Tujuan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

sel otot polos yang mengalami degenerasi. Umumnya fibroid ditemukan dalam dekade ke empat atau kelima dari kehidupan. Fibroid adalah suatu tumor yang sering terdapat pada rongga panggul. Pertumbuhan mioma dirangsang oleh estrogen. Mioma bertumbuh dengan mendorong perbatasan dengan sebuah kapsul palsu dan bisa tumbuh menjadi sangat besar. Tempat pertumbuhan yang paling sering adalah didalam korpus uteri Rayburn, 2001. Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia produktif 20-25, dengan prevalensi yang meningkat lebih dari 70 pada pemeriksaan patologi anatomi uterus. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 pada semua penderita ginekologi yang dirawat dan paling banyak ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun kurang lebih 25 serta jarang sekali ditemukan pada wanita 20 tahun dan pasca menopause Wiknjosastro, 2006. Berdasarkan penelitian World Health Organisation WHO, 2010 penyebab angka kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 1,95 kasus dan tahun 2011 sebanyak 21 2,04 kasus. Survei yang dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan tercatat jumlah kasus mioma uteri dari tahun 2009-2011 adalah sebesar 152 kasus dengan rincian pada tahun 2009 sebesar 57 kasus, pada tahun 2010 sebesar 61 kasus, dan pada tahun 2011 sebesar 34 kasus Yana, 2012. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk memberikan “Asuhan keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman nyeri” pada pasien dengan mioma uteri di RSUD dr. Pirngadi Medan

B. Tujuan

Tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan melakukan asuhan keperawatan nyeri akut pada pasien mioma uteri di RSUD dr. Pirngadi Medan. C. Manfaat Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menambah bahan pustaka serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi perawat serta pembaca tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri. Universitas Sumatera Utara

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Kronik Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien dirumah sakit Prasetyo, 2010. Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interprestasi stimulus Mubarak Chayatin, 2008. Nyeri mengganggu hubungan dan kemampuan individu untuk mempertahankan perawatan dirinya. Dengan menyadari hal tersebut, maka perawat akan dapat menangani masalah klien dengan lebih profesional. Perawat yang berperan sebagai seorang pengamat yang aktif dan memiliki pengetahuan tentang klien yang mengalami nyeri, akan menganalisa lebih objektif tentang pengalaman nyeri. Klien membuat diagnosis bahwa ia mengalami nyeri dan perawat bekerja untuk menerapkan teknik-teknik dan keterampilan yang pada akhirnya akan menghilangkan nyeri Potter Perry, 2006. Berdasarkan klasifikasinya secara umum, menurut Mubarak Chayatin, 2008 nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis. a Nyeri Akut Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan persepsi nyeri Mubarak Chayatin, 2008. Menurut Prasetyo, Nyeri akut berdurasi singkat kurang dari 6 bulan, memiliki onset yang tiba-tiba, dan terlokalisir. Nyeri ini biasanya diakibatkan Universitas Sumatera Utara oleh trauma, bedah, atau inflamasi. Hampir setiap individu pernah merasakan nyeri ini, seperti saat sakit kepala, sakit gigi, tertusuk jarum, terbakar, nyeri otot, nyeri saat melahirkan dan nyeri sesudah tindakan pembedahan. b Nyeri Kronis Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Selain itu penginderaan nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia. Akibatnya, mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa, dan terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam periode waktu tertentu Mubarak Chayatin, 2008. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri menurut Potter Perry,2006 sebagai berikut : a Usia Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak- anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. b Jenis Kelamin Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri di pengaruhi oleh faktor- faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu. c Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa-apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. d Makna Nyeri Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. e Perhatian Universitas Sumatera Utara Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat di dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. f Ansietas Hubungan antar nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. g Keletihan Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka lama. h Pengalaman Sebelumnya Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. i Mekanisme Koping Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat seseorang merasa kesepian. Hal yang sering terjadi adalah klien merasakan kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau hasil akhir dari peristiwa yang terjadi. j Dukungan Keluarga dan Sosial Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Universitas Sumatera Utara

1. Pengkajian

Prasetyo 2010 mengatakan pengkajian nyeri yang faktual terkini, lengkap dan akurat akan memudahkan perawat didalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon yang diberikan. Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon yang dialami oleh klien. Girton 1984 dalam Prasetyo, mengidentifikasi komponen-komponen tersebut, diantaranya : 1. Penentuan ada tidaknya nyeri Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan. 2. Karakteristik nyeri metode P, Q, R, S, T a. Faktor pencetus P: Provocate Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian- bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat harus mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplor perasaan klien dan dapat menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri. b. Kualitas Q, Quality Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang di ungkapkan oleh klien, sering kali mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan. c. Lokasi R: Region Universitas Sumatera Utara Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus menyebar. d. Keparahan S: Severe Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri 0-10 Skala Numerik Numerical Rating Scale, NRS digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas terapeutik. e. Durasi T: Time Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. 3. Respon fisiologis Tabel 1. Respon fisiologis yang timbul akibat nyeri antara lain: Respon fisiologis terhadap nyeri Respon simpatik Peningkatan frekuensi pernapasan Dilatasi saluran bronkiolus Peningkatan frekuensi denyut jantung Vasokontriksi perifer pucat, peningkatan tekanan darah Peningkatan kadar glukosa darah Universitas Sumatera Utara Diaforesis Peningkatan tegangan otot Dilatasi pupil Penurunan motilitas saluran cerna Respon parasimpatik Pucat Ketegangan otot Penurunan denyut jantung atau tekanan darah Pernafasan cepat dan tidak teratur Mual dan muntah Kelemahan atau kelelahan 4. Respon perilaku Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung. 5. Respon afektif Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri. Adanya depresi, ansietas, ketidak tertarikan pada aktivitas fisik juga merupakan respon afektif. 6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-hari. 7. Persepsi klien tentang nyeri Dalam hal ini, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan disekitarnya. 8. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami. Universitas Sumatera Utara

2. Analisa Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit initial asessment , selama pasien dirawat secara terus-menerus ongoing assesment, serta pengkajian ulang untuk menambahmelengkapi data reassesment Potter Perry, 2005. Setelah melakukan pengumpulan data kemudian melakukan analisa data. Analisa data mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandingkan pola ini dengan kesehatan yang normal,dan menarik konklusi tentang respon klien. Perawat memeperhatikan pola kecenderungan sambil memeriksa kelompok data yang terdiri atas batas karakteristik Potter Perry, 2005. 3. Rumusan Masalah Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnosa yang sesuai. Diagnosa keperawatan berfokus pada mendefinisikan kebutuhan dasar keperawatan dari klien Gordon,1994. Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual Potter Perry, 2005. Diagnosa keperawatan NANDA mungkin muncul pada klien dengan masalah nyeri dalam Potter Perry, 2006 adalah: 1. Nyeri yang berhubungan dengan cedera fisik atau trauma, penurunan suplai darah ke jaringan, dan proses melahirkan normal. 2. Nyeri kronik yang berhubungan dengan, jaringan parut dan kontrol nyeri yang tidak adekuat, dan kanker maligna. Universitas Sumatera Utara 3. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan nyeri kronik. 4. Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan, nyeri muskuloskeletal dan nyeri insisi. 5. Resiko cedera yang berhubungan dengan penurunan persepsi nyeri. 6. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan nyeri muskuloskeletal. 7. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan nyeri artritis panggul. 8. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri punggung bagian bawah.

4. Perencanaan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut Potter Perry, 2005. Berikut contoh perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman nyeri kronik berdasarkan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC dengan diagnosa keperawatan nyeri. No. DX Perencanaan Keperawatan 1. Tujuan dan Kriteria Hasil 1. Pasien akan menunjukkan teknik relaksasi secara yang efektif untuk mencapai kenyaman. 2. Pasien akan mempertahankan nyeri pada skala 2 atau kurang. 3. Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri. 4. Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan. 5. Pasien menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan non analgesik secara cepat. 6. Tanda-tanda vital normal Rencana Tindakan Rasional Lakukan pengkajian nyeri yang meliputi skala, lokasi, karakteristik, intensitas atau keparahan nyeri atau faktor Mengetahui derajatskala nyeri yang sedang dialami. Universitas Sumatera Utara presipitasinya. Kaji tanda-tanda vital Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi kompres dingin atau kompres hangat. Berikan posisi yang aman dan nyaman. Lakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan Misalnya, suhu ruangan, cahaya dan kegaduhan . Kolaborasikan pemberian analgetik Nyeri yang berlanjut akan berdampak pada peningkatan tanda- tanda vital. Agar pasien dan keluarga mengetahui cara mengehilangkan nyeri dengan teknik nonfarmakologis atau tanpa obat. Mengurangi ketegangan pada otot- otot Merilekskan tubuh dan mengurangi nyeri yang dialami. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar dan meningkatkan istirahat atau realisasi. Terapi farmakologi meredakan nyeri. Universitas Sumatera Utara

B. Asuhan Keperawatan Kasus