa terselesaikan.


(10)

x

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

9. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

10.Djalinus Rosidi yang selalu memberikan dukungan, semangat dan bantuan. 11.Sahabat yang telah meluangkan waktu untuk berbagi segalanya. Haifa, Rini,

Laila, Opi, Nova, Muthia, Anin, Desi, Lidiyna dan Naya.

12.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan inspirasi bagi penulis.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca umumnya.

Jakarta, 10 Agustus 2016


(11)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

ABSTRACK... vii

ABSTRAK... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang... 1

B.Perumusan Masalah... 9

C.Tujuan Penelitian... 9

D.Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Tinjauan Literatur... 12

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 12

2. Laporan Keuangan... 14

3. Restatement Laporan Keuangan... 17

4. Ukuran Perusahaan... 21

5. Dewan Komisaris Independen... 23

6. Independensi Komite Audit... 25

7. Kualitas Audit... 28

B. Penelitian Terdahulu... 31

C. Kerangka Pemikiran... 40

D. Hipotesis... 41

1. Ukuran Perusahaan terhadap Restatement Laporan Keuangan... 41


(12)

xii

2. Dewan Komisaris Independen terhadap Restatement

Laporan Keuangan... 42

3. Independensi Komite Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan... 43

4. Kualitas Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47

A. Ruang Lingkup Penelitian... 47

B. Metode Penentuan Sampel... 47

C. Metode Pengumpulan Data... 48

D. Metode Analisis Data... 49

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 60

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 60

1. Deskripsi Objek Penelitian... 60

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian... 64

1. Statistik Deskriptif... 64

2. Hipotesis Penelitian... 65

BAB V PENUTUP... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA... 80


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 32

3.1 Operasional Variabel Penelitian... 59

4.1 Proses Seleksi Sampel Dengan Kriteria... 61

4.2 Sampel Perusahaan Manufaktur... 63

4.3 Statistik Deskriptif... 65

4.4 Uji Multikolinieritas... 67

4.5 Menilai Keseluruhan Model... 68

4.6 Koefisien Determinasi... 69

4.7 Menguji Kelayakan Model Regresi... 69

4.8 Matriks Klasifikasi... 70


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2011-2014... 40

2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur 2011-2014... 95

3 Variabel Penelitian... 96


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan yang telah go public wajib untuk menerbitkan laporan keuangan maupun laporan tahunan setiap tahun. Hal ini sesuai dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.X.K.2, lampiran keputusan ketua Bapepam No. Kep-346/BL/2011 mengenai penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik, tertulis bahwa setiap perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib menyampaikan laporan keuangannya ke Bapepam dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari kinerja, arus kas dan posisi laporan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu.Penyajian laporan keuangan dilakukan secara berkala setiap akhir periode.Tujuan laporan keuangan adalah menunjukkan kinerja, kemampuan dan kekayaan yang dimiliki perusahaan kepada para pihak yang menggunakan laporan keuangan perusahaan.

Laporan keuangan yang wajib disajikan oleh perusahaan antara lain laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan (neraca), laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat harus memenuhi karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan. Menururt Kieso et al. (2011), terdapat 6 hal dalam karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan, yaitu


(17)

2

relevansi (relevance), penggambaran jujur/apa adanya (faithful reprentation), dapat dibandingkan (comparability), dapat diverifikasi (verifiability), tepat waktu (timeliness) dan dapat dipahami (understandability). Untuk mendukung tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya aturan (regulasi) yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan Pemerintah (Saputri, 2012).

Jika perusahaan melakukan kesalahan dalam penyajian laporan keuangan, maka perusahaan diwajibkan untuk mengoreksi dan menyajikan kembali (restatement) laporan keuangan setelah koreksi tersebut. Restatement

laporan keuangan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Sebuah restatement yang mengakibatkan jumlah aset menurun sering membuat turunnya kepercayaan investor dan menyebabkan harga saham menurun (Kusumo, 2014).

Berdasarkan PSAK No. 25(revisi 2012) mengenai kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan, terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan perusahaan melakukan restatement laporan perusahaan, diantaranya perubahan estimasi akuntansi (changes in accounting estimates), kesalahan mendasar (fundamental errors) dan perubahan kebijakan akuntansi (changes in accounting policies). Terjadinya restatement laporan keuangan dapat disebabkan oleh faktor material maupun non material. Untuk mencegah terjadinya restatement laporan keuangan, perusahaan harus menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance-GCG).


(18)

3

Beberapa perusahaan di Indonesia pernah mengalami earnings restatement.PT Kimia Farma diwajibkan melakukan restatement atas laba yang telah disajikan dalam laporan keuangannya. Hal tersebut terjadi setelah Kementerian BUMN dan Bapepam melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan dan terungkap bahwa PT Kimia Farma menyajikan laba yang lebih tinggi dari laba yang sebenarnya dengan cara menggelembungkan nilai harga pada daftar persediaan sehingga menimbulkan overstated (Tempo,2002). Kantor Akuntan Publik (KAP) Hans Tuanakotta dan Mustofa yang menangani kasus ini telah mengikuti standar akuntansi yang berlaku, tetapi gagal mendeteksi kecurangan tersebut.Akibat restatement ini, pemerintah melakukan divestasi saham PT Kimia Farma.

Kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma memperlihatkan bahwa ukuran perusahaan dapat memengaruhi terjadinya restatement laporan keuangan. Suatu ukuran perusahaan dapat menentukan baik atau tidaknya kinerja dari perusahaan tersebut (Novianti, 2012).Selain itu, ukuran perusahaan dan klasifikasi industri perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang dapat mengkontribusi akan terjadinya kesalahan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan pada saat pertama kali disajikan (Santioso et al., 2011).

Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dari beberapa aspek, misalnya aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan perusahaan dalam suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan untuk melakukan


(19)

4

aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar. Ukuran perusahaan dibagi menjadi tiga, yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil (Machfoedz, 1994 dalam Suwito dan Herawaty, 2005).Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki transaksi-transaksi yang lebih rumit, kondisi tersebut memberikan pengaruh terhadap proses audit dalam memastikan kelayakan informasi yang disajikan oleh perusahaan kepada para pemakai informasi tersebut (Santioso et al., 2011). Untuk mencegah adanya hal tersebut, perusahaan sebaiknya menerapkan prinsip GCG.

Penerapan prinsip GCG dapat meminimalisir terjadinyarestatement

laporan keuangan pada suatu perusahaan. Menerapkan prinsip GCG dilakukan agar proses operasional perusahaan berjalan secara efektif. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance-KNKG(2006), terdapat lima asas dalam menerapkan GCG diantaranya keterbukaan (transparant), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) serta kesetaraan dan kewajaran (fairness).Karateristik dalam prinsip GCG memengaruhi terjadinya restatement laporan keuangan (Kusumo dan Meiranto, 2014).

Terdapat beberapa karakteristik dalam prinsip GCG.Dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dalamprinsip GCG. Keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan memiliki tugas untuk mengawasi kinerja perusahaan dalam mengelola kekayaan yang dimiliki. Dewan komisaris dalam perusahaan harus terdiri dari komisaris independen dan komisaris yang


(20)

5

terafiliasi (KNKG, 2006). Keberadaan dewan komisaris independen sangat penting dalam menjalankan tugas pengawasannya agar lebih objektif dan tidak terpengaruhi apapun. Independensi pada dewan komisaris sangat diperlukan, agar dalam menjalankan tugasnya sebagai dewan komisaris tidak dipengaruhi oleh tekanan ataupun kepentingan tertentu, sehingga tidak memengaruhi profesionalismenya. Pengawasan efektif yang dilakukan dewan komisaris, diharapkan mampu meminimalisir terjadinya kecurangan dan kesalahan dalam penyajian laporan keuangan, sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.

Selain pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris, pengawasan yang dilakukan oleh komite audit juga dapat memengaruhi kualitas laporan keuangan. Komite audit juga termasuk salah satu karakteristik prinsip GCG. Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen (Arens et al., 2012). Komite audit bertanggung jawab atas laporan keuangan, tata kelola perusahaan dan pengendalian terhadap perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, komite audit harus memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menjalankan operasionalnya secara etis dan bermoral. Komite audit dipilih oleh dewan komisaris dan memiliki tanggung jawab terhadap dewan komisaris. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuristisia dan Lukviarman (2008) menyebutkan bahwa keberadaan komite audit memengaruhi terjadinya


(21)

6

Menurut KNKG, komite audit harus dipimpin oleh komisaris independen dan setidaknya dua orang anggota. Independensi merupakan salah satu karakteristik dari komite audit. Sikap independensi komite audit sangat dibutuhkan agar proses pengawasan yang dilakukannya dapat berjalan dengan efektif, sehingga mampu membantu tugas dan tanggung jawab dewan komisaris. Dengan adanya independensi komite audit, diharapkan mampu mengawasi proses dan hasil dari audit internal dan eksternal perusahaan sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dan kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan. Rani (2011) menyebutkan bahwa independensi komite audit berpengaruh terhadap earnings restatement.

Selain pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris dan komite audit, perusahaan juga memerlukan adanya auditor eksternal untuk menilai apakah laporan keuangan perusahaan terdapat salah saji ataupun terdapat kecurangan dalam proses pembuatannya. Auditor eksternal merupakan pihak ketiga independen yang melakukan pengawasan atas kinerja manajemen melalui laporan keuangan. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi (Praptitorini dan Januarti, 2007). Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP, karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditornya (I Guna dan Herawaty, 2010). Schmidt dan Wilkins (2011) dan Francis et al. (2012) menyebutkan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh terhadap restatement laporan keuangan.


(22)

7

Penelitian mengenai ukuran perusahaan terhadap restatement laporan keuangan telah dilakukan olehSantioso et al. (2011) serta Puspitasari dan Januarti (2014).Hasil penelitian Santioso et al. (2011) menunjukkan bahwaantara ukuran perusahaan memiliki korelasi terhadap terjadinya

restatement laporan keuangan suatu perusahaan. Namun, penelitian yang dilakukan Puspitasari dan Januarti (2014) menunjukkan hasil yang berbeda, yakni ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya restatement

laporan keuangan suatu perusahaan.

Pengujian terkait dewan komisaris independen terhadap restatement

laporan keuangan telah dilakukan olehSantioso et al. (2011), Yuristisia dan Lukviarman (2008), Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan Meiranto (2014). Hasil penelitian Santioso et al. (2011) serta Yuristisia dan Lukviarman (2008) menunjukan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan.Namun, penelitian yang dilakukan Puspitasari dan Januarti (2014) serta Kusumo dan Meiranto (2014), menunjukan hasil yang berbeda yaitu tidak adanya pengaruh dewan komisaris independen terhadap restatement laporan keuangan.

Pengujian terkait independensi komite audit terhadap restatement

laporan keuangan telah dilakukan oleh Rani (2011) dan Carcello et al (2010). Hasil penelitian Rani (2011) menunjukkan bahwa independensi komite audit berpengaruh terhadap keterjadian restatement.Namun, penelitian yang dilakukan Carcello et al (2010), menunjukan hasil yang berbeda


(23)

8

yaituindependensi komite audit tidak berpengaruh terhadap restatement

laporan keuangan.

Selain itu, pengujian terkait kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan telah dilakukan oleh Francis et al. (2012) serta Schmidt dan Wilkins (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh terhadap restatement laporan keuangan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dan pengujian kembali terkait dengan ukuran perusahaan, dewan komisaris independen, indepensi komite audit, kualitas audit dan restatement laporan keuangan. Maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan

Komisaris Independen, Independensi Komite Auditdan Kualitas Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan”. Penelitian ini merupakan studi empiris pada perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di BEI pada periode 2011-2014.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan olehPuspitasari dan Januarti (2014), Kusumo dan Meiranto (2014), Francis et al. (2012), Santioso et al. (2011), Schmidt dan Wilkins (2011), Rani (2011), Carcello et al. (2010) serta Yuristisia dan Lukviarman (2008).Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel independen dan periode peneltiannya. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:


(24)

9

a. Variabel independen yang digunakan pada penelitianini adalah ukuran perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit. Variabel-variabel tersebut merupakan kombinasi dari penelitian sebelumnya.

b. Periode penelitian pada penelitian ini menggunakan data terbaru yaitu data perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI pada tahun 2011 sampai 2014.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap restatement

laporan keuangan?

2. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

restatement laporan keuangan?

3. Apakah independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap

restatement laporan keuangan?

4. Apakah kualitas audit berpengaruh negatif terhadap restatement laporan keuangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:


(25)

10

1. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap restatement laporan keuangan.

2. Menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap restatement

laporan keuangan.

3. Menganalisis pengaruh independensi komite audit terhadap restatement

laporan keuangan.

4. Menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Bagi Akademisi dan Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi, bacaan dan perbandingan mengenai restatement laporan keuangan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai ukuran perusahaan, dewan komisaris independen, independensi komite audit dan kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan.


(26)

11

2. Praktis

a. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pedoman untuk pengambilan kebijakan dalam hal pencegahan tindakan kecurangan keuangan dan menjelaskan dampak yang tidak efektif bila perusahaan melakukan restatement laporan keuangan.

b. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai unsur-unsur dalam mengevaluasi tata kelola perusahaan yang baik, sehingga tidak tejadi kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi dimasa mendatang.

c. Bagi Regulator

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dalam membuat peraturan yang berkaitan dengan penerapan tata kelola usaha yang baik dan pencegahan terjadinya restatement laporan keuangan. d. Bagi Kantor Akuntan Publik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan pertimbangan untuk mengambil langkah, tindakan maupun kebijakan yang berkaitan dengan pencegahan tindakan kecurangan keuangan oleh manajemen, sehingga mencegah terjadinya restatement laporan keuangan oleh perusahaan.


(27)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu prinsipal dan agen, dimana pemilik perusahaan atau investor menunjuk agen sebagai manajemen yang mengelola perusahaan atas nama pemilik. Teori ini berfokus pada kesejahteraan pemilik perusahaan atau investor yang dipercayakan kepada manajemen.

Kebutuhan atas informasi keuangan diperlukan untuk pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Informasi keuangan diberikan oleh pihak manajemen selaku agen yang diberi wewenang oleh pemegang saham selaku prinsipal untuk mengelola perusahaan. Hubungan kerja antara pihak prinsipal dan agen mengakibatkan timbulnya asimetri informasi. Hal tersebut dikarenakan pihak agen lebih mengetahui informasi operasional perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan adanya asimetri informasi tersebut, dapat menyebabkan manajemen menutupi informasi yang diketahuinya dengan tujuan untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya. Dengan kondisi tersebut, manajemen dapat mengatur angka-angka dalam laporan keuangannya. Hal tersebut dapat saja terjadi karena prinsipal memberikan wewenang sepenuhnya kepada manajemen untuk mengambil keputusan terkait


(28)

13

kegiatan operasional perusahaan. Pemberian wewenang tersebut menimbulkan kesulitan bagi prinsipal untuk memonitor dan mengontrol tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh manajemen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah:

a. Moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.

b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

Teori keagenan berpandangan bahwa adanya pemisahan antara manajemen dan pemegang saham yang dapat menyebabkan perbedaan kepentingan dan berdampak pada penyajian laporan keuangan perusahaan (Kusumo dan Meiranto, 2014). Dengan demikian diperlukan penerapan suatu mekanisme yang dapat meminimalisir perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan atau investor. Penerapan tata kelola usaha yang baik (Good Corporate Governance-GCG)dapat digunakan untuk menghilangkan permasalahan keagenan tersebut. Dengan diterapkannya GCG diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, sehingga tidak akan terjadi konflik antara manajemen dan pemilik perusahaan atau investor.


(29)

14

Selain penerapan GCG, hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak dari perbedaan kepentingan terhadap keuangan perusahaan adalah pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator antara dua kepentingan. Pihak ketiga bertugas untuk menilai apakah terdapat kesenjangan informasi yang dapat mengakibatkan manipulasi pada laporan keuangan. Auditor merupakan pihak ketiga yang dapat menjadi mediator antara hubungan manajemen dan pemilik perusahaan atau investor. Auditor sebagai pihak ketiga dibutuhkan untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan (Rudyawan dan Badera, 2009).

Auditor harus mampu menilai dan mendeteksi apakah laporan keuangan perusahaan telah disajikan sesuai dengan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan harus bebas dari kesalahan maupun kecurangan. Auditor harus mampu mendeteksi hal tersebut agar laporan keuangannya mampu dipercaya dan perusahaan tidak perlu menyajikan kembali (restatement) laporan keuangannya yang dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan.

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan gambaran dari informasi yang menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan untuk proses


(30)

15

pengambilan keputusan. Menurut Kieso et al.(2011: 81), laporan keuangan adalah pernyataan keuangan yang mencerminkan pengumpulan, tabulasi dan ringkasan akhir data akuntansi. Selain itu, laporan keuangan juga dapat didefinisikan sebagai laporan yang disajikan perusahaan yang mencerminkan seluruh kegiatan, transaksi dan informasi yang terjadi selama periode tertentu. Tujuan laporan keuangan perusahaan adalah menunjukkan posisi keuangan perusahaan, kinerja dan perubahan posisi keuangan kepada pemakai laporan keuangan, serta menunjukkan kinerja manajemen selama satu periode atas sumber daya perusahaan yang telah dikelolanya.

Laporan keuangan perusahaan terdiri dari beberapa jenis laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan kegitan perusahaan selama satu periode. Berdasarkan Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Kep-347/BL/2012, terdapat beberapa bagian dalam laporan keuangan yang wajib disajikan perusahaan setiap akhir periode, jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Laporan posisi keuangan (neraca). Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang menunjukkan aset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu emiten atau perusahaan publik pada tanggal tertentu.

b. Laporan laba rugi komprehensif. Laporan laba rugi komprehensif merupakan laporan yang menyajikan seluruh pos penghasilan dan


(31)

16

beban yang diakui dalam suatu periode. Laporan laba rugi komprehensif terdiri dari dua komponen yaitu:

1) Laba rugi.

2) Pendapatan komprehensif lainnya.

c. Laporan perubahan ekuitas. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas emiten atau perusahaan publik yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan bersih selama periode pelaporan.

d. Laporan arus kas. Laporan arus kas menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas emiten atau perusahaan publik selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

e. Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas pos yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.

Laporan keuangan merupakan media untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan atas aset yang dimiliki kepada pihak-pihak luar perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menyusun laporan keuangan dengan baik untuk mencapai komunikasi yang baik pula dengan pihak-pihak luar perusahaan. Untuk dapat menyusun laporan keuangan dengan baik, diperlukan adanya peraturan yang disusun oleh profesi (dewan pembuat standar) dan pemerintah. Menurut Kieso et al. (2011),


(32)

17

karakteristik kualitatif informasi akuntansi terbagi menjadi dua bagian, yaitu kualitas fundamental (fundamental qualities) dan kualitas peningkat/yang meningkatkan (enhancing qualities). Kualitas fundamental terdiri dari relevansi (relevance) dan penggambaran jujur/apa adanya (faithful reprentation), sedangkan kualitats peningkat terdiri dari dapat dibandingkan (comparability), dapat diverifikasi (verifiability), tepat waktu (timeliness) dan dapat dipahami (understandability). Laporan keuangan yang dibuat perusahaan harus memenuhi karakteristik tersebut agar para pihak pengguna laporan dapat percaya bahwa perusahaan telah menyajikan informasi yang benar dan sesuai dengan kondisi perusahaan.

3. Restatement Laporan Keuangan

Restatement laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai revisi atas laporan keuangan perusahaan yang sebelumnya telah dipublikasikan.

Restatement laporan keuangan yang mengakibatkan jumlah aset menurun sering membuat turunnya kepercayaan investor dan menyebabkan harga saham menurun (Kusumo, 2014).Berdasarkan PSAK No. 25 (revisi 2012) mengenai kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan, terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan restatement

laporan keuangan, yaitu:

a. Perubahan Estimasi Akuntansi (Changes in Accounting Estimates) Ketidakpastian mengenai kondisi dan peristiwa di masa mendatang, mengakibatkan adanya estimasi dalam laporan keuangan perusahaan. Hal tersebut menyebabkan penyajian laporan keuangan


(33)

18

membutuhkan adanya estimasi pada pos-pos tertentu, misalnya estimasi masa manfaat aset yang disusutkan, estimasi ketertagihan utang, estimasi jumlah beban garansi dan lain-lain. Kondisi dan peristiwa di masa mendatang yang tidak dapatdiduga tersebut membuat perusahaan tidak dapat menghindari adanya perubahan estimasi. Perubahan estimasi suatu pos dalam laporan keuangan dapat disebabkan oleh terjadinya peristiwa baru ataupun diperolehnya informasi baru. Berdasarkan PSAK No. 25 (revisi 2012), perubahan estimasi diperhitungkan secara prospektif. Dalam metode prospektif, dampak perubahan harus dimasukkan ke dalam penentuan laba atau rugi neto tahun berjalan (dan periode-periode mendatang, jika ada) dan harus dimasukkan ke dalam klasifikasi pos yang serupa.

Selain itu bila perubahan estimasi akuntansi ini memiliki dampak yang material baik pada periode berjalan maupan periode mendatang, maka sifat dan dampak dari perubahan estimasi akuntansi harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Perubahan estimasi yang mengakibatkan perubahan aset, likuiditas atau terkait salah satu item pada ekuitas, maka perubahan estimasi akuntansi tersebut harus diakui menyesuaikan jumlah yang tercatat pada item-item tersebut.

b. Kesalahan Mendasar (Fundamental Errors)

Kesalahan mendasar dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian ataupun pengungkapan pada pos-pos dalam laporan keuangan. Kesalahan mendasar dapat disebabkan beberapa hal,


(34)

19

diantaranya kesalahan matematis, penerapan kebijakan akuntansi yang keliru, kesalahan penafsiran fakta, kekeliruan maupun penipuan. Kesalahan-kesalahan tersebut mengakibatkan kesalahan material pada laporan keuangan sehingga mengakibatkan laporan keuangan tidak lagi reliabel. PSAK No. 25 (revisi 2012)mengatur perbaikan kesalahan atas kesalahan mendasar. Dalam hal ini, perbaikan kesalahan harus diperhitungkan secara retrospektif.Dalam metode retrospektif, dampak kumulatif perbaikan kesalahan dihitung dan dilaporkan sebagai penyesuaian terhadap saldo awal laba.

c. Perubahan Kebijakan Akuntansi (Changes in Accounting Policies) Kebijakan akuntansi merupakan prinsip, dasar, ataupun peraturan yang diterapkan dalam suatu perusahaan dalam hal penyusunan ataupun penyajian laporan keuangan perusahaan. Dalam memilih kebijakan akuntansi, PSAK No. 25(revisi 2012) mengatur bahwa:

1) Apabila ada standar yang secara khusus mengatur tentang suatu transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya, kebijakan akuntansi harus ditentukan dengan menerapkan standar tersebut dan memperhatikan segala petunjuk penerapan terkait.

2) Apabila tidak ada standar tertentu yang secara khusus mengatur tentang suatu transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya, manajemen harus menggunakan penilaiannya dalam membuat dan


(35)

20

menerapkan kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang:

a) Relevan dengan kebutuhan pembuatan keputusan oleh pengguna, dan

b) Andal yang artinya laporan keuangan (i) menyajikan hasil dan posisi keuangan entitas itu secara tepat, (ii) mencerminkan substansi keekonomian dari peristiwa dan transaksi, bukan bentuk formalnya saja, (iii) bersifat netral dan tidak mengandung bias, (iv) terbuka, dan (v) lengkap secara material. Dalam penerapan kebijakan, perusahaan harus menerapkannya secara konsisten sehingga para pengguna laporan keuangan dapat memahami dan membandingkan laporan keuangan selama beberapa periode untuk mengidentifikasi kinerja, arus kas serta posisi keuangan perusahaan. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan suatu perusahaan bila akan menghasilkan laporan keuangan perusahaan yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan melakukan

restatement laporan keuangan. Menurut GAO’s Definition of Restatement (2006), faktor-faktor yang menyebabkan restatement

laporan keuangan yaitu:

1) Akuisisi dan merger yang tidak sesuai peraturan. 2) Kesalahan dalam mencatat biaya dan perlakuan pajak. 3) Fraud.


(36)

21

4) Klasifikasi item yang tidak tepat.

5) Kesalahan akuntansi pada akun-akun investasi, goodwill, aktivitas restrukturisasi, dan penilaian persediaan.

6) Eror pada pencatatan pengakuan pendapatan

7) Kesalahan akuntansi dalam perlakuan saham, derivatif, dan hal-hal yang menyangkut surat berharga.

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau kecilnya suatu perusahaan. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya perusahaan dapat ditentukan dengan melihat aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan perusahaan dalam suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar. Semakin besar jumlah total aset, penjualan suatu periode, jumlah karyawan dan jumlah saham berada dalam suatu perusahaan, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan, kemungkinan datangnya pengaruh dari luar semakin meningkat (Puspitasari et al., 2014). Jadi, dengan adanya pengaruh tersebut, kemungkinan perusahaan besar melakukan restatement laporan keuangan akibat salah saji laporan keuangan masih ada.

Umumnya, skala perusahaan dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan, yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Menurut Machfoedz


(37)

22

(1994)dalam Suwito dan Herawaty (2005), penentuan perusahaan didasarkan pada total aset, sebagai berikut:

a. Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 10 miliar termasuk tanah dan bangunan, serta memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 miliar/tahun.

b. Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp. 1 miliarsampai Rp. 10 miliar termasuk tanah dan bangunan, serta memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp. 1 miliar dan kurang dari Rp. 50 miliar /tahun.

c. Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta termasuk tanah dan bangunan, serta memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 miliar /tahun.

Selain itu, ketentuan Bapepam No. 11/PM/1997 mengatur mengenai ukuran perusahaan berdasarkan total aset, yang menyatakan

bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang

memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 miliar rupiah”. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan. Total aset merupakan jumlah keseluruhan kekayaan yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuannya. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki


(38)

23

perusahaan karena nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan.

5. Dewan Komisaris Independen

Penerapan prinsipGCG salah satunya ditandai dengan dibentuknya dewan komisaris. Dewan komisaris dalam suatu perusahaan bertugas melakukan fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen dan memberikan nasihat kepada dewan direksi jika dipandang perlu. Dewan komisaris dipilih oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemengang Saham (RUPS). Komposisi dewan komisaris harus dibuat sedemikian rupa sehingga proses pengawasan dapat berjalan efektif, tepat, cepat, serta bertindak secara independen tanpa adanya kepentingan tertentu. Berdasarkan KNKG (2006), dewan komisaris dalam suatu perusahaan harus terdiri dari 2 jenis dewan komisaris, yaitu komisaris independen dan komisaris yang terafiliasi.

Keberadaan dewan komisaris independen sangat diperlukan dalam mendorong diterapkannya prinsip dan praktik GCG dalam suatu perusahaan. Dewan komisaris independen dapat diartikan sebagai dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan atau kepentingan apapun dengan pemegang saham, direksi ataupun komisaris lainnya, sehingga dewan komisaris ini dapat menjalankan tugasnya secara independen, tanpa ada pengaruh dari pihak manapun. Menurut FCGI, dewan komisaris independen memiliki kriteria-kriteria tertentu, yaitu:


(39)

24

a.

Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen.

b.

Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan.

c. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menepati posisi seperti itu.

d. Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut.

e. Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut.

Dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan agar dewan komisaris lebih objektif dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan diharapkan lebih efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham minoritas, serta dapat meningkatkan akuntabilitas dan efektivitas dewan


(40)

25

komisaris, terutama dalam hal pengendalian internal, manajemen risiko, pengungkapan laporan keuangan serta praktik GCG.

6. Independensi Komite Audit

Berdasarkan hukum di Indonesia, perusahaan-perusahaan go public

wajib membentuk komite audit. Komite audit merupakan salah satu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas membantu dewan komisaris menjalankan tanggung jawab dan wewenangnya. Komite audit dapat berguna untuk menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi, sehingga permasalahan yang signifikan dan penting dapat teratasi.

Menurut Arens et al. dalam Auditing dan Jasa Assurance

(2010:112), mendefinisikan komite audit sebagai berikut:

“Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap

independen dari manajemen”.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 Tahun 2005 Pasal 72, menyebutkan beberapa tugas dan tanggung jawab yang sedikitnya harus dilaksanakan oleh anggota komite auditdi perusahaan,diantaranya:

a. Membantu komisaris/dewan pengawas dalam memastikan efektivitas sistempengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan tugas auditoreksternal dan auditorinternal.

b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh SatuanPengawasan Internal maupun auditor eksternal.


(41)

26

c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.

d. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segalainformasi yang dikeluarkan perusahaan.

e. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris/dewan pengawas serta tugas-tugas komisaris/dewan pengawas lainnya.

Dalam menjalankan fungsinya pada suatu perusahaan, komite audit memiliki beberapa tanggung jawab dan tugas terhadap beberapa hal penting dalam perusahaan. Menurut FCGI (2009:37), terdapat tiga hal yang mendasar yang merupakan tanggung jawab dan tugas komite audit, yaitu:

1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Dalam bidang laporan keuangan, komite audit memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen sesuai dengan kondisi keuangan, hasil usaha, serta rencana dan komitmen jangka panjang.

2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)

Dalam bidang tatakelola perusahan, komite audit harus memastikan bahwa perusahaan telah menerapkan corporate governance sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melakukan pengawasan secara efektif


(42)

27

terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)

Dalam bidang pengawasan perusahaan, tanggung jawab komite audit termasuk dalam pemahaman mengenai masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendali internal serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

Dalam penerapan GCG, komite audit harus dapat memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi segala peraturan-peraturan yang berlaku dan memastikan perusahaan telah menjalankan kegiatan operasionalnya secara etis dan bermoral. Oleh karena itu, keberadaan komite audit diperlukan dalam suatu perusahaan untuk dapat mencapai tujuannya.

Menurut Surat Edaran Otoritas Keuangan No. 16/SEOJK.05/2014, komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris dalam:

a. Memastikan pengendalian internal dilaksanakan dengan baik.

b. Memastikan pelaksanaan audit internal maupun audit independen dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku.

c. Memastikan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan satuan kerja audit internal, auditor independen/ eksternal, dan hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan.

d. Memberikan rekomendasi penunjukan calon auditor independen/eksternal.


(43)

28

e. Memastikan kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku.

Dengan adanya komite audit dalam sebuah perusahaan, maka aktivitas manajemen dapat diawasi tanpa adanya intervensi dari pihak manapun karena komite audit bersifat independen (Kusumo dan Meiranto, 2014).Berdasarkan peraturan No. 55/POJK.04/2015 mengenai pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, komite audit paling sedikit terdiri dari tiga orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Menurut Bapepam dalam Kep-29/PM/2004,independensi dapat diartikan sebagai pihak dari luar direksi yang tidakmemiliki hubungan usaha dan afiliasi dengan: (1) perusahaan tercatat, (2) komisaris, (3) direksi dan (4) pemegang saham utama perusahaan tercatat, danmampu memberikan pendapat profesional secara bebas sesuai dengan etikaprofesionalnya dan tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Independensi komite audit sangat diperlukan keberadaannya dalam sebuah perusahaan, karena dengan adanya komite audit yang independen, proses pengawasan yang dilakukan oleh komite audit dapat berjalan secara efektif tanpa adanya kepentingan tertentu.

7. Kualitas Audit

Audit adalah suatu proses yang sistematik untuk memastikan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan telah sesuai dengan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Proses audit harus mampu


(44)

29

mendeteksi adanya kesalahan dalampenyajian ataupun kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan, agar laporan keuangan yang disajikan dapat dipercaya oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Oleh sebab itu, kualitas audit seorang auditor sangat berperan penting, karena sebagai bentuk penilaian terhadap hasil profesionalisme seorang auditor, terutama dalam mendeteksi, menganalisis dan melaporkan hasil penemuan audit terhadap laporan keuangan klien (Wiryadi dan Sebrina, 2013).

Kualitas audit menentukan tingkat kepercayaan para pengguna laporan keuangan. Menurut De Angelo (1981) dalam Alim et al. (2007), kualitas audit dapat didefinisikan sebagai probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kualitas audit yang dilakukan auditor eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)(big four dan non-big four), biaya audit yang dikeluarkan perusahaan dan spesialisasi yang dilakukan auditor eksternal. Terdapat beberapa KAP big four yang berafiliasi dengan KAP di Indonesia. Berikut adalah KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal pada tahun 2011-2014. Pada tahun 2011, KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal terdiri atas:

a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Haryanto Sahari dan Rekan.

b. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio dan Rekan.


(45)

30

c. Ernst & YoungGlobal (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono, Sarwako dan Sandjaja.

d. Klynveld PeatMarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

Sementara pada tahun 2012-2014, KAP big four berafiliasi dengan KAP lokal yaitu:

a. Price Waterhouse Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Tanudiredja Wibisana dan Rekan.

b. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio dan Rekan.

c. Ernst & YoungGlobal (E&Y) berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja.

d. KlynveldPeatMarwickGeordeler International(KPMG) berafiliasi dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

Auditor big four dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor non-big four(Nini dan Trisnawati, 2009). Oleh karena itu, auditor big four akan mempertahankan reputasinya tersebut dengan cara memberikan perlindungan terhadap pihak yang berkepentingan dan masyarakat. Reputasi yang dimiliki auditor big four

dianggap mampu mendeteksi adanya salah saji dan kecurangan yang dilakukan perusahaan, sehingga perusahaan mampu menghindari terjadinya retstatement laporan keuangan. Oleh sebab itu, laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh auditor big four dianggap mampu


(46)

31

menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya. Hal tersebut dikarenakan pihak luar perusahaan percaya bahwa auditor yang berkualitas akan mempertahankan kredibilitas yang dimilikinya dengan lebih berhati-hati dalam melakukan proses auditnya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Maka, sebagai tolak ukur dari penelitian ini, akan diperlihatkan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian yang dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini.


(47)

32 Tabel 2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Ridho Widi Kusumo dan Meiranto (2014)

Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Keterjadian Restatement

1. Variabel dependen yang

digunakan:restatementl aporan keuangan. 2. Variabel independen

yang digunakan: dewan komisaris independen.

1. Tidak terdapat variabel:

independensi komite audit, ukuran perusahaan dan kualitas audit,

2. Penelitian terdahulu menggunakan sampel laporan keuangan perusahaan pada tahun 2008-2012.

Kepemilikan

institusional memiliki pengaruh yang negatif terhadap restatement

laporan keuangan, serta ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, proporsi dewan komisaris independen dan kepemilikan manajerial tidak signifikan memengaruhi

restatement laporan keuangan.


(48)

33 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

2. Dyna Puspitasari dan Indira Januarti (2014)

Pengaruh

Keberadaan Wanita Dalam Dewan, Profitabilitas, Leverage, Rasio Aktivitas

Perusahaan, Ukuran

Perusahaan, dan Dewan Komisaris Independen

Terhadap Restatement

Laporan Keuangan Perusahaan

1. Variabel dependen yang digunakan:restatementlapo ran keuangan.

2. Variabel independen yang digunakan: dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan.

1. Tidak terdapat variabel:

independensi komite audit dan kualitas audit.

2. Menggunakan

sampel laporan keuangan perusahaan pada tahun 2007-2012.

Persentase keberadaan wanita dalam keanggotaan dewan,

leverage dan rasio aktivitas perusahaan berpengaruh terhadap

restatement laporan keuangan,

profitabilitas, ukuran perusahaan dan dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap restatement

laporan keuangan. Bersambung kehalaman selanjutnya


(49)

34 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

3. Sharma dan Iselin (2012)

The Association between Audit Committee Multiple-Directorship,

Tenure and

Financial Misstatements

1. Variabel dependen yang digunakan:

restatement laporan keuangan.

1. Tidak terdapat variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris

independen,

independensi komite audit, dan kualitas audit.

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara multipel-direktur dan masa jabatan komite audit dengan salah saji laporan keuangan.

4. Francis et al. (2012)

Office Size of Big 4 Auditors and Client Restatements

1. Variabel dependen yang digunakan:

restatements laporan keuangan.

2. Variabel independen yag digunakan: ukuran KAP

1. Tidak terdapat variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris

independen, dan independensi komite audit.

Ukuran KAP (kualitas auditor) memiliki perngaruh terhadap

restatement laporan keuangan.


(50)

35 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

5. Rani (2011) Pengaruh Kinerja Komite Audit Terhadap Manajemen Laba (Dengan Menggunakan Earnings Restatement Sebagai Proksi Dari Manajemen Laba) 1. Variabelindependen yang digunakan:independens i komite audit.

1. Tidak terdapat variabel:restatement

laporan keuangan, dewan komisaris independen, ukuran perusahaan dan kualitas audit.

Independensi komite audit berpengaruh terhadap keterjadian

earning restatement, serta ukuran komite audit, keahlian di bidang keuangan komite audit dan pertemuan (rapat) komite audit tidak berpengaruh terhadap keterjadian earning restatement.


(51)

36 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

6. Schmidt dan Wilkins (2011)

Bringing Darkness to Light:

The Influence of Auditor Quality and Audit Committee Expertise

on the Timeliness of Financial Statement Restatement

Disclosures

1. Variabel dependen yang digunakan:

restatement laporan keuangan.

2. Variabel independen yang digunakan: kualitas auditor.

1. Tidak terdapat variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris

independen, dan independensi komite audit.

Kualitas auditor memiliki pengaruh terhadap restatement

laporan keuangan.


(52)

37 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7. Linda

Santioso et al. (2011)

Analisis Deskripsi Hubungan Antara Karakter

Perusahaan, Independen

Komisaris, Komite Audit dan Reputasi Auditor Terhadap Terjadinya

Pernyataan

Kembali Laporan Keuangan Pada

Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1. Variabel dependen:

restatement laporan keuangan.

2. Variabel

indenpenden: ukuran perusahaan dan dewan komisaris independen.

1. Tidak terdapat variabel:

independensi komite auditdan kualitas audit.

2. Penelitian terdahulu menggunakan

sampel laporan perusahaan pada tahun 2004-2009.

Dewan komisaris independen, jumlah komite audit, karakteristik perusahaan dan reputasi auditor memiliki korelasi terhadap restatement

laporan keuangan perusahaan.


(53)

38 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

8. Carcello et al. (2010)

CEO Involvement in Selecting Board Members, Audit Committee

Effectiveness, and Restatements

1. Variabel dependen:

restatement laporan keuangan.

2. Terdapat variabel independen:

independensikomite audit.

1. Tidak terdapat variabel: ukuran perusahaan, dewan komisaris

independen dan kulitas audit.

Independensi komite audit tidak berpengaruh

terhadap restatement

laporan keuangan.

9. Citra Yuristisia dan Niki Lukviarman (2008)

Analisis Hubungan Strong Board dan Eksternal

Governance Terhadap Accounting Restatement.

1. Variabel dependen:

restatement laporan keuangan.

2. Terdapat variabel independen: dewan komisaris independen.

1.Tidak terdapat variabel: ukuran perusahaan,

independensi komite audit dan kualitas audit.

2.Menggunakan sampel laporan keuangan perusahaan tahun 2003-2006.

Terdapat hubungan yang positif antara strong boards dan exsternal governance terhadap

restatement laporan keuangan perusahaan.


(54)

39 Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

10. Abbott et al. (2004)

Audit Committee Characeristics and Restatement.

1. Variabel dependen yang digunakan:restatementlapo ran keuangan.

1. Tidak terdapat variabel:dewan komisaris independen, independensi komite audit, ukuran perusahaan dan kualitas audit. 2. Menggunakan

sampel laporan keuangan

perusahaan tahun 1991-1999.

Keberadaan komite audit independen yang beranggotakan paling sedikit 3 orang dan beranggotakan 1 orang yang mempunyai keahlian di bidang keuangan akan memperkecil terjadinya

restatement, serta frekuensi rapat yang dilakukan komite audit tidak berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya restatement. Sumber: Data diolah dari berbagai sumber


(55)

40 C. Kerangka Pemikiran

Model kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan

restatement laporan keuangan

Ukuran Perusahaan (H1)

Dewan Komisaris Independen (H2)

Independensi Komite Audit (H3)

Kualitas Audit (H4)

Perusahaan tidak dapat meminimalisir terjadinya restatement

laporan keuangan perusahaan.

Restatement Laporan Keuangan

Regresi Logistik

Hasil Pengujian dan Pembahasan


(56)

41 D. Hipotesis

1. Ukuran Perusahaan terhadap Restatement Laporan Keuangan

Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan. Untuk menilai ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu total aset, total penjual pada suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar. Ukuran perusahaan biasanya dibedakan menjadi tiga, yaitu perusahaan besar, menengah dan kecil. Berdasarkan ketentuan Bapepam No. 11/PM/1997 mengenai ukuran perusahaan berdasarkan total

aset, menyebutkan bahwa “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 miliar

rupiah”.

Perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks (Halim et al., 2005).Hal tersebut menyebabkan peluang perusahaan besar melakukan kesalahan penyajian laporan keuangan lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil, sehingga menyebabkan perusahaan wajib melakukan restatement laporan keuangannya.Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santioso et al. (2011), yang menyatakan bahwa karateristik yang dimiliki perusahaan (diproksikan oleh ukuran perusahaan dan kategori industri) memiliki korelasi terhadap

restatement laporan keuangan perusahaan. Untuk meneliti pengaruh antara ukuran perusahaan dan restatement laporan keuangan perusahaan, penelitian ini akan menguji H1.


(57)

42

H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Restatement Laporan

Keuangan Perusahaan.

2. Dewan Komisaris Independen terhadap Restatement Laporan Keuangan

Dalam menerapkan GCG perusahaan dianggap perlu membentuk suatu dewan yang bertugas membantu dewan direksi dan melakukan pengawasan atas kinerja manajemen dalam mengelola aset perusahaan. Keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan diharapkan mampu meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara manajemen perusahaan dengan para pemegang saham. Oleh karena itu, dewan komisaris harus menjalankan tugasnya secara independen agar kinerja dewan komisaris dapat berjalan efektif, cepat dan tepat. Berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas, anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya satu orang atau lebih komisaris independen dan satu orang komisaris utusan. Dewan komisaris independen dapat didefinisikan sebagai anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006)

Kemampuan dewan komisaris dalam mekanisme pengawasan yang efektif tergantung pada independensinya terhadap manajemen (Beasley,


(58)

43

1996). Hal tersebut karena pengawasan yang dilakukan oleh anggota komisaris independen akan lebih baik dan bebas dari berbagai kepentingan internal pihak perusahaan (Nicolin dan Sabeni, 2013). Pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen dapat mengurangi risiko manipulasi yang dilakukan oleh pihak manajemen.Oleh karena itu, proporsi dewan komisaris independen dapat memengaruhi kinerja perusahaan dan kualitas penyajian laporan keuangan perusahaan.Dengan demikian, maka semakin kecil pula kemungkinan perusahaan melakukan salah saji dalam penyajian laporan keuangan yang mengakibatkan perusahaan harus restatement

laporan keuangannya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yuristisia dan Lukviarman (2008), serta Santioso et al. (2011), yang menyebutkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap restatement laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti pengaruh antara dewan komisaris independen terhadap restatement laporan keuangan, dengan menguji H2.

H2: Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap Restatement Laporan Keuangan.

3. Independensi Komite Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan

Dalam menjalankan tugas sebagai dewan komisaris, dewan komisaris memerlukan adanya komite audit yang dapat bekerja secara independen. Selain itu, komite audit juga berwenang menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan satuan pengawas internal maupun auditor eksternal (Susiana dan Herawaty, 2007). Komite audit merupakan


(59)

44

salah satu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas membantu dewan komisaris mejalankan tanggung jawab dan wewenangnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pemerintah Republik Indonesia No. 30 Tahun 2003 Pasal 70 Ayat 1, terdapat beberapa tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan anggota komite audit, diantaranya menilai pelaksanaan dan hasil audit internal ataupun eksternal, memberikan rekomendasi terkait sistem pengendalian perusahaan, perusahaan telah melakukan prosedur review, serta mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperhatikan oleh dewan komisaris dan dewan pengawas.

Untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara efektif, komite audit harus dapat bekerja secara independen. Berdasarkan peraturan No. 55/POJK.04/2015, komite audit paling sedikit terdiri dari tiga orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik.Independensi komite audit sangat diperlukan karena dengan adanya independensi, maka proses pengawasan yang dilakukan komite audit dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, perusahaan mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan sehingga kesalahan penyajian dapat dihindari dan perusahaan dapat meminimalisir terjadinya restatement laporan keuangan.Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rani (2011), yang menyatakan bahwa independensi komite audit berpengaruh terhadap keterjadianrestatement.Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti


(60)

45

pengaruh antara independensi komite audit terhadap restatement laporan keuangan, dengan menguji H3.

H3: Independensi Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Restatement

Laporan Keuangan.

4. Kualitas Audit terhadap Restatement Laporan Keuangan

Perusahaan go public wajib menyajikan dan menpublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor eksternal. Auditor eksternal adalah pihak ketiga yang bertugas menilai kewajaran laporan keuangan kliennya.Auditor eksternal mampu meningkatkan keyakinan masyarakat dan pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan terhadap keandalan laporan keuangan. Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya (Hardiningsih, 2010). Kualitas audit yang dilakukan dapat menentukan tingkat kepercayaan pengguna laporan keuangan. Kualitas audit biasanya dilihat dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melakukan proses audit pada suatu perusahaan. Kualitas audit diproksi dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, mengacu pada apakah KAP bersangkutan berafiliasi dengan the big four atau tidak (Lestari, 2010).

Menurut DeAngelo (1981) dalam Dahlan (2009), KAP big fourlebih berkualitas dibandingkan dengan KAP non-big four.Kecakapan profesional auditor size(big four) besar lebih memilikikemampuan teknikal


(61)

46

untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya dibandingkan dengan auditor size kecil (non-big four).Selain itu, dengan pengalaman yang dimilikinya pula, KAP big four dianggap mampu meminimalisir terjadinya restatement laporan keuangan yang disebabkan oleh salah saji dan kecurangan (fraud) yang terdapat pada laporan keuangan.Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Schmidt dan Wilkins (2011) dan Francis et al. (2012) yang menyebutkan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh terhadap restatement laporan keuangan. Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti pengaruh antara kualitas audit terhadap restatement laporan keuangan, dengan menguji H4.

H4: Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Restatement Laporan


(62)

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris Independen, Independensi Komite Audit, dan Kualitas Audit terhadap variabel dependen, yaitu Restatement Laporan Keuangan. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2014.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public yang terdaftar di BEI. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling). Dengan metode tersebut, sampel dipilih dengan menggunakan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar (listed) di BEI sejak 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2014 dan tidak delisting selama periode penelitian. 2. Menerbitkan laporan keuangan auditan (audited financial statement) untuk


(63)

48

berturut-turut dalam periode 2011-2014 yang dinyatakan dalam rupiah agar nilai tidak terpengaruh oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar. 3. Perusahaan manufaktur yang melakukan restatement laporan keuangannya

dan tidak melakukan restatement laporan keuangannya yang memiliki jumlah aset hampir sama dengan perusahaan yang melakukan restatement

laporan keuangan.

4. Menyajikan informasi yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian pustaka (library research)

Data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti diperoleh melalui buku, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis dan internet research

yang berhubungan dengan tema penelitian. 2. Penelitian lapangan (field research)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data bersumber dari laporan keuangan auditan perusahaan dalam industri manufaktur tahun 2011 sampai 2014 yang telah dipublikasikan secara lengkap di BEI.


(64)

49 D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan perhitungan statistik memakai software statistik yaitu IBM SPSS (Statistical Package for Social) for windows versi 22. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression). Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik adalah karena variable dependen bersifat dikotomi (melakukan restatement laporan keuangan dan tidak melakukan restatement laporan keuangan). Asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorikal (non-metrik). Hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Gozali, 2013:333). Rumus persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Ln [ p


(65)

50

Keterangan: Ln [1p

- p : Restatement Laporan Keuangan (variabel dummy, nilai 1

untuk perusahaan yang mengalami restatement laporan keuangan dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak mengalami restatement laporan keuangan).

α : Konstanta

β : Koefisien Regresi

LnSize : Logaritma natural Ukuran Perusahaan KomInd : Dewan Komisaris Independen

IndKA : Independensi Komite Audit BIG_Four : Kualitas Audit

ε : Kesalahan Regresi (Regression Error)

Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dijelaskan sebagai berikut:

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013: 19). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai disperse rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai maksimum dan minimum dari sampel. Hal ini perlu


(66)

51

dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2013: 105). Pengujian ini menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2013: 105)

c. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Beberapa test statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL (Ghozali,


(1)

cxi Step

0

Restatement Non

Restatement 79 0 100.0

Restatement 53 0 .0

Overall Percentage 59.8

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.399 .178 5.054 1 .025 .671 Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Size 7.239 1 .007

KomInd .001 1 .981

IndKA .311 1 .577

Big_Four(1) 16.706 1 .000

Overall Statistics 24.012 4 .000

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant Size KomInd IndKA

Big_Four (1) Step

1

1 153.321 -5.071 .119 -2.540 5.035 -1.630 2 152.918 -6.360 .149 -2.924 5.994 -1.799


(2)

cxii 3 152.917 -6.436 .151 -2.941 6.046 -1.805 4 152.917 -6.436 .151 -2.941 6.046 -1.805 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 177.836

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 24.919 4 .000

Block 24.919 4 .000

Model 24.919 4 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 152.917a .172 .232

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 7.481 8 .486

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Restatement = Non

Restatement

Restatement = Restatement

Total Observed Expected Observed Expected


(3)

cxiii

2 9 10.128 4 2.872 13

3 8 9.918 5 3.082 13

4 11 9.627 2 3.373 13

5 11 9.428 2 3.572 13

6 10 9.048 3 3.952 13

7 7 7.391 6 5.609 13

8 4 4.921 9 8.079 13

9 2 3.858 11 9.142 13

10 6 3.802 9 11.198 15

Classification Tablea

Observed

Predicted Restatement

Percentage Correct Non

Restatement Restatement Step

1

Restatement Non

Restatement 65 14 82.3

Restatement 23 30 56.6

Overall Percentage 72.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a Size .151 .152 .981 1 .322 1.163


(4)

cxiv IndKA 6.046 2.546 5.641 1 .018 422.466 Big_Four(1

) -1.805 .524 11.856 1 .001 .164

Constant -6.436 5.202 1.531 1 .216 .002 a. Variable(s) entered on step 1: Size, KomInd, IndKA, Big_Four.

Correlation Matrix Constan

t Size KomInd IndKA

Big_Four (1) Step 1 Constant 1.000 -.951 -.005 -.557 -.442

Size -.951 1.000 -.131 .326 .489

KomInd -.005 -.131 1.000 -.133 .216

IndKA -.557 .326 -.133 1.000 -.181

Big_Four(1) -.442 .489 .216 -.181 1.000

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

16 + + I I I I F I I R 12 + + E I I Q I R I


(5)

cxv

U I R R I E 8 + R RN + N I RN RNNN R I C I RN RNNN R I Y I RNRNNNN RR I 4 + N N NNRNNNN RRR + I N NRNNNNNNNR R RRN I

I NN RNNNNNNNNNR NR R R RNR R RRNNRR RR I

I N N NN NRNNNNNNNNNN N NRNRRN N NN NN R RN R RRNR N RNRNNNR R NR I

Predicted ---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Group:

NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNR RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR

Predicted Probability is of Membership for Restatement The Cut Value is .50

Symbols: N - Non Restatement R - Restatement


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 81 85

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

21 91 114

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2013

1 34 125

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Pengaruh dewan komisaris, komite audit, internal audit, komite manajemen risiko dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan enterprise risk management : dimensi iso 31000 : Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun

0 17 157

Analisis pengaruh islamic corporate governance terhadap corporate social responsibility (Studi kasus pada Bank Syariah di Indonesia)

0 3 26

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, KUALITAS AUDIT, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

Pengaruh Independensi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris, Keahlian Keuangan Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Blockholder, dan Kualitas Audit terhadap Keterjadian Restatement - Unika Repository

0 0 13

Pengaruh Independensi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris, Keahlian Keuangan Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Blockholder, dan Kualitas Audit terhadap Keterjadian Restatement - Unika Repository

0 0 27