Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Hukum Penelitian saya, Relevansi Pemilu Serentak Presiden dan Legislatif Terhadap Penguatan Sistem Presdiensial di Indonesia. Persamaan Persamaan dari penelitian sebelumnya adalah sama-sama menganalisis apakah pemilu serentak presiden dengan legislatif berdampak pada penguatan sistem presidensial di Indonesia berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 14PUU-XI2013. Perbedaan Sodikin: Jurnal ini lebih mempersoalkan mengenai ambang batas presidential threshold sebagai bentuk pelemahan sistem presidensil yang tidak dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Hayat: Jurnal ini meneliti bahwa sistem multi partai sederhana mempunyai korelasi terhadap penguatan sistem presidensial. Penelitian ini berangkat dari perspektif efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, bahwa sistem multi partai sederhana sangat cocok diterapkan di dalam sistem presidensial Penelitian saya: skripsi saya meneliti apakah pemilu serentak presiden dan legislatif mempunyai relevansi terhadap penguatan sistem presidensial ditinjau dari teori pemisahan kekuasaan dengan prinsip Checks and Balances dan ciri-ciri pokok sistem presidensial yang menghendaki kedudukan antara eksekutif dan legslatif adalah sejajar.

E. Kerangka Teori

1. Konsep Negara Hukum Konsep negara hukum selalu terkait dengan ide negara hukum. Ide negara hukum muncul dari latar belakang terjadinya kesewenang-wenangan penguasa. 14 Ide negara hukum sudah dikenal sekitar 500 SM oleh bangsa Yunani Kuno. Ide negara hukum pertama kali dikemukakan oleh Plato 14 Hotma P. Sibuea, Asas-Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Jakarta: Erlangga, 2010, Cet. Pertama, h. 10. dalam karyanya Politea the Republic, Politicos the Stateman, dan Nomoi the Law. Dan ide atau gagasan negara hukum mucul lagi di eropa barat sekitar abad -17-18. Ide negara hukum secara garis besar menghendaki adanya pembatasan kekuasaan negara berdasarkan hukum. Hukum memegang peranan tertinggi dalam kekuasaan negara, yang dibayangkan sebagai faktor penentu dalam penyelenggaran kekuasaan negara. Hal ini sejalan dengan teori kedaulatan hukum yang mengatakan bahwa kekuasaan yang tertinggi tidak terletak pada raja, tidak juga pada negara tetapi berada pada hukum. 15 Pada zaman modern, konsep negara hukum di Eropa Kontinental dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julis Stahl, dan lain-lain dengan menggunaka istilah Jerman yaitu Rechsstaat. Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika, konseop negara hukum dikembangkan oleh A.V. Dicey dengan sebutan The Rule of Law. Menurut Julius Stahl, konsep negara hukum yang disebut Rechsstaat itu mencakup empat elemen penting yaitu 16 : 1. Perlindungan Hak Asasi Manusia. 2. Pembagian kekuasaan. 3. Pemerintahan berdasarkan Undang-Undang 4. Peradilan tata usaha negara. Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap negara hukum yang disebut dengan isitilah The Rule of Law, yaitu: 1. Supermacy of Law. 15 Hendra Nurthahjo, Filsafat Demokrasi, Jakarta:Bumi Aksara, 2008, Cet.Kedua, h. 37. 16 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitualisme, Jakarta: Konstitusi Press, 2005, h. 122.