Budaya Mandailing Aspek budaya dalam perawatan bayi baru lahir

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Ketiga wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

2.5.2. Budaya Mandailing

Wilayah Mandailing merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Selatan. Luas daerah ini adalah 18.896,50 km 2 atau sekitar 26,,37 dari luas provinsi Sumatera Utara Parlaungan R, 2002. Dari segi budaya, Mandailing berada di sepanjang jalan raya lintas Sumatera di daerah Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, sekitar 40 km dari Padang Sidempuan ke selatan dan sekitar 150 km dari Bukit Tinggi ke utara. Kebudayaan Mandailing merupakan bagian dari kebudayaan inti Batak. Sebagaimana dengan masyarakat batak lainnya, orang Mandailing memperhitungkan hubungan keturunan patrilineal. Tiap-tiap desa di Mandailing mempunyai sebuah balai desa, tempat pelaksanaan sidang-sidang pengadilan dan sidang-sidang adat lainnya. Meskipun secara adat, Mandailing merupakan bagian dari adat utama Batak, adat Mandailing sudah banyak dipengaruhi oleh agama Islam. Budaya Mandailing didukung oleh suku Mandailing yang terbagi ke dalam beberapa marga dibagi atas garis keturunan ayah. Marga-marga mandailing meliputi: Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulae, Matondang, Parinduri, Hasibuan.

2.5.3. Aspek budaya dalam perawatan bayi baru lahir

Faktor-faktor sosial budaya mempuyai peranan penting dalam memahami sikap dan perilaku menanggapi kehamilan, kelahiran, serta perawatan bayi dan Universitas Sumatera Utara ibunya. Sebagian pandagan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan Meutia, 1998. Kebudayaan merupakan total jumlah karakteristik yang diwarisi secara sosial yang dapat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan dibentuk oleh dibentuk oleh nilai-nilai, keyakinan, norma, dan prilaku yang dibentuk oleh kelompok dengan latar belkang yang sama. Pedoman kebudayaan dipikirkan dan dilakukan seseorang, diekspresikan apa adanya. Karena tradisi ini diturunkan maka akan menjadi nilai-nilai budaya yang menjadi prilaku. Untuk memahami prilaku individu, perlu memahami latar belakang kebudayaan mereka Para perawat berinteraksi dengan keluarga dari kebudayaan atau kelompok entis yang berbeda, dapat memberi asuhan keperawatan esensial sesuai dengan budaya dengan menguji secara teliti keyakinan-keyakinan budaya , mengidentifikasi bias, sikap, dan penilaian mempelajari praktek dari kebudayaan- kebudayaan yang penting . Beberapa kebudayaan memberikan prioritas tinggi untuk memiliki anak laki-laki, wanita yang melahirkan anak laki-laki menerima status yang lebih tinggi dalam keluarga,ini berlaku pada keluarga Cina tradisional.Dalam keluarga hispanic trdisional, nenek diharapkan memainkan peranan dalam merawat bayi barulahir Burrougs, A Laifer, G 2001. Menurut galanti dikutip dari Bobak dkk, 2004 Orang Amerika-Meksiko memiliki beberapa tradisi seperti, menyusui pada bayi baru lahir dimulai pada hari keempat, karena kolostrum dianggap kotor atau tercemar . Minyak zaitun atau jarak diberikan pada bayi baru lahir karena dianggap dapat menstimulasi pengeluaran mekonium. Bayi laki-laki tidak disirkumsisi, dan telinga bayi laki- Universitas Sumatera Utara laki ditindik. Berbagai obat juga digunakan untuk mengatasi mal ajo dan fontanel yang cekung. Dalam penelitian Dwi purwo Sulaksono pada masyarakat pinggiran Jakarta di kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, terdapt buburuk roh jahat sejenis genderuwo yang menginginkan nyawa bayi serta dapat mengakibatkan sakit panas dan kematiannya. Karena itu sejak lahir hingga usia tujuh hari, sang bayi tidak dibiarkan tidur seorang diri. Selain itu untuk mengusir roh halus, diletakkan lampu minyak yang ditutupi dengan keranjang, serta golok dan sapu lidi yang ditaruh di kolong tempat tidurnya. Bila sang bayi sakit panas ditaburkanlah garam dan cabai di muka rumah, serta dibakarkan jerami, yang dianggap bisa mengusir buburuk Meutia, 1998

2.5.4. Aspek budaya Mandailing dalam perawatan bayi baru lahir