Teori Bentuk dan Sistem Pemerintahan
Secara asasi paham republik mengandung makna bahwa pemerintahan yang diselenggarakan oleh dan untuk kepentingan
umum rakyat banyak. Karena itu, institusi kenegaraan dalam republik harus mencerminkan kehendak umum dan ditentukan
berdasarkan kehendak umum rakyat. Hal ini hanya dimungkinkan kalau kepala negara bukan raja. Raja yang turun-temurun tidak
memungkinkan keikutsertaan umum rakyat untuk memilih dan dipilih sebagai kepala negara.
15
Dalam konteks Indonesia, bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik. Bentuk pemerintahan tersebut dinyatakan secara tegas dalam
pasal 1 ayat 1 UUD NRI 1945 yang menyatakan “Negara indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”. Hal tersebut
dimaksudkan sebagai prasyarat bahwa pemerintahan yang dijalankan untuk kepentingan umum rakyat.
b. Bentuk Pemerintahan Monarki
Bentuk pemerintahan kerajaan biasanya ditandai seorang raja, kaisar, sultan yang menjadi kepala negara. Jabatan tersebut diduduki
secara turun-temurun dan dijabat seumur hidup. Contoh negara yang berbentuk kerajaan atau monarki adalah Inggris, Belanda, Nowergia,
Swedia dan Thailand. M. Solly Lubis mendefinisikan monarki atau kerajaan sebagai
pemerintahan dimana kekuasaan negara dipegang oleh “satu” orang
15
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, h.3.
yang menjalankan kekuasaan itu untuk kepentingan semua orang.
16
Pengertian yang agak berbeda disampikan oleh A. Appodorai yang mengartikan monarki sebagai pemerintahan oleh seorang individu
yang tidak tunduk pada pembatasan hukum apapun, melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri.
Dari perbedaan kedua pandangan tersebut maka monarki atau kerajaan dapat di bagi menjadi dua bentuk :
1 Monarki Absolute, dimana kekuasaan raja tidak dibatasi
oleh apapun. 2
Monarki Konstititusional, dimana kekuasaan raja dibatasi oleh Konstitusi.
Dalam perkembangannya bentuk-bentuk kerajaan dengan kekuasaan absolut telah banyak berkembang menjadi pemerintahan
kerajaan atau monarki yang tunduk pada hukum, tunduk pada kehendak rakyat, tunduk pada konstitusi Monarki Konstitusional,
seperti di Inggris, Belanda, Belgia, Spanyol, Jepang dan Thailand. 2.
Sistem Pemerintahan Sri Soemantri
17
memaknai sistem pemerintahan berkenaan dengan sistem hubungan eksekutif dan legislatif. Ada dan tidak adanya hubungan
antara eksekutif dan legislatif melahirkan adanya sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial, yang dalam bahasa
16
M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Mandar Maju, 1990, Cet. Keempat, h. 55.
17
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, h. 148.
inggris disebut cabinet government system dan presidential government system atau the fixed executive system.
Sejalan dengan pandangan di atas, Jimly Asshddiqie mengemukakan sistem pemerintahan berkaitan dengan pengertian regeringsdaad, yaitu
penyelenggaraan pemerintahan oleh eksekutif dalam hubungannya dengan legislatif. Cara pandang yang demikian sesuai dengan teori dichotomy, yaitu
legislatif sebagai policy making taak stelling sedangkan eksekutif sebagai policy executing taat verwezenlijking.
18
Dari penelusuran berbagai literatur terdapat varian sistem pemerintahan. Giovanni Sartori membagi sistem pemerintahan menjadi tiga
kategori: presidentialism, parliamentary system, dan semi-presidentialism. Lebih variatif lagi Denny Indrayana membuat kategorisasi sistem
pemerintahan, yaitu sistem presidensial, sistem parlementer, sistem hibrid atau campuran, sistem kolegial dan sistem monarki.
19
Meskipun terdapat banyak varian, sistem pemerintahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada sistem pemerintahan presidensial, sistem
parlementer, dan sistem campuran. Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia memperlihatkan bahwa sistem kolegial dan sistem monarki tidak pernah
diterapkan. a.
Sistem Pemerintahan Parlementer
18
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia, h. 24.
19
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia, h. 25.
Tercatat dalam sejarah, Inggris merupakan tempat kelahiran sistem pemerintahan parlementer. Dari berbagai macam sistem
pemerintahan yang dikemukakan tersebut, sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan yang paling banyak digunakan di
seluruh dunia. Sejak Perang Dunia II dua pertiga dari negara-negara dunia ketiga yang memilih sistem pemerintahan parlementer suskses
dalam transisi demokrasi. Sistem pemeritahan parlementer merupakan sistem yang
ministeriele verantwoordelijk-heid menteri bertanggung jawab kepada parlemen ditambah dengan overwicht kekuasaan lebih
kepada parlemen. Dengan argumentasi itu, sistem parlementer dilandaskan bahwa parlemen adalah pemegang kekuasaan tertinggi
parliament is soverign atau dalam bahasa A.V Dicey parliamentary supremacy.
20
Di dalam sistem pemerintahan parlementer tugas atau kekuasaan eksekutif diserahkan kepada badan yang disebut kabinet atau dewan
menteri. Kabinet ini nantinya dipimpin oleh seorang perdana menteri yang mempertanggung jawabkan pemerintahannya kepada badan
perwakilan rakyat atau parlemen. Jadi dalam sistem ini kepala negara tidak merupakan pimpinan yang nyata daripada pemerintahan, yang
memikul segala pertanggung jawaban pemerintahan adalah kabinet.
20
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia, 28.
Dari berbagai literatur dapat disimpulkan bahwa sistem pemerintahan parlementer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
21
: 1
Kepala negara hanya sebagai lambangsimbol negara yang hanya mempunyai tugas-tugas yang bersifat fomal;
2 Pemegang kekuasaan eksekutif yang sebenarnyanyata adalah
perdana menteri sebagai pemimpin kekuasaan eksekutif beserta para menteri-menterinya. Perdana menteri bertanggung jawab
kepada badan perwakilan rakyat; 3
Perdana menteri sebagai kepala pemerintahan terpilih atas dukungan mayoritas di parlemen;
4 Masa jabatan perdana menteri beserta kabinet ditentukan
berdasarkan dukungan mayoritas di parlemen. Dari kriteria di atas selain ada pemisahan antara kepala negara
head of state dan kepala pemerintahan head of government, karakter paling mendasar dalam sistem pemerintahan parlementer
adalah tingginya tingkat dependensi atau ketergantungan eksekutif kepada dukungan parlemen. Apalagi, eksekutif tidak pilih langsung
oleh pemilih sebagaimana pemilihan untuk anggota legislatif. b.
Sistem Pemerintahan Presidensial Jika
sistem pemerintahan
parlementer terkait
dengan perkembangan sistem parlementer Inggris, sistem pemerintahan
presidensial tidak dapat dipisahkan dari Amerika Serikat. Amerika
21
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, Cet. Pertama, h. 259-262
Serikat tidak hanya merupakan tanah kelahiran sistem presidensial, tetapi juga sebagai contoh ideal karena memenuhi hampir semua
kriteria yang ada dalam sistem pemerintahan presidensial. Menurut Jimly Asshiddiqie ada beberapa ciri penting dalam
sistem presidensial
22
: 1
Presiden melaksanakan fungsi kepala negara dan kepala pemerintahan;
2 Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, oleh karenanya
presiden bertanggungjawab kepada rakyat; 3
Presiden tidak tunduk kepada parlemen dan sebaliknya presiden tidak dapat membubarkan parlemen;
4 Presiden memiliki masa jabatan tetap;
5 Presiden memegang tanggungjawab pemerintahan.
Berdasarkan karakter yang dikemukakan salah satu karakter yang utama adalah presiden memegang fungsi ganda yaitu sebagai kepala
negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Selain itu karakter sistem presidensial juga dapat dilihat dari pola hubungan antara lembaga
eksekutif dengan legislatif. Pola yang bisa dilacak dengan adanya pemilihan umum yang terpisah antara untuk memilih presiden dan
untuk memilih legislatif. Pemilihan umum yang terpisah untuk memilih presiden dan untuk
memilih legilatif membawa dampak pada pemisahan kekuasaan
22
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pregeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, h. 59-60.
karena keduanya mendapat mandat langsung dari rakyat. T. A. Legowo mengungkapkan “.....karena petinggi-petinggi eksekutif
dipilih secara terpisah dengan legislatif, sistem presidensial membawa ciri yang kuat pada pemisahan kekuasaan..”.
23
c. Sistem Pemerintahan Campuran
Dalam sistem pemerintahan ini, badan eksekutif merupakan bagian dari badan legislatif. Misalnya di Swiss yang disebut
Bundesrat badan
eksekutif adalah
badan pekerja
dari Bundesversammlung badan legislatif. Dalam sistem ini badan
legislatif membentuk sub badan di dalamnya sebagai pelaksana tugas pemerintah. Mekanisme kontrol terhadap badan legislatif dilakukan
langsung oleh rakyat melalui lembaga referendum.
24
Lembaga referendum yaitu suatu pemungutan suara secara langsung oleh rakyat yang berhak mengeluarkan suara untuk
menentukan tentang pendapat rakyat. Hal ini diterapkan di Swiss dimana ada mekasnisme kontrol secara langsung dari rakyat yang
mengontrol tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan dari badan legislatif, seperti Bundesversammlung yang ada di Swiss.
Referendum di Swiss ada dua macam yaitu
25
:
23
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia, h. 41.
24
Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945 dengan Delapan Negara Maju, h. 56.
25
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, h. 268.
1 Referendum wajib, ini adalah referendum yang menentukan
berlaku atau tidaknya suatu undang-undang atau suatu peraturan; 2
Referendum tidak wajib, ini adalah pemungutan suara yang dapat dituntut oleh rakyat, untuk menentukan apakah suatu undang-
undang yang telah berlaku itu akan boleh terus berlaku atau tidak, atau perlu diadakan perubahan-perubahan ataukah tidak.
31