Diagnosis dan Pemeriksaan Diabetes Mellitus kehamilan DMK

lensa mata dapat menyebabkan metabolisme kadar gula yang tinggi menjadi sorbitol dan fructose. Produk jalur poliol ini berakumulasi dalam jaringan yang terkena menyebabkan bengkak osmotik dan kerusakan sel Salzler, Crawford dan Kumar, 2007.

2.1.6 Diagnosis dan Pemeriksaan

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM, antara lain PERKENI, 2006 : a. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dijelaskan sebabnya. b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada laki-laki serta pruritus vulva pada perempuan. Selain dengan keluhan, diagnosa DM harus ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh whole blood, vena ataupun kapiler sesuai kondisi dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler Gustaviani, 2006; PERKENI, 2006. Tabel 2.3 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM mgdl Bukan DM Belum pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu mgdl Plasma vena Darah kapiler 100 90 100-199 90-199 ≥200 ≥200 Kadar glukosa darah Puasa mgdl Plasma vena Darah kapiler 100 90 100-125 90-99 ≥126 ≥100 Sumber : Konsesus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2006 Universitas Sumatera Utara Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosa DM adalah PERKENI, 2006 : a. Didahului dengan adanya keluhan-keluhan khas yang dirasakan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan glukosa darah. b. Pemeriksaan glukosa darah menunjukkan hasil : pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mgdl sudah cukup menegakkan diagnosis, pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mgdl patokan diagnosis DM. Tabel 2.4 Kriteria Diagnosis DM 1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mgdl 11.1 mmolL Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Atau 2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mgdl 7.0 mmolL Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau 3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mgdl 11.1 mmolL TTGO dilakukan dengan standart WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. Sumber : PERKENI, 2006 Untuk kelompok tanpa keluhan DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosa DM. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mgdl, kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mgdl pada hari yang lain, atau hasil tes toleransi glukosa oral TTGO didapatkan kadar glukosa darah setelah pembebanan ≥ 200 mgdl PERKENI, 2006.

2.1.7 Penatalaksanaan