Pengujian Awal Kualitas Madu Shacet Merek X Di Balai Riset Dan Standardisasi Industri (Baristand)

(1)

KARYA ILMIAH

PENGUJIAN AWAL KUALITAS MADU SHACET MEREK X

DI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI (BARISTAND)

SILVIA YULIANI

072401027

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGUJIAN AWAL KUALITAS MADU SHACET MEREK X

DI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI (BARISTAND)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi Tugas Akhir dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya

SILVIA YULIANI

072401027

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGUJIAN AWAL KUALITAS MADU SHACET

MEREK X DI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI (BARISTAND)

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : SILVIA YULIANI

Nomor Induk Mahasiswa : 0724010 27

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

Departement : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Mei 2010

Diketahui / Disetujui oleh Pembimbing

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

DR. Rumondang Bulan,MS.

NIP. 131 459 466 NIP. 195204181980021001


(4)

PERNYATAAN

PENGUJIAN AWAL KUALITAS MADU SHACET MEREK X DI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI(BARISTAND)

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2010

072401027


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah. Karya Ilmiah ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat akademis menyelesaikan program studi Diploma III Kimia Analis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dorongan dari pihak keluarga, pihak-pihak tertentu serta rekan seperjuangan. Teristimewa penulis persembahkan kepada keluarga tercinta Ayahanda H.Wilmar Damhuri dan Ibunda Hj.Yasmarni SPd yang selalu mendidik, mencurahkan kasih sayang yang begitu tulus serta dukungan dan doa yang tiada putus-putusnya. Juga untuk abangnda dr.Hengki Ferdianto dan kakanda Widya Yulastri, SKM yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Basuki Wirjosentono,Phil selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Ibu DR. Rumondang Bulan MS selaku Ketua Departemen Kimia, Fakultas

Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Alhamda, Ibu Lely Asmara dan kak Dwinda, Amd selaku pembimbing

lapangan di Balai Riset dan Standardisasi Medan Laboratorium Makanan Minuman dan Hasil Pertanian.

4. Ibu DR.Marpongatun, MSc selaku ketua program studi Diploma III Kimia Analis

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Untuk kakak-kakak,adik-adik dan rekan sebaya di kos yang tidak dapat disebutkan

satu per satu yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

6. Untuk seluruh teman-teman mahasiswa Kimia Analis khususnya angkatan 2007

terima kasih atas bantuan, dukungan serta kebersamaannya.

Dengan penuh harapan dan doa semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis

Medan, Mei 2010


(6)

ABSTRAK

Pengujian awal kualitas pada madu shacet merek X telah dilakukan berdasarkan beberapa syarat mutu madu menurut SNI 01-3545-1994. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa dan sukrosa pada madu shacet berturut-turut adalah 55,4876% dan 2,5113%. Penetapan kadar air pada madu adalah 19,6 % dan penetapan kadar abu pada madu adalah 0,0276%. Sedangkan keasaman dan padatan tak larut pada madu masing-masing sebesar 80,7333 ml dan 0,50 %.


(7)

A PRELIMINARY TEST OF SHACET HONEY X AT BALAI RISET & STANDARDISASI INDUSTRI

ABSTRACT

A preliminary test of shacet honey X has been done based on some of honey quality condition according SNI 01-3545-1994. The result of the experiment showed that glucose content of shacet honey is 55,4876% and sucrose 2,5113%. The determination water content of honey is 19,6% and determination ashes content of honey is 0,0276%. While sourness and solid unsoluble on of each honey are 80,7333 ml and 0,50 %.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman PERSETUJUAN ... I PERNYATAAN... II PENGHARGAAN ... III ABSTRAK ... IV ABSTRACT ...V DAFTAR ISI ... VI DAFTAR TABEL ...VII BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggolongan madu………....5

2.2.1. Penggolongan madu berdasarkan asal nektar...5

2.2. Komposisi madu ... .7

2.3. Mutu dan Kualitas Madu ... .7

2.3.1. Faktor-faktor yang menentukan kualitas madu ...8

2.3.2. Menaksir kualitas madu...9

2.4. Manfaat madu...10

2.5. Madu olahan...14

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Peralatan ... 15

3.2 Bahan ... 16

3.3 Prosedur ... 16

3.3.1 Penentuan kadar glukosa pada madu...16

3.3.2 Penentuan sukrosa pada madu...18

3.3.3 Penetapan kadar air pada madu...18

3.3.4 Penentuan kadar abu pada madu...19

3.3.5 Penentuan keasaman pada madu...19

3.3.6 Penentuan padatan tak larut dalam air pada madu....20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data percobaan ... 21

4.2 Pembahasan ... 26

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 28

5.2 Saran ... 28


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data kadar glukosa (sebelum inversi) pada madu merk X...17 Tabel 2. Data kadar sukrosa pada madu merk X...17


(10)

ABSTRAK

Pengujian awal kualitas pada madu shacet merek X telah dilakukan berdasarkan beberapa syarat mutu madu menurut SNI 01-3545-1994. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa dan sukrosa pada madu shacet berturut-turut adalah 55,4876% dan 2,5113%. Penetapan kadar air pada madu adalah 19,6 % dan penetapan kadar abu pada madu adalah 0,0276%. Sedangkan keasaman dan padatan tak larut pada madu masing-masing sebesar 80,7333 ml dan 0,50 %.


(11)

A PRELIMINARY TEST OF SHACET HONEY X AT BALAI RISET & STANDARDISASI INDUSTRI

ABSTRACT

A preliminary test of shacet honey X has been done based on some of honey quality condition according SNI 01-3545-1994. The result of the experiment showed that glucose content of shacet honey is 55,4876% and sucrose 2,5113%. The determination water content of honey is 19,6% and determination ashes content of honey is 0,0276%. While sourness and solid unsoluble on of each honey are 80,7333 ml and 0,50 %.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar

bunga. Diperlukan dua faktor untuk menghasilkan madu. Pertama, bunga yang nektarnya merupakan bahan baku pembuatan madu. Kedua, serangga yaitu lebah yang merupakan tenaga ahlinya. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula. Perubahan nektar menjadi madu dimulai ketika lebah pekerja membawa nektar ke sarangnya. Nektar yang berhasil dibawa pulang diberikan kepada lebah pekerja lainnya untuk dicampur dengan air liur dan dihilangkan airnya (Sarwono,B.,2001).

Madu bermula dari nektar yang terdapat dalam bunga-bungaan pada tumbuhan. Lebah menyedot nektar tersebut dengan menggunakan lidah panjangnya yang berbentuk seperti tabung. Cairan manis tersebut kemudian disimpan dalam kantung madu dalam tubuh lebah dan kemudian mencampurnya dengan bahan-bahan kimia tertentu didalamnya. Ketika lebah kembali ke sarang, campuran dan bahan kimia tadi disimpan dalam sel dan setelah masak campuran tadi berubah menjadi madu. Lebah-lebah ini sangat selektif memilih bunga dan mereka mengambil nektar-nya yang dapat terbang hingga 2 mil jauhnya hanya untuk mencari bunga yang tepat. Mereka umumnya tertarik dengan warna dan juga bau bunga tersebut, bunga warna kuning dan biru lebih disukai oleh lebah. (www.usaharakyat.com)


(13)

Sari madu para dewa, begitulah sebutan dari bangsa mesir kuno tentang madu, bahkan untuk orang-orang yang meninggalpun mereka bekali dengan sebotol madu. Manfaatnya juga sangat banyak, sehingga dalam ilmu pengobatan Cina, madu sudah sangat dikenal untuk menyeimbangkan fungsi hati, menetralisir sakit racun dan melenyapkan rasa sakit. Selain itu tabib-tabib Cina juga memakai madu untuk menangani masalah radang lambung, tekanan darah tinggi dan sembelit. Sebab didalam kandungan madu terdapat senyawa hidrogen peroksida dan fitonutrisi yang berguna sebagai bahan antibakteri. Unsur-unsur ini berguna untuk mencegah pertumbuhan bakteri Helicobacter pylori yang merupakan penyebab sakit perut dan gangguan pencernaan (www.rayakultura.net)

Untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen, saat ini sudah ada madu yang dikemas dalam bentuk sachet. Pertimbangan kepraktisan, hygienis, harga terjangkau dan untuk membiasakan masyarakat mengkonsumsi madu merupakan beberapa alasan untuk diproduksinya madu dalam bentuk sachet. Madu shacet dapat digunakan secara praktis dalam berbagai cara, tergantung selera dan kebiasaaan. Madu dapat dikombinasikan dengan berbagai bahan makanan seperti selai, roti atau kue. Diminum langsung, juga tidak akan mengurangi kelezatan dan manfaatnya, bahkan menjadi lebih segar bila dicampur air putih dingin atau hangat.

1.2. Permasalahan

Apakah madu sachet merek X telah memenuhi syarat mutu madu berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3545-1994).


(14)

Untuk mengetahui kadar glukosa, kadar air, kadar abu, keasaman dan padatan tak larut pada madu shacet merek X sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3545-1994).

1.4. Manfaat

Manfaat dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui standar syarat mutu madu shacet merek X berdasarkan SNI 01-3545-1994 dan juga untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa pentingnya mengkonsumsi madu dalam kehidupan sehari-hari.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Madu merupakan cairan kental seperti sirup bewarna cokelat kuning muda sampai cokelat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis mellifera. Konstituen dari madu adalah campuran dekstrosa dan fruktosa dengan jumlah yang sama dan dikenal sebagai gula invert 50-90% dari gula yang tidak terinversi dan air. Madu biasa dipalsukan dengan gula invert buatan, sukrosa, dan glukosa cair perdagangan. Madu dapat pula dipalsukan dengan cara pemberian suatu asupan kepada lebah berupa larutan gula sukrosa yang bukan berasal dari nektar (Gunawan,2004).

Madu murni menurut Farmakope Indonesia adalah madu yang diperoleh dari sarang lebah madu Apis mellifera dan spesies lainnya yang telah dimurnikan dengan

pemanasan sampai 70°C. Setelah dingin kotoran yang mengapung disaring. Selanjutnya,

madu dapat ditambah dengan air secukupnya untuk pengenceran sehingga bobot madu per ml memenuhi persyaratan yang telah dibakukan (Sarwono,B.2001).

Penelitian – penelitian menunjukkan bahwa lebah memilih bunga penghasil madu, pertama dari warna dan kedua dari bau bunga. Madu dibuat oleh lebah dari nektar bunga. Lebah mengisapnya dari bunga dan membawanya ke sarangnya. Setiap lebah pekerja menumpuk nektar yang dikumpulkannya dalam suatu kantong khusus di dalam tubuh yang disebut perut madu. Di dalam perut, gula-gula dan nektar dipecah menjadi gula-gula sederhana, levulosa dan dextrosa melalui suatu proses yang disebut proses inversi (inversion). Setelah lebah mendepositkan nektar dalam sarang, dibiarkan sebagian besar airnya menguap sehingga cairan semakin kental (nektar dapat mengandung sekitar 70%


(16)

air sewaktu dipungut, lebah pekerja mengipasnya dengan sayap sehingga menurunkan kadar air hingga sekitar 17%). (Sihombing, D.T.H.1997)

2.1. Penggolongan Madu

2.1.1. Beberapa penggolongan madu berdasarkan asal nektarnya yaitu :

1. Madu Flora

adalah madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Yang berasal dari satu jenis bunga disebut madu monoflora, yang berasal dari aneka ragam bunga disebut madu poliflora.

2. Madu ekstraflora

adalah madu yang dihasilkan dari nektar di luar bunga seperti daun, cabang atau batang tanaman.

3. Madu Embun

adalah madu yang dihasikan dari cairan hasil suksesi serangga yang meletakkan gulanya pada tanaman, kemudian dikumpulkan oleh lebah madu dan disimpan dalam sarang madu (Sarwono,B.2001).

4. Madu Campuran

adalah campuran dari dua atau lebih jenis madu yang berbeda dalam hal warna, rasa, dan tempat serta asal bunga. Sebagian besar madu di pasaran berjenis madu campuran. Cina adalah produsen madu terbesar di dunia diikuti oleh Amerika Serikat, Argentina, Turki, Meksiko, Ukraina dan, India.


(17)

Di Ingggris misalnya, standart madu organik yang ditentukan departemen pertanian meliputi asal lebah, tempat penangkaran lebah, dan bunga-bunga yang dihinggapi lebah harus berasal dari lingkungan pertanian organik.

6. Madu Akasia

Madu jenis ini memiliki warna kuning muda dan memiliki aroma yang lembut. Madu jenis ini istimewa karena memiliki kandungan gula buah (fruktosa)yang tinggi, oleh sebab itu madu jenis ini selalu dalam keadaan kondisi cair.

7. Madu Pohon Limau

Madu jenis ini adalah madu yang paling laris di pasaran, karena dia memiliki aroma yang harum dan rasa yang lezat. Warna madu pohon limau biasanya agak kehijau-hijauan.

8. Madu Alfalfa

Madu jenis ini berwarna amber (kekuningan) terang. Ia memiliki aroma yang harum dan cita rasa yang lembut. Madu Alfalfa tidak cepat mengkristal. Oleh sebab itu biasanya ia dijual masih dalam bentuk sarang lebah.

9. Madu Eucalyptus

Madu ini memiliki cita rasa yang kuat. Ia berwarna amber (kuning) muda. Madu jenis ini sangat terkenal karena khasiat yang dimilikinya, khususnya untuk mengobati penyakit dada.

10.Madu Gandum Hitam

Madu jenis ini berwarna gelap bahkan warnanya hampir hitam gelap. Sebelum di olah, madu gandum hitam mengandung sejumlah besar serbuk berwarna kuning. Cita rasanya sangat kuat. Madu Gandum hitam yang berasal dari Cina


(18)

mengandung zat besi dalam kuantitas tinggi, sehingga madu gandum ini dianjurkan untuk di konsumsi oleh para penderita penyakit kekurangan darah. (www.terapimadu.com).

2.2. Komposisi Madu

Komposisi madu sangat beragam walaupun berasal dari pohon yang sama.

Hal ini karena pada hakikanya komposisi dominan yang ada pada madu seperti zat gula, zat kimia, enzim, asam, dan vitamin berasal dari zat yang berbeda.

Studi chromatographic membuktikan kebenaran bahwa madu lebah terdiri

dari berbagai zat gula. Rasa manis yang ada pada madu mencapai tujuh puluh

lima persen rasa manis yang terdapat pada gula. Pertambahan jumlah zat

gula pada madu secara keseluruhan kadang mencapai 75 – 80 %. Jumlah

zat gula inilah yang memberikan keistimewaan rasa pada madu.

Ketika diadakan analisis tentang komposisi madu, maka didapatkan bahwa

komposisi pokok madu adalah :

 18 % air

 40 % fruktose

 34 % glukose

 4 % sucrose

 3 % protein

 2 % garam mineral


(19)

(Al Jamili.S.,2004). 2.3. Mutu dan kualitas madu

Penetapan standar mutu madu pada hakekatnya bertujuan untuk melindungi konsumen dari produk madu yang tidak memenuhi syarat dan menjaga produk madu yang baik dari pemalsuaan. Setiap negara memiliki standar mutu madu yang berbeda. Standar mutu madu di Indonesia diatur oleh Dewan Standarisasi Nasional (1994) dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3545-1994.

2.3.1. Faktor-faktor yang menentukan kualitas madu diantaranya yaitu

1. Glukosa

Gula utama dari nektar adalah sukrosa, selama proses gula akan dihancurkan oleh enzim invertase. Selama proses pematangan, gula nektar akan dipecah oleh aktifitas enzim invertase menjadi bentuk gula sederhana

yaitu glukosa dan fruktosa. Secara simultan dengan hancurnya sukrosa,

gula baru terbentuk (fruktosa dan glukosa), jenis gula ini tidak terdapat pada nektar.

2. Kadar air

Banyaknya air dalam madu menentukan keawetan madu. Madu yang mempunyai kadar air yang tinggi akan mudah berfermentasi. Fermentasi terjadi

karena jamur yang terdapat dalam madu. Jamur ini tumbuh aktif jika kadar air dalam madu tinggi. Kandungan air dalam madu dapat diukur dengan suatu alat yang dinamakan hydrometer yang dilengkapi dengan termometer. Selain itu pengukuran


(20)

air juga dapat menggunakan alat yang dinamakan refractometer. Misalnya kadar air 17,4% refracto indeksnya sebesar 1,493 pada 20º C (Sumoprastowo,1993).

3. Keasaman

Dalam kandungan madu terdapat sejumlah asam organik yang memainkan peranan penting dalam proses metabolisme tubuh. Jenis-jenis asam tersebut adalah asam format, asam asetat, asam sitrat, asam laktat, asam butirat, asam oksalat, dan asam suksinat.

(Al Jamili.S.,2004). 4. Padatan tak larut

Bagian yang tidak dapat larut dalam air adalah zat-zat kotoran seperti pasir-pasir, potongan-potongan daun, serangga dan lain-lain.

5. Warna, aroma dan rasa

Warna madu tergantung dari jenis tanaman asal dan sifat tanah, tetapi tingkatan pemanasan juga mempengaruhi warna. Pemanasan madu yang lama akan mempertua warna. Panas yang tinggi akan membentuk kerak gula yang bewarna coklat yang memberikan bau gosong pada madu.

Aroma madu ada hubungannya dengan warnanya. Makin gelap warnanya, aromanya makin keras atau tajam. Tetapi aroma mudah menguap. Oleh karena itu madu harus dirawat dan ditutup rapat. Pemanasan menghilangkan sebagian dari aroma sedang aroma telah mulai berkurang sepanjang proses ekstraksi. Paling baik madu jangan dipanasi agar tidak banyak kehilangan aromanya (Sumoprastowo dan Suprapto, 1993)


(21)

Warna dan rasa adalah yang paling penting dalam pemasaran madu dan dapat rusak selama pengolahan. Pemanasan madu harus tepat agar jangan merusak madu. Madu yang berlebihan dipanasi warnanya makin gelap dan rasanya seperti zat terbakar. Pemanasan yang berlebihan juga dapat menghilangkan aroma (Sihombing, D.T.H.1997).

2.3.2. Menaksir Kualitas Madu

Madu yang berkualitas tinggi biasanya memiliki kekentalan yang sangat tinggi. Sehingga disarankan untuk membeli madu yang tidak encer. Selain itu, tidak boleh memilih madu yang berbuih. Buih yang ada pada madu menunjukkan bahwa madu tersebut telah mengalami fermentasi. Adanya anggapan di masyarakat bahwa madu yang diisi dalam botol dan meletup bila ditutup adalah anggapan yang salah. Madu yang telah meletup itu telah mengalami fermentasi, karena banyak mengandung gas karbondioksida (CO2).

Ada juga kepercayaan di masyarakat yang mengukur madu berkualitas tinggi dengan cara memakai korek api. Menurut Kasno pakar perlebahan yang juga dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), bisa saja korek api yang dicelupkan ke dalam madu bisa cepat terbakar karena madu tersebut telah mengandung alkohol. Mengukur madu dengan semut pun tak bisa jadi jaminan. Madu yang rasanya sudah asam, tak akan didatangi semut. Selain itu, untuk mendapatkan madu yang berkualitas tinggi, Anda perlu mencicipinya. Bila rasa madu tersebut sudah masam, maka kualitasnya sangat rendah. Selain telah mengalami fermentasi, madu tersebut juga telah menjadi asam


(22)

akan cepat rusak kualitasnya karena sangat mudah mengalami fermentasi. Menurut Kasno, madu adalah satu bahan yang bersifat hidroskopik. Yakni, bahan yang sangat menyerap air. Jika madu dibiarkan terbuka, maka madu akan mengambil air dari udara.“Sehingga, madu harus disimpan di tempat tertutup,” tutur Kasno berbagi tips. Dengan begitu, madu tidak akan cepat rusak. (www.menaksir-kualitas-madu.com).

2.4. Manfaat Madu

Al qur’an dalam surat An Nahl :(68) Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah “Buatlah sarang sarang di bukit-bukit, di pohon pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia”.(69) Dan Kemudian makanlah dari tiap tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang orang yang memikirkan.

Beberapa manfaat madu diantaranya yaitu :

1. Mudah dicerna

Karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain (misalnya fruktosa menjadi glukosa), madu mudah dicerna oleh perut yang paling sensitif sekalipun, walau memiliki kandungan asam yang tinggi. Madu membantu ginjal dan usus untuk berfungsi lebih baik.


(23)

Kualitas madu lain adalah, jika dibandingkan dengan jumlah gula yang sama, kandungan kalori madu 40% lebih rendah. Walau memberi energi yang besar, madu tidak menambah berat badan.

3. Madu membantu pembentukan darah

Madu menyediakan banyak energi yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan darah. Lebih jauh lagi, ia membantu pembersihan darah. Madu berpengaruh positif dalam mengatur dan membantu peredaran darah. Madu juga berfungsi sebagai pelindung terhadap masalah pembuluh kapiler dan arteriosklerosis. (www.madupropolis.com)

4. Madu untuk mengobati luka bakar

Madu telah dimanfaatkan untuk manahan luka-luka bakar yang terjadi pada kulit. Jika diusapkan pada daerah yang terbakar, madu akan mengurangi rasa sakit yang menyengat dan mencegah pembentukan lepuhan (Jarvis.D.C.,2002) 5. Menguatkan otot jantung (cardiotonic)

Dalam kitab dan ensiklopedia medis, Ibnu Sina menyebutkan bahwa madu dan buah Delima dapat memberikan energi dan vitalis untuk menguatkan otot jantung. Unsur glucose pada madu dapat meluaskan pembuluh arteri yang berfungsi mentransfer makanan otot jantung, yang merupakan pendorong dan penolong otot jantung dalam menjalankan fungsinya.

6. Insomnia (susah tidur)

Dokter Rusia menganjurkan untuk mengkonsumsi satu sendok sedang madu diwaktu pagi bagi penderita susah tidur, agar bisa cepat tidur diwaktu malam hari. Namun pada kondisi susah tidur yang parah dianjurkan untuk


(24)

mengkonsumsi dua sendok kecil madu sebelum tidur. Sementara itu, para dokter Inggris berpendapat bahwa madu mengandung zat tidur yang tiada bandingannya, dan dapat menolak stres dan penyakit sering tersentak dari tidur.

7. Meredakan batuk dan menghilangkan dahak

Sebiji lemon direbus dalam air yang dipanaskan dengan api yang tenang selama 10 menit, sehingga kulit lemon menjadi lembut. Setelah diangkat, lemon tadi dibelah dua dan diperas. Air perasaan ditaruh ke dalam gelas dan ditambahkan 2 sendok glyserin dan diaduk hingga rata. Lalu ditambahkan madu hingga memenuhi gelas. Kondisi batuk parah yang tidak mempan diobati dengan berbagai obat dapat disembuhkan dengan madu.

8. Sakit kepala dan sakit kepala sebelah

Madu lebah dapat mengobati sakit kepala dan sakit kepala sebelah. Ada jenis sakit kepala yang parah yaitu jenis tertentu dari sakit kepala sebelah dan rasa sakitnya dapat dikurangi dengan mengkonsumsi madu, baik disuntikkan maupun diminum (Al Jamili.S.,2004)

9. Sumber energi.

Terdiridari 38% fruktosa dan 31% glukosa, yang mudah diubah menjadi energi oleh tubuh. Madu merupakan campuran antara fruktosa-glukosa yang alami, dengan kandungan oligosakarida, protein, vitamin dan mineral, yang dapat membantu meningkatkan performa atlit, seperti yang dihasilkan oleh minuman yang biasa dikonsumsi oleh atlit.


(25)

Kandungan antioksidan di dalam madu berasal dari berbagai nutrisi

yang terkandung seperti vitamin C, asam organik, enzim, fenol dan

flavonoid.Menggunakan madu sebagai pengganti pemanis dapat

mengoptimalkan fungsi antioksidan dalam tubuh. 11. Obat kecantikan

Masker madu membuat kulit kuat dan lembut. Masker madu yang tipis yang dioleskan pada seluruh permukaan kulit muka dapat berupa madu asli saja atau campuran madu dengan kuning telur. Masker madu lebih efektif daripada krem dan salep, sebab madu tidak saja melembutkan kulit tetapi juga memberi makan kulit. Karena madu bersifat hygroskopis maka sekresi kulit terhisap, sekaligus madu sebagai desinfekstan. Dengan demikian kulit muka tetap terjamin keawetan dan kesegarannya, halus, lembut, dan bebas dari keriput dan benjolan yang merusak keindahan wajah.

Kesimpulan dari bermacam-macam khasiat madu tersebut di atas menunjukkan kepada kita bahwa madu merupakan suatu obat yang dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit (Sumoprastowo dan Suprapto,1993).

2.5. Madu Olahan

Semua bahan makanan yang memakai nama madu yang dihasilkan dengan tidak

diolah oleh lebah bukanlah madu asli melainkan madu tiruan. Beberapa contoh madu tiruan yaitu :

1. Water-melon honey atau madu labu air berasal dari tanaman bernama Citrullus


(26)

3. Pumpkin honey diperoleh dari tanaman bernama Cucurbita pepo L

4. Date honey atau madu kurma dihasilkan dari sari buah tanaman bernama date

fruit

Madu olahan lainnya yaitu seperti Madu yang dikemas dalam bentuk sachet. Madu ini dapat ditemukan dari warung-warung kecil, toko bahkan outlet modern. Selain itu madu olahan ada juga yang dikenal dengan nama sate kambing madu sebagai obat, “sutema” (susu, telur, madu) sebagai minuman yang dijual di restoran ataupun warung makan (Sihombing,1997).


(27)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Peralatan - Neraca analitis

- Labu ukur 100 ml dan 250 ml - Batu didih

- Pendingin tegak

- Pipet volume 10 ml, 25 ml dan 50 ml - Buret 25 ml

- Erlenmeyer 500 ml - Beaker glass

- Statif dan klem - Gelas ukur - Pipet tetes - Stirer

- Hot plate stirer - Botol aquadest - Penangas listrik - Penangas air - Termometer - Cawan porselen - Oven


(28)

- Desikator

- Tanur listrik (furnice) - Refraktometer

- pH meter - Corong

- Kertas saring whatman No. 41

3.2. Bahan

- Sampel madu merk X - Aquadest

- Larutan luff schoorl

- Larutan Asam Sulfat, H2SO4 25%

- Larutan Natrium Tio Sulfat, Na2S2O3 0,1 N

- Larutan Kalium Iodida, KI 20% - Larutan kanji 0,5%

- Larutan Timbal Asetat setengah basa

- Larutan Amonium Hidrogen Fosfat (NH4)2HPO4 10%

- Larutan asam klorida 25%

- Larutan Natrium Hidroksida 30% - Indikator fenoftlalein

3.3. Prosedur


(29)

- Timbang seksama 2 g cuplikan dan masukkan ke dalam labu ukur 250 ml tambahkan air dan kocok.

- Tambahkan 5 ml Pb-asetat setengah basa dan goyangkan

- Teteskan 1 tetes larutan (NH4)2HPO4 10% (bila timbul endapan putih maka

penambahan Pb asetat setengah basa sudah cukup.

- Tambahkan 15 ml larutan (NH4)2HPO4 10%. Untuk menguji apakah Pb asetat

setengah basa sudah diendapkan seluruhnya, teteskan 1-2 tetes (NH4)2HPO4

10%. Apabila tidak timbul endapan berarti penambahan (NH4)2HPO4 10%

sudah cukup.

- Goyangkan dan tepatkan isi labu ukur sampai tanda garis dengan air suling, kocok 12 kali biarkan dan saring.

- Pipet 10 ml larutan hasil penyaringan dan masukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml

- Tambahkan 15 ml air suling dan 25 ml larutan Luff (dengan pipet) serta beberapa butir batu didih.

- Hubungkan erlenmeyer dengan pendingin tegak, panaskan di atas pemanas listrik,usahakan dalam waktu 3 menit sudah harus mulai mendidih.

- Panaskan terus selama 10 menit (pakai stopwatch) kemudian angkat dan segera dinginkan dalam bak berisi es (jangan digoyang)

- Setelah dingin tambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 25 ml larutan H2SO4

25%(hati-hati terbentuk gas CO2)

- Titar dengan larutan tio 0,1N dengan larutan kanji 0,5% sebagai indikator,misalkan dibutuhkan V1 ml tio 0,1N


(30)

- Kerjakan penetapan blanko dengan 25 ml air dan 25 ml larutan Luff misalkan dibutuhkan V2 ml tio 0,1N

3.3.2. Penentuan sukrosa pada madu

- Pipet 50 ml hasil saringan pada penetapan gula pereduksi ke dalam labu ukur 100 ml.

- Tambahkan 25 ml HCl 25%, pasang termometer dan lakukan hidrolisis di atas

penangas air. Apabila suhu mencapai 68-70°C suhu dipertahankan 10

menit tepat.

- Angkat dan bilas termometer dengan air lalu dinginkan

- Tambahkan NaOH 30% sampai netral (warna merah jambu) dengan indikator fenolftalin. Tepatkan sampai garis batas dengan air suling,kocok 12 kali.

- Pipet 10 ml larutan tersebut dan masukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml.

- Tambahkan 15 ml air suling dan 25 ml larutan Luff (dengan pipet) serta beberpa butir batu didih.

- Hubungkan dengan pendingin tegak dan panaskan di atas pemanas listrik. Panaskan terus sampai 10 menit (pakai stopwatch). Angkat dan segera dinginkan dalam bak berisi es (jangan digoyang).

Setelah dingin tambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 25 ml H2SO4 25% (hati-hati terbentuk gas CO2)


(31)

- Titar dengan larutan tio 0,1N (V1 ml) dengan larutan kanji 0,5% sebagai indikator

- Lakukan juga penetapan blanko dengan 25 ml larutan Luff.

3.3.3. Penetapan kadar air pada madu

Tetapkan pembacaan nilai indeks bias contoh pada suhu 20°C dengan

menggunakan alat refraktometer. Cari kandungan air dalam contoh dengan membandingkan nilai indeks bias dan % air pada Tabel Hubungan Indeks Bias dengan Kadar Air pada madu.

3.3.4. Penentuan Kadar Abu pada madu

- Timbang dengan seksama 2 g contoh ke dalam cawan porselen (platina) yang telah diketahui bobotnya. Untuk cairan uapkan di atas penangas air sampai kering.

- Arangkan di atas nyala pembakar , lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu 550°C sampai pengabuan sempurna (sekali-kali pintu tanur dibuka sedikit,agar oksigen bisa masuk).

- Dinginkan dalam desikator ,lalu timbang sampai bobot tetap

3.3.5. Penentuan Keasaman pada madu

- Timbang 10 g contoh dengan teliti, larutkan dengan 75 ml air suling bebas CO2


(32)

- Aduk dengan pengaduk magnet, periksa dengan pH meter. Catat pH-nya. Gunakan larutan NaOH 0,05 N sebagai penitar dengan kecepatan 5,0 ml/menit sampai pH 8,5.

- Pipet dengan cepat 10 ml larutan NaOH 0,05 N masukkan ke dalam piala yang berisi contoh yang telah dititrasi.

- Selanjutnya titrasi kembali dengan HCl 0,05 N dari buret sampai mencapai pH 8,3.

3.3.6. Penentuan Padatan Tak larut Dalam Air pada madu

- Timbang seksama lebih kurang 20 g contoh, masukkan dalam gelas piala 400 ml, tambah 200 ml air panas, aduk hingga larut.

- Dalam keadaan panas, tuangkan bagian yang tidak dapat larut ke dalam kertas saring yang telah dikeringkan dan ditimbang.

- Bilas gelas piala dan kertas saring dengan air panas

- Keringkan kertas saring dalam oven pada suhu 105°C selama 2 jam, dinginkan


(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Tabel 1. Data kadar glukosa (sebelum inversi) pada madu merk X No Bobot contoh

(mg)

Volume Blanko (ml)

Volume Pentiter (ml)

Faktor Pengenceran(ml)

Hasil

1 2051,7 24,85 8,20 25 55,45%

2 2031,8 24,85 8,20 25 55,45%

3 2033,3 24,85 8,30 25 55,57%

Rata-rata kadar glukosa madu shacet merk x 55,49%

Tabel 2. Data kadar sukrosa pada madu merk X No Bobot contoh

(mg)

Volume Blanko (ml)

Volume Pentiter (ml)

Faktor Pengenceran(ml)

Hasil

1 2051,7 24,85 15,75 50 2,4177%

2 2031,8 24,85 15,60 50 3,9130%

3 2033,3 24,85 16,00 50 1,2032%


(34)

Perhitungan kadar glukosa dan sukrosa pada madu a. Volume Na2S2O3 = (V.Blanko – V.Pentiter) x

1 , 0 3 2 2

.Na S O

N

b. % gula sebelum inversi = W W1

x Fp x 100%

W1 = glukosa ,mg (yang dihasilkan daridaftar Luff schoorl)

Fp = faktor pengenceran W = bobot contoh (mg)

c. % gula sesudah inversi =

W W 2

x Fp x 100%

W2 = glukosa, mg (yang dihasilkan dari daftar Luff schoorl) Fp = faktor pengenceran

W = bobot cuplikan (mg)

d. % sakarosa = 0,95 x % gula (sesudah – sebelum inversi)

I. Bobot contoh = 2,0517 gram - Sebelum inversi

 Volume Na2S2O3 = (24,85 ml – 8,20 ml) x

1 , 0 1048 , 0 = 17,4492

Lihat daftar luff schoorl

W = 44,2 + {(47,1 – 44,2) x 0,4492} = 45,5026 mg

 % Kadar glukosa =

mg mg 7 , 2051 5026 , 45 x ml ml 10 250

x 100% = 55,4449 %


(35)

 Volume Na2S2O3 = (24,85 ml – 15,75 ml) x 1 , 0 1048 , 0 = 9,5368

Lihat daftar luff schoorl

W = 22,4+ {(25,0 – 22,4) x 0,5368} = 23,7956 mg

 % Kadar glukosa =

mg mg 7 , 2051 7956 , 23 x ml ml 10 250 x ml ml 10 100

x 100% = 57,9899%

- Sakarosa = 0,95 x % (57,9899 -55,4449) = 2,4177%.

II. Bobot contoh = 2,0318 gram - Sebelum inversi

 Volume Na2S2O3 = (24,85 ml – 8,20 ml) x

1 , 0 1048 , 0 = 17,4492

Lihat daftar luff schoorl

W = 44,2 + {(47,1 – 44,2) x 0,4492} = 45,5026 mg

 % Kadar glukosa =

mg mg 7 , 2051 5026 , 45 x ml ml 10 250

x 100% = 55,4449 %

- Sesudah inversi

 Volume Na2S2O3 = (24,85 ml – 15,60 ml) x

1 , 0 1048 , 0 = 9,694

Lihat daftar luff schoorl

W = 22,4+ {(25,0 – 22,4) x 0,694} = 24,2044 mg

 % Kadar glukosa =

mg mg 8 , 2031 2044 , 24 x ml ml 10 250 x ml ml 10 100

x 100% = 59,5639%


(36)

III. Bobot contoh = 2,0333 gram - Sebelum inversi

 Volume Na2S2O3 = (24,85 ml – 8,30 ml) x

1 , 0 1048 , 0 = 17,3444

Lihat daftar luff schoorl

W = 44,2 + {(47,1 – 44,2) x 0,3444} = 45,1987 mg

 % Kadar glukosa =

mg mg 3 , 2033 1987 , 45 x ml ml 10 250

x 100% = 55,5730 %

- Sesudah inversi

 Volume Na2S2O3 = (24,85 ml – 16,00 ml) x

1 , 0 1048 , 0 = 9,2748

Lihat daftar luff schoorl

W = 22,4+ {(25,0 – 22,4) x 0,2748} = 23,1144 mg

 % Kadar glukosa =

mg mg 3 , 2033 1144 , 23 x ml ml 10 250 x ml ml 10 100

x 100% = 56,8396%

- Sakarosa = 0,95 x % (56,8396 -55,5730) = 1,20327 %

Perhitungan kadar air pada madu

Berdasarkan hubungan indeks bias dengan kadar air pada madu maka dari tabel diperoleh kadar air madu 19.6%.

Perhitungan kadar abu pada madu Kadar abu =

W W

W1− 2

x 100% Dimana


(37)

W = bobot contoh sebelum diabukan, dalam gram

W1= bobot contoh + cawan sesudah diabukan, dalam gram

W2= bobot cawan kosong, dalam gram

- Kadar Abu I =

0608 , 2 8854 , 33 8855 , 33 −

x 100% = 0,0048%

- Kadar Abu II =

0495 , 2 8007 , 32 8022 , 32 −

x 100% = 0,0732%

- Kadar Abu III =

0439 , 2 7276 , 35 7277 , 35 −

x 100% = 0,0048%

Rata – rata kadar abu = 0,0276%

Perhitungan keasaman pada madu Asam bebas =

d xCx b

a ) 1000

( −

Lakton =

d x fxg

exc) ( )} 1000

{( −

Total asam = Asam bebas + Lakton Dimana

a = ml penitaran contoh b = ml penitaran blanko

c = normalitas larutan NaOH 0,05 N d = bobot contoh (g)

e = ml larutan NaOH yang dipipet (10 ml) f = ml larutan HCl yang dipakai


(38)

g = normalitas larutan HCl 0,05 N

Asam bebas =

0822 , 10 1000 0474 , 0 ) 55 , 0 10 , 18

( − x x

= 82,5087

Lakton =

0822 , 10 1000 )} 04895 , 0 05 , 10 ( ) 0474 , 0 10

{( xx x

= -1,7754

Total asam = 82,5087 – 1,7754 = 80,7333 ml

Perhitungan padatan tak larut dalam air

Bagian yang tak larut dalam air = 1 2X100%

W W

W

Dimana :

W = bobot cuplikan

W1= bobot kertas saring yang berisi bagian tak dapat larut W2= bobot kertas saring kosong

Bagian yang tak larut dalam air = 100%

0841 , 20 0495 , 1 1515 , 1 x

= 0,50 %

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada madu shacet merek X


(39)

madu shacet belum memenuhi syarat mutu madu yaitu minimal 60%. Hal ini karena pada madu ini telah ditambahkan komposisi glukosa yang tidak diketahui kadarnya.

Kadar air pada madu shacet merk x adalah 19,6 %. Standart syarat mutu kadar air pada madu yaitu maksimal 22%.

Kadar abu yang diperoleh pada madu shacet merek X adalah 0,0276 %. Mineral-mineral dalam madu dikategorikan dalam tiga bahasan yakni total abu (Mineral-mineral), banyak mineral esensial dan keberadaan kandungan logam-logam yang sangat sedikit terdapat. Total abu dalam madu Amerika Serikat misalnya 0,17 persen dan berkisar antara 0,02 – 1,03 persen. Patokan kandungan abu Amerika Serikat membolehkan maksimum 0,25 persen abu.

Keasaman yang diperoleh pada madu shacet adalah sebesar 80,7333%. Ini menunjukkan bahwa kadar glukosa pada madu ini belum memenuhi syarat mutu madu yaitu maksimal 40 ml NaOH. Hal ini dikarenakan pada madu telah ditambahkan perisa jeruk.

Kadar padatan tak larut pada madu shacet adalah 0,5078%. Standar syarat mutu madu yaitu mengandung padatan tak larut maksimal 0,5%.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada madu shacet merek X diperoleh data sebagai berikut :

1. Kadar glukosa pada madu shacet adalah 55,4876% sedangkan syarat mutu madu

berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu minimal 60%.

2. Kadar sukrosa pada madu adalah 2,5113% sedangkan syarat mutu madu

berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu maksimal 10%.

3. Kadar air pada madu adalah sebesar 19,6% sedangkan syarat mutu madu

berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu maksimal 22%.

4. Kadar abu pada madu adalah sebesar 0,0276% sedangkan syarat mutu madu

berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu maksimal 0,5%

5. Keasaman pada madu adalah sebesar 80,7333 ml NaOH sedangkan syarat mutu

madu berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu maksimal 40 ml NaOH

6. Kadar padatan tak larut pada madu adalah 0,5078% sedangkan syarat mutu madu

berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu 0,5%


(41)

 Sebaiknya dilakukan pengujian lebih lanjut pada madu shacet ini seperti pengujian aktifitas enzim diastase, Hidroksimetilfurfural (HMF) dan cemaran-cemaran logam.

 Sebaiknya madu shacet ini menggunakan madu asli 100% dan tidak


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Al Jamili S. 2004. Khasiat Madu Dalam Al-qur’an & Sunnah. Jakarta : Penerbit Cendekia Sentra Muslim.

Gunawan D. & M.S.2004. Ilmu Obat Alam. Jilid I . Jakarta : Penebar Swadaya.

http://www. thibbunnabawi. menaksir-kualitas-madu/ wordpress.com

Jarvis M.D.2002. Khasiat Sari Apel dan Madu. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Prestasi Pustaka.

Sarwono B. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Cetakan Pertama. Jakarta : PT . Agro Media Pustaka.

Sihombing D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Sumoprastowo, R.M, dan Suprapto, A. 1993. Beternak Lebah Madu Modern. Jakarta : Bhratara.


(1)

W = bobot contoh sebelum diabukan, dalam gram

W1= bobot contoh + cawan sesudah diabukan, dalam gram W2= bobot cawan kosong, dalam gram

- Kadar Abu I =

0608 , 2 8854 , 33 8855 , 33 −

x 100% = 0,0048%

- Kadar Abu II =

0495 , 2 8007 , 32 8022 , 32 −

x 100% = 0,0732%

- Kadar Abu III =

0439 , 2 7276 , 35 7277 , 35 −

x 100% = 0,0048%

Rata – rata kadar abu = 0,0276%

Perhitungan keasaman pada madu

Asam bebas =

d xCx b

a ) 1000

( −

Lakton =

d x fxg

exc) ( )} 1000

{( −

Total asam = Asam bebas + Lakton

Dimana

a = ml penitaran contoh b = ml penitaran blanko

c = normalitas larutan NaOH 0,05 N d = bobot contoh (g)

e = ml larutan NaOH yang dipipet (10 ml) f = ml larutan HCl yang dipakai


(2)

g = normalitas larutan HCl 0,05 N

Asam bebas =

0822 , 10 1000 0474 , 0 ) 55 , 0 10 , 18

( − x x

= 82,5087

Lakton =

0822 , 10 1000 )} 04895 , 0 05 , 10 ( ) 0474 , 0 10

{( xx x

= -1,7754

Total asam = 82,5087 – 1,7754 = 80,7333 ml

Perhitungan padatan tak larut dalam air

Bagian yang tak larut dalam air = 1 2X100% W

W W

Dimana :

W = bobot cuplikan

W1= bobot kertas saring yang berisi bagian tak dapat larut W2= bobot kertas saring kosong

Bagian yang tak larut dalam air = 100% 0841 , 20 0495 , 1 1515 , 1 x

= 0,50 %

4.2. Pembahasan


(3)

madu shacet belum memenuhi syarat mutu madu yaitu minimal 60%. Hal ini karena pada madu ini telah ditambahkan komposisi glukosa yang tidak diketahui kadarnya.

Kadar air pada madu shacet merk x adalah 19,6 %. Standart syarat mutu kadar air pada madu yaitu maksimal 22%.

Kadar abu yang diperoleh pada madu shacet merek X adalah 0,0276 %. Mineral-mineral dalam madu dikategorikan dalam tiga bahasan yakni total abu (Mineral-mineral), banyak mineral esensial dan keberadaan kandungan logam-logam yang sangat sedikit terdapat. Total abu dalam madu Amerika Serikat misalnya 0,17 persen dan berkisar antara 0,02 – 1,03 persen. Patokan kandungan abu Amerika Serikat membolehkan maksimum 0,25 persen abu.

Keasaman yang diperoleh pada madu shacet adalah sebesar 80,7333%. Ini menunjukkan bahwa kadar glukosa pada madu ini belum memenuhi syarat mutu madu yaitu maksimal 40 ml NaOH. Hal ini dikarenakan pada madu telah ditambahkan perisa jeruk.

Kadar padatan tak larut pada madu shacet adalah 0,5078%. Standar syarat mutu madu yaitu mengandung padatan tak larut maksimal 0,5%.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada madu shacet merek X diperoleh data sebagai berikut :

1. Kadar glukosa pada madu shacet adalah 55,4876% sedangkan syarat mutu madu berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu minimal 60%.

2. Kadar sukrosa pada madu adalah 2,5113% sedangkan syarat mutu madu berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu maksimal 10%.

3. Kadar air pada madu adalah sebesar 19,6% sedangkan syarat mutu madu berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu maksimal 22%.

4. Kadar abu pada madu adalah sebesar 0,0276% sedangkan syarat mutu madu berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu maksimal 0,5%

5. Keasaman pada madu adalah sebesar 80,7333 ml NaOH sedangkan syarat mutu madu berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu maksimal 40 ml NaOH

6. Kadar padatan tak larut pada madu adalah 0,5078% sedangkan syarat mutu madu berdasarkan SNI 01-3545-1994 yaitu 0,5%


(5)

 Sebaiknya dilakukan pengujian lebih lanjut pada madu shacet ini seperti pengujian aktifitas enzim diastase, Hidroksimetilfurfural (HMF) dan cemaran-cemaran logam.

 Sebaiknya madu shacet ini menggunakan madu asli 100% dan tidak


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Al Jamili S. 2004. Khasiat Madu Dalam Al-qur’an & Sunnah. Jakarta : Penerbit Cendekia Sentra Muslim.

Gunawan D. & M.S.2004. Ilmu Obat Alam. Jilid I . Jakarta : Penebar Swadaya.

http://www. thibbunnabawi. menaksir-kualitas-madu/ wordpress.com

Jarvis M.D.2002. Khasiat Sari Apel dan Madu. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Prestasi Pustaka.

Sarwono B. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Cetakan Pertama. Jakarta : PT . Agro Media Pustaka.

Sihombing D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sumoprastowo, R.M, dan Suprapto, A. 1993. Beternak Lebah Madu Modern. Jakarta : Bhratara.