Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hal yang sering ibu lakukan ketika balita demam yaitu diberi obat sebanyak 32 ibu 44,4,
diberi kompres 25 ibu 34,7, diberikan cairan Air putih Asi sebanyak 9 ibu 12,5 , dibawa kepelayanan kesehatan sebanyak 2 ibu
2,8, menggunakan baju tipis sebanyak 2 ibu 2,8, diberi kan baju tebal selimut sebanyak 2 ibu 2,8.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi bagian tubuh balita yang dapat dikompres saat
demam n= 72
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu meletakan kompres pada bagian dahi saja sebanyak 44 ibu 61,1, ibu yang
meletakan kompres di bagian dahi, ketiak, selangkangan sebanyak 4 ibu 5,6, ibu yang meletakan kompres pada punggung sebanyak 3 ibu
4,2, ibu yang meletakan kompres pada dahi dan ketiak sebanyak 12 ibu 25, ibu yang meletakan kompres pada ketiak 2 ibu 2,8, ibu
yang meletakan ketiak dan selangakangan sebanyak 1 ibu 1,4. Kategori
Hasil N
Dahi 44
61,1 Dahi, ketiak, selangkangan.
4 5,6
Punggung 3
4,2 Dahi, ketiak
18 25
Ketiak 2
2,8 Ketiak, selangkangan
1 1,4
Total 72
100
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi obat yang diberikan saat balita demam
n=72
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa obat yang diberikan ibu ketika anak demam yaitu parastamol sebanyak 67 ibu
93,1, ibuprofen 1ibu 1,4, dan ibu tidak memberikan obat 4 ibu 5,6.
Kategori Hasil
N Parasetamol
67 93,1
ibuprofen 1
1,4 Tidak diberi obat
4 5,6
Total 72
100
52
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran karakteristik ibu
a. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan
mempengaruhi kesadaran
akan pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada
lingkunganya yang dapat mendorong kebutuhan pelayanan kesehatan. Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan Notoatmodjo, 2005; Hasbullah,
2006. Hasil
analisis didapatkan
data responden
yang berpendidikan menengah sebanyak 35 orang 48,6. Responden
tersebut dengan jenjang pendidikan SMAsederajat. Hal tersebut menunjukkan bahwa hampir separuh responden memiliki tingkat
pendidikan yang cukup. Diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan berimplikasi pada pengetahuan dan sikap
Farhani, 2014. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riandita 2012 bahwa penanganan demam pada anak yang
buruk mayoritas dilakukan oleh ibu dengan tingkat pendidikan rendah.
Pendidikan tinggi dianggap mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang demam dan penanganannya, namun pada
kenyataanya responden yang memiliki pendidikan menengah dan rendah bisa saja jauh lebih baik pengetahuanya. Karena menurut
safwan 1986 unsur lingkungan juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung.
b. Gambaran Pengetahuan ibu
Pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan, tapi juga dapat dipengaruhi hal lain salah satunya yaitu pengalaman
sebelumnya dan kebutuhan individu Swansburg, Russel, 2001. Pengetahuan mengenai demam dan penanganan demam yang di
dapat dari lingkungan sekitar dapat berpengaruh besar terhadap proses masuknya pengetahuan. Hal tersebut terjadi karena ada
interaksi timbal balik antar individu dalam merespon pengetahuan yang diterimanya sehingga sumber informasi baik dari pendidikan
formal maupun nonformal berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan Notoadmodjo, 2005.
Pengetahuan ibu mengenai demam pada balita pada penelitian ini sudah cukup yang ditunjukan dengan data bahwa
sebanyak 36 responden 50,0 memiliki pengetahuan yang cukup. Baik buruknya pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya,
tingkat pendidikan,
umur, informasi,
pengalaman, status ekonomi dan sosial budaya Notoatmodjo, 2005. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dawood
2010 pengetahuan yang cukup tersebut bisa disebabkan oleh