makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens.
Mekanisme kerja OHO, efek samping utama, serta pengaruh obat terhadap penurunan A1C dapat dilihat pada tabel 2.6 Soegondo, 2007.
Tabel 2.6 Mekanisme kerja, efek-samping utama dan pengaruh terhadap penurunan A1C Hb-glikosilat
Cara kerja utama Efek samping
utama Penurunan
A1C Sulfonilurea
Meningkatkan sekresi insulin
BB naik, Hipoglikemia
1,5-2
Glinid Meningkatkan sekresi
insulin BB naik,
Hipoglikemia ?
Metformin Menekan produksi
glukosa hati dan menambah sensitivitas
terhadap insulin Diare, dispepsia,
asidosis laktat 1,5-2
Penghambat glukosidase
Alfa
Menghambat absorpsi glukosa
Flatulens, tinja lembek
0,5-1,0
Tiazolidindion Menambah sensitivitas
terhadap insulin Edema
1,3
Sumber : Buku Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, 2007
2.1.8 Penilaian Hasil Terapi
Dalam praktek sehari-hari, hasil pengobatan DM harus dipantau secara terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah PERKENI, 2006. a. Pemeriksaan kadar glukosa darah
Tujuan pemeriksaan glukosa darah : - Untuk mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai
- Untuk melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran terapi.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan glukosa 2 jam posprandial secara berkala sesuai
dengan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemeriksaan A1C Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai glikohemoglobin,
atau hemoglobin glikosilasi disingkat sebagai A1C, merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya.
Tes ini tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan A1C dianjurkan dilakukan minimal 2 kali dalam
setahun. c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri PGDM
Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai darah kapiler. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering
yang umumnya sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi
dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan dilakukan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Secara berkala, hasil pemantauan dengan cara
reagen kering perlu dibandingkan dengan cara konvensional. PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan insulin atau pemicu
sekresi insulin. Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi, tergantung pada terapi. Waktu yang dianjurkan, pada saat sebelum makan, 2 jam setelah
makan menilai ekskursi maksimal glukosa, menjelang waktu tidur untuk menilai risiko hipoglikemia, dan di antara siklus tidur untuk menilai
adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala, atau ketika mengalami gejala seperti hypoglicemic spells. Prosedur PGDM dapat
dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7 Kriteria Pengendalian DM
Baik Sedang
Buruk Glukosa darah puasa mgdl
Glukosa darah 2 jam mgdl A1C
Kolesterol Total mgdl Kolesterol LDL mgdl
80-100 80-144
6,5 200
100 100-125
145-179 6,5-8
200-239 100-129
≥126 ≥180
8 240
≥130
Universitas Sumatera Utara
Kolesterol HDL mgdl Trigeliserida mgdl
IMT kgm
2
Tekanan darah mmHg Pria: 40
Wanita: 50 150
18,5-23 ≤13080
150-199 23-25
130-140 80-90
≥200 25
14090
Sumber : PERKENI, 2006
2.1.9 Komplikasi Diabetes Melitus