Paham Konstitusionalisme TEORI KEKUASAAN NEGARA

Paham konstitusionalisme berawal dari dipergunakannya konstitusi sebagai dasar hukum dalam penyelenggaraan negara. paham konstitusionalisme mengemban the limited state negara terbatas, dimana dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan agar tidak terjadi kesewenang-wenangan maka hal tersebut tersebut harus dinyatakan dan diatur secara tegas dalam pasal-pasal konstitusi. pada prinsipnya paham konstitusionalisme menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan. 7 Pada prinsipnya paham konstitusionalisme adalah menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan. Konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu pertama, hubungan antara pemerintah dengan warga negara; dan kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain. Oleh karena itu, biasanya konstitusi dimaksudkan mengatur tiga hal penting, yaitu menentukan pembatasan kekuasaaan organ-organ negara, mengatur hubungan antara lembaga-lembaga negara yang satu dengan yang lain, dan mengatur hubungan kekuasaan antara lembaga-lembagan negara dengan warga negara. 8

B. Teori Pemisahan Kekuasaan dengan Prinsip Checks and Balances

Konsep awal mengenai pemisahan kekuasaan ini dapat ditelusuri kembali dalam tulisan John Locke, “Second Treaties of Civil Goverment” 1960 yang 7 Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, h. 119. 8 Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, h. 120. berpendapat bahwa kekuasaan untuk menetapkan aturan hukum tidak boleh dipegang sendiri oleh mereka yang menerapkannya. John Locke membagi kekuasaan negara menjadi tiga cabang kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif legislative power, kekuasaan eksekutif executive power, dan kekuasaan federatif federatif power. Oleh Montesquieu 1689-1755 pemikiran John Locke diteruskan dengan mengembangkan konsep trias politica yang membagi kekuasaan negara menjadi 3 tiga cabang, yaitu legilatif, eksekutif, dan yudikatif. Pandangan Montesquieu inilah yang kemudian dijadikan doktrin separtion of power di zaman sesudahnya. Menurut Montesquieu, harus dibedakan dan dipisahkan secara struktural dalam organ-organ yang tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Kekuasan legislatif hanya dilakukan oleh lembaga legislatif, kekuasaan eksekutif hanya dilakukan oleh lembagan eksekutif, dan demikian pula kekuasaan yudikatif hanya dilakukan oleh lembaga yudikatif. Dalam pandangannya sebagai berikut 9 : “Again there is no liberty, if the judiciary power be not separetd from legislative and executive. Were it joined with the legislative, the life and liberty of the subject would be exposed to arbitratry control, for the judge would then be legislator. Were it joined with the executive power, the judge might behave with violence and oppresion. ” Yang diidealkan Montesquieu adalah bahwa ketiga fungsi kekuasaan negara itu harus dilembagakan masing-masing dalam tiga organ negara. Satu organ hanya boleh menjalankan satu fungsi functie, dan tidak boleh saling mencampuri 9 Hotma P. Sibuea, Asas-Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, h. 25. urusan masing-masing dalam arti yang mutlak. Jika tidak demikian, maka kebebasan akan terancam. Konsepsi trias politica ini jelas tidak relevan lagi dewasa ini, mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga kekuasaan tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari ketiga fungsi kekuasaan tersebut. Kenyataanya dewasa ini menunjukan bahwa hubungan antar cabang kekuasaan itu tidak mungkin untuk tidak saling bersentuhan, dan bahkan ketiganya bersifat sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain dengan prinsip checks and balances. 10

C. Teori Bentuk dan Sistem Pemerintahan

1. Bentuk Pemerintahan Secara umum, seringkali terjadi pencampuran dalam menggunakan istilah “bentuk pemerintahan” dan “sistem pemerintahan”. Padahal kedua hal tersebut mempunyai perbedaan mendasar. Sri Soemantri melihat bentuk pemerintahan sebagai penggambaran struktur organisasi yang dipilih dalam menjalankan negara. 11 Sedangkan sistem pemerintahan yaitu mengenai hubungan antar pemerintah dan badan yang mewakili rakyat. 12 10 Jimly Ashiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, h. 35. 11 Hendra Nurtjhajo, Ilmu Negara; Pengembangan Teori bernegara dan Suplemen, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005, Cet. Pertama, h. 40. 12 Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Cet. Pertama, h. 23.