a. Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu. b.
Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.
c. Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertanian. d.
Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air
Kristanto, 2002.
2.2 Pencemaran Air
Air di permukaan bumi ini terdiri atas 97 air asin di lautan, 2 masih berupa es, 0,0009 berupa danau, 0,00009 merupakan air tawar di sungai dan
sisanya merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan. Oleh sebab itu, air
merupakan barang langka yang paling dominan dibutuhkan di permukaan bumi ini Nugroho, 2006.
Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar
seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup berukuran kecil mikroba yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Perairan alami mempunyai sifat
yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu selama sistem di dalamnya tidak mengalami gangguan atau hambatan, antara lain dalam pencemaran Nugroho,
2006.
Seiring dengan menigkatnya kemajuan di sektor industri, semakin meningkat pula masalah pencemaran di Indonesia. Masuknya limbah industri ke
dalam suatu perairan dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan tersebut Nugroho, 2006.
2.2.1 Komponen Pencemaran Air
Meskipun rumus kimia air murni di lingkungan laboratorium adalah H
2
O namun kenyataannya di alam, rumus kimia tersebut seolah-olah berubah menjadi
H
2
O + X. Dalam hal ini, X merupakan komponen-komponen yang masuk atau dimasukkan ke dalam badan air sehingga menyebabkan perairan menurun
kualitasnya dan tidak sesuai dengan peruntukannya. Komponen tersebut dapat berupa komponen non-biologis dan komponen biologis Nugroho, 2006.
Komponen non-biologis dapat berupa pupuknutrient tanaman, sampahpadatan, minyak, bahan radioaktif, senyawa anorganik dan mineral,
termasuk logam-logam berat serta komponen organik sintetik seperti residu pestisida dan deterjen. Komponen biologis dapat berupa mikroba, khususnya
mikroba yang bersifat merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya, seperti bakteri patogen dan bakteri pencemar Nogroho, 2006.
2.2.2 Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi organisme perairan seperti benthos, perifiton dan plankton.
Dengan menurunnya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologis perairan dapat terganggu. Sistem ekologis perairan ekosistem mempunyai
kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh
beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya
maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi Nugroho, 2006. Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk,
seperti timbulnya bau, menurunnya keanekaragaman dan mengganggu estetika juga berdampak negatif bagi kesehatan makhluk hidup, Karena di dalam air yang
tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen-komponen beracun Nugroho, 2006.
2.2.3 Parameter Uji Kualitas Air
Untuk mengetahui apakah suatu perairan tercemar atau tidak, diperlukan serangkaian tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut.
Beberapa parameter uji yang umumnya harus diketahui, yaitu: a.
Nilai keasaman pH dan alkalinitas Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral, berkisar antara 6
hingga 8. Air limbah atau air yang tercemar memiliki pH sangat asam atau pH cenderung basa, tergantung dari jenis limbah dan komponen
pencemarnya. b.
BODCOD BOD Biological Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup di dalam air untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan pencemar di dalam air. Nilai BOD tidak
menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut. COD Chemical Oxigen Demand, merupakan uji yang lebih cepat daripada uji BOD, yaitu suatu
uji berdasarkan reaksi kimia tertentu untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. c.
Suhu Kenaikan suhu tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut
di dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif tinggi
seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan air untuk mencari oksigen. Jika suhu tersebut tidak juga
kembali pada suhu normal, lama kelamaan dapat menyebabkan kematian ikan dan hewan lainnya.
d. Warna, rasa, dan bau
Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal
terjadinya polusi di suatu perairan. Rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut,
ganggang, plankton, tumbuhan air dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang mati.
e. Jumlah padatan
Padatan yang dapat mencemari air, berdasarkan ukuran partikel dan sifat- sifat lainnya dapat dikelompokkan menjadi padatan terendap sediman,
padatan tersuspensi dan padatan yang terlarut. Padatan yang mengendap terdiri dari partikel-partikel yang berukuran relatif besar dan berat
sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Padatan tersebut terbentuk biasanya merupakan akibat erosi. Padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi berukuran lebih kecil dan lebih ringan
daripada padatan terendap. Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air seperti gula dan garam-garam
mineral hasil buangan industri kimia. f.
Kehadiran mikroba pencemar Air merupakan habitat berjenis-jenis mikroba, seperti alga, protozoa dan
bakteri. Dari sekian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak
dikehendaki kehadirannya karena mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Mikroba tersebut dapat
berperan sebagai bioindikator kualitas perairan dan secara khusus akan dibahas pada bab selanjutnya.
g. Kandungan minyak dan lemak
Meskipun minyak mengandung senyawa volatile yang mudah menguap, namun masih ada sisa minyak yang tidak dapat menguap. Karena minyak
tidak dapat larut dalam air, maka sisa minyak akan tetap mangandung di air, kecuali jika minyak tersebut terdampar ke pantai atau tanah di
sekeliling sungai. Minyak yang menutupi permukaan air akan
menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air
karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air.
h. Kandungan bahan radio aktif
Meskipun jarang terjadi, namun pada perairan yang dekat dengan industri peleburan dan pengolahan logam seringkali ditemukan bahan radio aktif
seperti uranium, thorium-230 dan radium-226. Komponen-komponen tersebut dapat terlarut dalam air hujan dan masuk ke sumber-sumber air
yang ada. Komponen radioaktif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara. Semua radio aktif menimbulkan dampak negatif
bagi kesehatan manusia, diantaranya dapat menyebabkan gangguan pada fungsi syaraf, gangguan dalam pembelahan sel yang menyebabkan kanker
serta gangguan dalam pembentukan sel-sel darah yang menyebabkan anemia.
i. Kandungan logam berat
Logam berat heavy metals atau logam toksik toxic metals adalah terminologi yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok
elemen-elemen logam yang kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Logam berat yang terdapat baik di
lingkungan maupun di dalam tubuh manusia dalam konsentrasi yang sangat rendah disebut juga sebagai trace metals. Trace metals seperti
Kadmium Cd, Timbal Pb, dan Merkuri Hg mempunyai berat jenis
sedikitnya lima kali lebih besar daripada air. Logam-logam berat yang sering dijumpai dalam lingkungan perairan yang tercemar limbah industri
adalah merkuri atau air merkuri Hg, Nikel Ni, Kromium Cr, Kadmium Cd, Arsen As, dan Timbal Pb. Logam-logam tersebut dapat
mengumpul di dalam tubuh suatu organism dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. Selanjutnya, menurut sifat
toksisitasnya unsur-unsur dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan, yaitu:
- Unsur-unsur yang tidak bersifat toksik, yaitu: Na, K, Mg, Ca, H, O, N,
C, P, Fe, Cl, Br, F, Li, Rb, Sr, Al, dan Si. -
Sangat toksik dan mudah dijumpai, yaitu: Be, Co, Ni, Cu, Zn, Sn, As, Te, Pd, As, Cd, Pt, Au, Ti, Pb, Jb, dan Bi.
- Sangat toksik tetapi tidak larut dan sukar dijumpai, yaitu: Ti, Ht, Zr,
W, Nb, Ta, Re, Ga, La, Rh, Ir, Ru, dan Br. Logam berat sebagai salah satu sumber pencemar anorganik yang masuk
ke dalam perairan tersebut dapat berasal dari: -
Pelapukan batuan yang mengandung logam berat pencemaran ini berasal alamiah.
- Industri yang memproses biji tambang.
- Pabrik-pabrik dan industri yang mempergunakan logam berat di dalam
proses produksinya. -
Pencucian logam dari sampah baik sampah organik maupun anorganik
- Logam berat yang berasal dari eksheta manusia dan hewan karena
tidak sengaja mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh logam berat.
Meskipun manusia tidak secara langsung mengkonsumsi logam berat, namun secara tidak langsung logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui air minum dan makanan yang dikonsumsinya. Air yang tersimpan pada malam hari di dalam pipa-pipa saluran air dapat menyebabkan meresapnya timbal
dan kadmium dari pipa ke dalam air yang akan dikucurkan Nugroho, 2006.
2.3 Pengolahan Air
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat, PDAM melakukan pengolahan terhadap air baku dari beberapa sumber yaitu mata air dan
air sungai. Adapun proses pengolahannya dimulai dari pengambilan air baku melalui intake. Intake tersebut mempunyai saringan untuk menyaring sampah-
sampah kasar yang ada di air baku. Kemudian air baku dialirkan ke dalam Presentlink Tank bak pengendap. Disini air baku diberi gas chlorine yang
berguna mengoksidasi zat-zat anorganik dan juga sebagai desinfektan atau pembunuh bakteri. Setelah itu air baku dipompakan ke Splitter Box melalui Raw
Water Pumping Station rumah pompa air baku. Di dalam Splitter Box air baku ditambahkan tawas dengan kadar yang sesuai dengan kondisi air baku. Larutan
tawas ditambahkan dengan memakai Dossing Pump. Kemudian air secara gravitasi dialirkan ke Clarifier. Di dalam Clarifier terjadi pembentukan flok,
dimana bahan koagulan atau tawas akan mengikat koloidal atau logam halus yang terdapat di dalam air baku. Pada unit ini terdapat Agitator yang berfungsi sebagai
alat untuk mempercepat proses pembentukan flok. Disini juga terjadi pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent lalu
dilanjutkan ke Filter. Filter berfungsi untuk menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari Clarifier. Media filter ini terdiri dari bahan-bahan batuan, kerikil
dan pasir kuarsa. Kemudian air bersih yang keluar dari filter ditampung di dalam reservoir.
Air bersih yang ada didalam reservoir ditambahkan lagi dengan kaporit dan kapur melalui Dossing Pump. Larutan kapur berfungsi untuk mengatur pH air
bersih agar sesuai dengan kualitas air bersih yang dibolehkan untuk diminum. Larutan kaporit disuntikkan ke reservoir apabila Chlorination ruang klorin tidak
berfungsi. Akhirnya melalui Finish Water Pump Station rumah pompa air bersih, air bersih dialirkan dari reservoir melalui pipa transmisi ke pelanggan.
Dalam pengolahan juga terdapat berbagai kesulitan, antara lain: a.
Adanya fosfat yang berlebihan dapat mengakibatkan kesulitas di dalam pengendapan oleh flokulan. Dosis flokulan harus diperbesar, dengan
demikian biaya untuk membeli flokulan sebagai koagulan naik dan biaya produksi naik pula.
b. Zat-zat organik, algae, plankton dan mikroba-mikroba nitrifikasi yang
sangat halus dapat mengakibatkan kesulitan pada proses pengendapan dengan flokulan biasa, tetapi akan mengendap apabila di aerasi
menghembuskan oksigen udara ke dalam cairan. Tetapi di musim penghujan konsentrasi bahan-bahan penyebab kesulitan
pengolahan sangat jauh berkurang karena debit aliran sungai berlipat ganda dan
juga cukup deras untuk mencegah pertumbuhan algae dan plankton. Namun ini tidak berarti bahwa pekerjaan instalasi menjadi ringan, pekerjaan instalasi tetap
berat hanya saja hasil pengolahannya dapat berkualitas lebih baik. Pengolahan air merupakan suatu usaha menjernihkan air dan
meningkatkan mutu air agar dapat diminum. Proses pengolahan air meliputi 4 empat tahap yaitu:
1. Proses pemurnian air yaitu suatu proses merubah keadaan air dari keruh,
berbau dan berwarna, pH beraneka menjadi air yang jernih, bebas dari keruh, berbau dan berwarna serta pH yang netral.
2. Proses desinfeksi yaitu proses agar kuman patogen yang berada dalam air
dipanaskan. Cara yang dipakai dalam proses desinfeksi adalah sebagai berikut:
a. Klorinsasi: Air setelah mengalir melalui filter pasir cepat maka air
tersebut akan diberi klor 60 dengan perbandingan satu kubik air diperlukan klor sebanyak 5 gram. Dalam pemakaian klor cenderung
meningkat keasaman air maka terdapat reaksi. H
2
O + Cl
2
HCl + HClO HClO
HCl + [O] Pemakaian Cl bertujuan membasmi kuman dan [O] yang terbentuk
juga membantu pembasmian kuman. HCl yang terbentuk dalam pemakaian Cl
2
akan menambah keasaman air dan dapat merusak pipa yang terbuat dari logam.
b. Ozonisasi: Air yang mendapat ozon atau ozonisasi, kuman-kuman
yang terkandung di dalamnya akan mati. Cara ozonisasi air mengalir melalui suatu penekanan, ozon O
3
akan larut di dalam air. H
2
O + O
3
H
2
O + O
2
+ [O] c.
Proses ultravioletisasi: Melalui penyinaran ultraviolet dengan intensitas cahaya pada air yang sedang mengalir maka kuman-kuman
yang terdapat di dalam air akan mati. 3.
Proses filtrasi : Proses ini terhadap zat atau unsur mineral dan kuman patogen. Filter yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Filter karbon aktif: Filter ini menggunakan karbon aktif berbentuk
bubuk atau butiran. b.
Filter keramik: Filter ini terbuat dari bahan dasar keramik atau bubuk halus kemudian dibentuk menjadi keramik.
c. Filter selaput disebut juga filter membran, ada tiga macam filter
selaput yaitu filter selaput selulosa asetat, filter selaput selulosa triacetate dan filter resin poliamida.
d. Filter pasir karang aktif.
4. Proses pengaturan pH air: pH air normal berkisar 6,5 – 9,2. Apabila pH
kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2 akan mengakibatkan pipa air yang terbuat dari logam mengalami korosif sehungga pada akhirnya air tersebut
akan menjadi racun terhadap pertumbuhan manusia Gabriel, 2001.
2.4 Klorida Cl
Klorida adalah senyawa halogen klor Cl. Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi karbonil klorida
sangat beracun. Di Indonesia, klor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak Cl akan menimbulkan rasa asin,
korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu klor di dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi klor ini dapat terikat pada senyawa
organik dan membentuk halogen-hidrokarbon Cl-HC banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena itu, di berbagai
Negara maju sekarang ini, kloronisasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan Slamet, 1994.
Klorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Klorida
merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi desinfektan, tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium
menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi Gintings, 1992. Konsentrasi maksimum yang dibolehkan dalam air 250 mgl. Kadar yang
berlebihan menyebabkan air asin rasanya. Rasa asin akan bertambah akibat adanya limbah yang mencemari air Sutrisno, 2007.
Konsentrasi 250 mgl unsur ini dalam air merupakan batas maksimal konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. Konsentrasi klorida
dalam air dapat meningkat dengan tiba-tiba dengan adanya kontak dengan air bekas. Klorida mencapai air alam dengan banyak cara. Kemampuan melarutkan
pada air untuk melarutkan klorida dari humus topsoil dan lapisan-lapisan yang lebih dalam. Percikan dari laut terbawa ke pedalaman sebagai tetesan atau sebagai
Kristal-kristal garam kecil, yang dihasilkan dari penguapan air dalam tetes-tetes tersebut. Sumber-sumber ini secara tetap mengisi klorida di daerah pedalaman di
mana mereka jatuh Sutrisno, 2007. Kotoran manusia, khususnya urin, mengandung klorida dalam jumlah kira-
kira sama dengan klorida yang di konsumsi lewat makanan dan air. Jumlah ini rata-rata kira-kira 6 gr klorida perorangan perhari dan menambah jumlah Cl dalam
air bekas sewage kira-kira 15 mgl di atas konsentrasi dalam air yang membawanya, di samping itu banyak air buangan dari industri yang mengandung
klorida dalam jumlah yang cukup. Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi
manusia. US Public Health Service menyatakan bahwa klorida hendaknya dibatasi sampai 250 mgl dalam air yang akan digunakan oleh umum. Sebelum prosedur
pemeriksaan bakteriologis berkembang percobaan kimia untuk klorida dan nitrogen, dalam berbagai bentuk, digunakan sebagai dasar dalam pendektesian
kontaminasi air tanah oleh air bekas Sutrisno, 2007. Klorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan. Unsur ini
apabila berikatan dengan ion Na
+
dapat menyebabkan rasa asin, dan dapat merusak pipa-pipa air. Konsentrasi maksimal klorida dalam air yang ditetapkan
sebagai standar persyaratan oleh Dep. Kes. RI adalah sebesar 200,0 mgl sebagai konsentrasi maksimal yang dianjurkan, dan 600,0 mgl sebagai konsentrasi
maksimal yang diperbolehkan Sutrisno, 2007.