14
Selain penerapan GCG, hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak dari perbedaan kepentingan terhadap keuangan
perusahaan adalah pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator antara dua kepentingan. Pihak ketiga bertugas untuk menilai apakah
terdapat kesenjangan informasi yang dapat mengakibatkan manipulasi pada laporan keuangan. Auditor merupakan pihak ketiga yang dapat
menjadi mediator antara hubungan manajemen dan pemilik perusahaan atau investor. Auditor sebagai pihak ketiga dibutuhkan untuk melakukan
pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan Rudyawan dan
Badera, 2009. Auditor harus mampu menilai dan mendeteksi apakah laporan
keuangan perusahaan telah disajikan sesuai dengan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan harus
bebas dari kesalahan maupun kecurangan. Auditor harus mampu mendeteksi hal tersebut agar laporan keuangannya mampu dipercaya dan
perusahaan tidak perlu menyajikan kembali restatement laporan keuangannya yang dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap
kinerja perusahaan.
2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan gambaran dari informasi yang menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan untuk proses
15
pengambilan keputusan. Menurut Kieso et al.2011: 81, laporan keuangan adalah pernyataan keuangan yang mencerminkan pengumpulan, tabulasi
dan ringkasan akhir data akuntansi. Selain itu, laporan keuangan juga dapat didefinisikan sebagai laporan yang disajikan perusahaan yang
mencerminkan seluruh kegiatan, transaksi dan informasi yang terjadi selama periode tertentu. Tujuan laporan keuangan perusahaan adalah
menunjukkan posisi keuangan perusahaan, kinerja dan perubahan posisi keuangan kepada pemakai laporan keuangan, serta menunjukkan kinerja
manajemen selama satu periode atas sumber daya perusahaan yang telah dikelolanya.
Laporan keuangan perusahaan terdiri dari beberapa jenis laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan kegitan perusahaan selama
satu periode. Berdasarkan Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam Kep-347BL2012, terdapat beberapa bagian dalam laporan
keuangan yang wajib disajikan perusahaan setiap akhir periode, jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Laporan posisi keuangan neraca. Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang
menunjukkan aset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu emiten atau perusahaan publik pada tanggal tertentu.
b. Laporan laba rugi komprehensif. Laporan laba rugi komprehensif merupakan laporan yang menyajikan seluruh pos penghasilan dan
16
beban yang diakui dalam suatu periode. Laporan laba rugi komprehensif terdiri dari dua komponen yaitu:
1 Laba rugi. 2 Pendapatan komprehensif lainnya.
c. Laporan perubahan ekuitas. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas emiten atau perusahaan publik
yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan bersih selama periode pelaporan.
d. Laporan arus kas. Laporan arus kas menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas emiten atau perusahaan publik selama
periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas pos yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.
Laporan keuangan merupakan media untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan atas aset yang dimiliki kepada pihak-pihak luar
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menyusun laporan keuangan dengan baik untuk mencapai komunikasi yang baik pula dengan
pihak-pihak luar perusahaan. Untuk dapat menyusun laporan keuangan dengan baik, diperlukan adanya peraturan yang disusun oleh profesi
dewan pembuat standar dan pemerintah. Menurut Kieso et al. 2011,
17
karakteristik kualitatif informasi akuntansi terbagi menjadi dua bagian, yaitu kualitas fundamental fundamental qualities dan kualitas
peningkatyang meningkatkan enhancing qualities. Kualitas fundamental terdiri dari relevansi relevance dan penggambaran jujurapa adanya
faithful reprentation, sedangkan kualitats peningkat terdiri dari dapat dibandingkan comparability, dapat diverifikasi verifiability, tepat
waktu timeliness dan dapat dipahami understandability. Laporan keuangan yang dibuat perusahaan harus memenuhi karakteristik tersebut
agar para pihak pengguna laporan dapat percaya bahwa perusahaan telah menyajikan informasi yang benar dan sesuai dengan kondisi perusahaan.
3. Restatement Laporan Keuangan
Restatement laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai revisi atas laporan keuangan perusahaan yang sebelumnya telah dipublikasikan.
Restatement laporan keuangan yang mengakibatkan jumlah aset menurun sering membuat turunnya kepercayaan investor dan menyebabkan harga
saham menurun Kusumo, 2014.Berdasarkan PSAK No. 25 revisi 2012 mengenai kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan
kesalahan, terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan restatement laporan keuangan, yaitu:
a. Perubahan Estimasi Akuntansi Changes in Accounting Estimates Ketidakpastian mengenai kondisi dan peristiwa di masa
mendatang, mengakibatkan adanya estimasi dalam laporan keuangan perusahaan. Hal tersebut menyebabkan penyajian laporan keuangan
18
membutuhkan adanya estimasi pada pos-pos tertentu, misalnya estimasi masa manfaat aset yang disusutkan, estimasi ketertagihan
utang, estimasi jumlah beban garansi dan lain-lain. Kondisi dan peristiwa di masa mendatang yang tidak dapatdiduga tersebut
membuat perusahaan tidak dapat menghindari adanya perubahan estimasi. Perubahan estimasi suatu pos dalam laporan keuangan dapat
disebabkan oleh terjadinya peristiwa baru ataupun diperolehnya informasi baru. Berdasarkan PSAK No. 25 revisi 2012, perubahan
estimasi diperhitungkan secara prospektif. Dalam metode prospektif, dampak perubahan harus dimasukkan ke dalam penentuan laba atau
rugi neto tahun berjalan dan periode-periode mendatang, jika ada dan harus dimasukkan ke dalam klasifikasi pos yang serupa.
Selain itu bila perubahan estimasi akuntansi ini memiliki dampak yang material baik pada periode berjalan maupan periode
mendatang, maka sifat dan dampak dari perubahan estimasi akuntansi harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Perubahan estimasi yang
mengakibatkan perubahan aset, likuiditas atau terkait salah satu item pada ekuitas, maka perubahan estimasi akuntansi tersebut harus diakui
menyesuaikan jumlah yang tercatat pada item-item tersebut. b. Kesalahan Mendasar Fundamental Errors
Kesalahan mendasar
dapat timbul
dalam pengakuan,
pengukuran, penyajian ataupun pengungkapan pada pos-pos dalam laporan keuangan. Kesalahan mendasar dapat disebabkan beberapa hal,
19
diantaranya kesalahan matematis, penerapan kebijakan akuntansi yang keliru, kesalahan penafsiran fakta, kekeliruan maupun penipuan.
Kesalahan-kesalahan tersebut mengakibatkan kesalahan material pada laporan keuangan sehingga mengakibatkan laporan keuangan tidak lagi
reliabel. PSAK No. 25 revisi 2012mengatur perbaikan kesalahan atas kesalahan mendasar. Dalam hal ini, perbaikan kesalahan harus
diperhitungkan secara retrospektif.Dalam metode retrospektif, dampak kumulatif perbaikan kesalahan dihitung dan dilaporkan sebagai
penyesuaian terhadap saldo awal laba. c.
Perubahan Kebijakan Akuntansi Changes in Accounting Policies Kebijakan akuntansi merupakan prinsip, dasar, ataupun
peraturan yang diterapkan dalam suatu perusahaan dalam hal penyusunan ataupun penyajian laporan keuangan perusahaan. Dalam
memilih kebijakan akuntansi, PSAK No. 25revisi 2012 mengatur bahwa:
1 Apabila ada standar yang secara khusus mengatur tentang suatu transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya, kebijakan akuntansi
harus ditentukan dengan menerapkan standar tersebut dan memperhatikan segala petunjuk penerapan terkait.
2 Apabila tidak ada standar tertentu yang secara khusus mengatur tentang suatu transaksi, peristiwa maupun kondisi lainnya,
manajemen harus menggunakan penilaiannya dalam membuat dan
20
menerapkan kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang:
a Relevan dengan kebutuhan pembuatan keputusan oleh pengguna, dan
b Andal yang artinya laporan keuangan i menyajikan hasil dan posisi keuangan entitas itu secara tepat, ii mencerminkan
substansi keekonomian dari peristiwa dan transaksi, bukan bentuk formalnya saja, iii bersifat netral dan tidak
mengandung bias, iv terbuka, dan v lengkap secara material. Dalam penerapan kebijakan, perusahaan harus menerapkannya
secara konsisten sehingga para pengguna laporan keuangan dapat memahami dan membandingkan laporan keuangan selama beberapa
periode untuk mengidentifikasi kinerja, arus kas serta posisi keuangan perusahaan. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan
suatu perusahaan bila akan menghasilkan laporan keuangan perusahaan yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan melakukan restatement
laporan keuangan. Menurut GAO’s Definition of Restatement 2006, faktor-faktor yang menyebabkan restatement
laporan keuangan yaitu: 1 Akuisisi dan merger yang tidak sesuai peraturan.
2 Kesalahan dalam mencatat biaya dan perlakuan pajak. 3 Fraud.
21
4 Klasifikasi item yang tidak tepat. 5 Kesalahan akuntansi pada akun-akun investasi, goodwill, aktivitas
restrukturisasi, dan penilaian persediaan. 6 Eror pada pencatatan pengakuan pendapatan
7 Kesalahan akuntansi dalam perlakuan saham, derivatif, dan hal-hal yang menyangkut surat berharga.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau kecilnya suatu perusahaan. Beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk menentukan besar atau kecilnya perusahaan dapat ditentukan dengan melihat aset yang dimiliki perusahaan, total penjualan perusahaan
dalam suatu periode, jumlah karyawan yang digunakan untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan dan jumlah saham perusahaan yang beredar.
Semakin besar jumlah total aset, penjualan suatu periode, jumlah karyawan dan jumlah saham berada dalam suatu perusahaan, maka
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan, kemungkinan datangnya pengaruh dari luar semakin
meningkat Puspitasari et al., 2014. Jadi, dengan adanya pengaruh tersebut, kemungkinan perusahaan besar melakukan restatement laporan
keuangan akibat salah saji laporan keuangan masih ada. Umumnya, skala perusahaan dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan, yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Menurut Machfoedz
22
1994dalam Suwito dan Herawaty 2005, penentuan perusahaan didasarkan pada total aset, sebagai berikut:
a. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 10 miliar termasuk tanah dan bangunan,
serta memiliki penjualan lebih dari Rp. 50 miliartahun.
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp. 1 miliarsampai Rp. 10 miliar termasuk tanah dan
bangunan, serta memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp. 1 miliar dan kurang dari Rp. 50 miliar tahun.
c. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta termasuk tanah dan bangunan, serta
memiliki hasil penjualan minimal Rp. 1 miliar tahun. Selain itu, ketentuan Bapepam No. 11PM1997 mengatur
mengenai ukuran perusahaan berdasarkan total aset, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang
memiliki jumlah total aset tidak lebih dari 100 miliar rupiah”. Ukuran
perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan. Total aset merupakan jumlah keseluruhan kekayaan yang
dimiliki perusahaan dan digunakan untuk mencapai tujuannya. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki
23
perusahaan karena nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan.
5. Dewan Komisaris Independen
Penerapan prinsipGCG salah satunya ditandai dengan dibentuknya dewan komisaris. Dewan komisaris dalam suatu perusahaan bertugas
melakukan fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen dan memberikan nasihat kepada dewan direksi jika dipandang perlu. Dewan
komisaris dipilih oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemengang Saham RUPS. Komposisi dewan komisaris harus dibuat sedemikian rupa
sehingga proses pengawasan dapat berjalan efektif, tepat, cepat, serta bertindak secara independen tanpa adanya kepentingan tertentu.
Berdasarkan KNKG 2006, dewan komisaris dalam suatu perusahaan harus terdiri dari 2 jenis dewan komisaris, yaitu komisaris independen dan
komisaris yang terafiliasi. Keberadaan dewan komisaris independen sangat diperlukan dalam
mendorong diterapkannya prinsip dan praktik GCG dalam suatu perusahaan. Dewan komisaris independen dapat diartikan sebagai dewan
komisaris yang tidak memiliki hubungan atau kepentingan apapun dengan pemegang saham, direksi ataupun komisaris lainnya, sehingga dewan
komisaris ini dapat menjalankan tugasnya secara independen, tanpa ada pengaruh dari pihak manapun. Menurut FCGI, dewan komisaris
independen memiliki kriteria-kriteria tertentu, yaitu:
24
a.
Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen.
b.
Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan.
c. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan
lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menepati posisi
seperti itu. d. Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut.
e. Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau
perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok
atau pelanggan tersebut. Dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan agar
dewan komisaris lebih objektif dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan
diharapkan lebih efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham minoritas, serta dapat meningkatkan akuntabilitas dan efektivitas dewan
25
komisaris, terutama dalam hal pengendalian internal, manajemen risiko, pengungkapan laporan keuangan serta praktik GCG.
6. Independensi Komite Audit
Berdasarkan hukum di Indonesia, perusahaan-perusahaan go public wajib membentuk komite audit. Komite audit merupakan salah satu
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas membantu dewan komisaris menjalankan tanggung jawab dan wewenangnya. Komite
audit dapat
berguna untuk
menangani masalah-masalah
yang membutuhkan integrasi dan koordinasi, sehingga permasalahan yang
signifikan dan penting dapat teratasi. Menurut Arens et al. dalam Auditing dan Jasa Assurance
2010:112, mendefinisikan komite audit sebagai berikut: “Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan
yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen”.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 Tahun 2005 Pasal 72, menyebutkan beberapa tugas dan tanggung jawab yang
sedikitnya harus
dilaksanakan oleh
anggota komite
auditdi perusahaan,diantaranya:
a. Membantu komisarisdewan pengawas dalam memastikan efektivitas sistempengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan tugas
auditoreksternal dan auditorinternal. b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh
SatuanPengawasan Internal maupun auditor eksternal.
26
c. Memberikan rekomendasi
mengenai penyempurnaan
sistem pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.
d. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segalainformasi yang dikeluarkan perusahaan.
e. Melakukan
identifikasi hal-hal
yang memerlukan
perhatian komisarisdewan
pengawas serta
tugas-tugas komisarisdewan
pengawas lainnya. Dalam menjalankan fungsinya pada suatu perusahaan, komite audit
memiliki beberapa tanggung jawab dan tugas terhadap beberapa hal penting dalam perusahaan. Menurut FCGI 2009:37, terdapat tiga hal
yang mendasar yang merupakan tanggung jawab dan tugas komite audit, yaitu:
1. Laporan Keuangan Financial Reporting Dalam bidang laporan keuangan, komite audit memiliki tanggung
jawab untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen sesuai dengan kondisi keuangan, hasil usaha, serta rencana
dan komitmen jangka panjang. 2. Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance
Dalam bidang tatakelola perusahan, komite audit harus memastikan bahwa perusahaan telah menerapkan corporate governance sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melakukan pengawasan secara efektif
27
terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan Corporate Control Dalam bidang pengawasan perusahaan, tanggung jawab komite audit
termasuk dalam pemahaman mengenai masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendali internal serta
memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Dalam penerapan GCG, komite audit harus dapat memastikan
bahwa perusahaan telah mematuhi segala peraturan-peraturan yang berlaku dan memastikan perusahaan telah menjalankan kegiatan
operasionalnya secara etis dan bermoral. Oleh karena itu, keberadaan komite audit diperlukan dalam suatu perusahaan untuk dapat mencapai
tujuannya. Menurut Surat Edaran Otoritas Keuangan No. 16SEOJK.052014,
komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris dalam: a. Memastikan pengendalian internal dilaksanakan dengan baik.
b. Memastikan pelaksanaan audit internal maupun audit independen dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku.
c. Memastikan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan satuan kerja audit internal, auditor independen eksternal, dan hasil pengawasan
Otoritas Jasa Keuangan. d. Memberikan
rekomendasi penunjukan
calon auditor
independeneksternal.
28
e. Memastikan kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku.
Dengan adanya komite audit dalam sebuah perusahaan, maka aktivitas manajemen dapat diawasi tanpa adanya intervensi dari pihak
manapun karena komite audit bersifat independen Kusumo dan Meiranto, 2014.Berdasarkan
peraturan No.
55POJK.042015 mengenai
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, komite audit paling sedikit terdiri dari tiga orang anggota yang berasal dari komisaris
independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik. Menurut Bapepam dalam Kep-29PM2004,independensi dapat diartikan sebagai
pihak dari luar direksi yang tidakmemiliki hubungan usaha dan afiliasi dengan: 1 perusahaan tercatat, 2 komisaris, 3 direksi dan 4
pemegang saham utama perusahaan tercatat, danmampu memberikan pendapat profesional secara bebas sesuai dengan etikaprofesionalnya dan
tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Independensi komite audit sangat diperlukan keberadaannya dalam sebuah perusahaan, karena
dengan adanya komite audit yang independen, proses pengawasan yang dilakukan oleh komite audit dapat berjalan secara efektif tanpa adanya
kepentingan tertentu.
7. Kualitas Audit
Audit adalah suatu proses yang sistematik untuk memastikan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan telah sesuai dengan
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Proses audit harus mampu
29
mendeteksi adanya kesalahan dalampenyajian ataupun kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan, agar laporan keuangan yang disajikan dapat
dipercaya oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Oleh sebab itu, kualitas audit seorang auditor sangat berperan penting, karena sebagai
bentuk penilaian terhadap hasil profesionalisme seorang auditor, terutama dalam mendeteksi, menganalisis dan melaporkan hasil penemuan audit
terhadap laporan keuangan klien Wiryadi dan Sebrina, 2013. Kualitas audit menentukan tingkat kepercayaan para pengguna
laporan keuangan. Menurut De Angelo 1981 dalam Alim et al. 2007, kualitas audit dapat didefinisikan sebagai probabilitas di mana seorang
auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kualitas audit yang dilakukan auditor
eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran Kantor Akuntan Publik KAPbig four dan non-big four, biaya audit yang dikeluarkan
perusahaan dan spesialisasi yang dilakukan auditor eksternal. Terdapat beberapa KAP big four yang berafiliasi dengan KAP di Indonesia. Berikut
adalah KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal pada tahun 2011- 2014. Pada tahun 2011, KAP big four yang berafiliasi dengan KAP lokal
terdiri atas: a. Price Waterhouse Coopers PWC berafiliasi dengan KAP Haryanto
Sahari dan Rekan. b. Deloitte Touche Tohmatsu Deloitte berafiliasi dengan KAP Osman
Bing Satrio dan Rekan.
30
c. Ernst YoungGlobal EY berafiliasi dengan KAP Purwantono, Sarwako dan Sandjaja.
d. Klynveld PeatMarwickGeordeler InternationalKPMG berafiliasi dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
Sementara pada tahun 2012-2014, KAP big four berafiliasi dengan KAP lokal yaitu:
a. Price Waterhouse Coopers PWC berafiliasi dengan KAP Tanudiredja Wibisana dan Rekan.
b. Deloitte Touche Tohmatsu Deloitte berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio dan Rekan.
c. Ernst YoungGlobal EY berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja.
d. KlynveldPeatMarwickGeordeler InternationalKPMG
berafiliasi dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
Auditor big four dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor non-big fourNini dan Trisnawati, 2009.
Oleh karena itu, auditor big four akan mempertahankan reputasinya tersebut dengan cara memberikan perlindungan terhadap pihak yang
berkepentingan dan masyarakat. Reputasi yang dimiliki auditor big four dianggap mampu mendeteksi adanya salah saji dan kecurangan yang
dilakukan perusahaan, sehingga perusahaan mampu menghindari terjadinya retstatement laporan keuangan. Oleh sebab itu, laporan
keuangan perusahaan yang diaudit oleh auditor big four dianggap mampu
31
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya. Hal tersebut dikarenakan pihak luar perusahaan percaya bahwa
auditor yang berkualitas akan mempertahankan kredibilitas yang dimilikinya dengan lebih berhati-hati dalam melakukan proses auditnya.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Maka, sebagai tolak ukur dari penelitian ini, akan
diperlihatkan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian yang dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini.
32
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Tahun Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Ridho Widi
Kusumo dan Meiranto
2014 Analisis
Pengaruh Karakteristik
Corporate Governance
Terhadap Keterjadian
Restatement 1. Variabel
dependen yang
digunakan:restatementl aporan keuangan.
2. Variabel independen
yang digunakan: dewan komisaris independen.
1. Tidak terdapat
variabel: independensi komite
audit, ukuran
perusahaan dan
kualitas audit, 2. Penelitian
terdahulu menggunakan sampel
laporan keuangan
perusahaan pada
tahun 2008-2012. Kepemilikan
institusional memiliki
pengaruh yang negatif terhadap
restatement laporan keuangan, serta
ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit,
proporsi
dewan komisaris
independen dan
kepemilikan manajerial
tidak signifikan memengaruhi
restatement laporan
keuangan. Bersambung kehalaman selanjutnya
33
Tabel 2.1 Lanjutan Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu