Penelitian Terdahulu mengenai Kinerja dan Keberlanjutan

2. Penelitian Terdahulu mengenai Prospek Pengembangan Komoditas Hortikultura dan Strategi Pengembangan Menurut Maulana dan Sayaka 2007 dalam penelitiannya mengenai prospek pengembangan komoditas sayuran di Indonesia menunjukkan bahwa selama periode tahun 1998 – 2005, perkembangan luas panen sayuran di Indonesia cenderung menurun sementara produksi mengalami stagnasi, di sisi lain konsumsi sayuran masih sangat minim. Alokasi pengeluaran terhadap total pengeluaran untuk makanan meningkat dari 8,96 persen di tahun 1996 menjadi 9,91 persen tahun 2002. Dalam periode yang sama, nilai impor sayuran mengalami fluktuasi. Namun demikian nilai ekspor sayuran justru menunjukkan keadaan yang stagnan, terutama selama periode tahun 1999 – 2003. Pangsa nilai ekspor terhadap total ekspor mengalami stagnasi pada kisaran 0,09 – 0,11 persen. Untuk memasuki pasaran dunia, strategi yang telah dijalankan oleh pemerintah untuk membangun produk-produk hortikultura untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan kualitas melalui efisiensi usahatani untuk menghasilkan produk yang kompetitif. Menurut Antony 2010, dalam penelitiannya mengenai strategi pengembangan komoditas duku di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi bahwa hasil analisis finansial duku menunjukkan duku layak diusahakan pada tingkat suku bunga 15 dalam jangka waktu 15 tahun. Nilai IRR yaitu 18,92 atau lebih besar 3,92 dibanding dengan suku bunga bank yang berlaku. Nilai BC ratio pada tahun ke-15 yang menunjukkan nilai 1,36 1. Hasil analisis kelembagaan menunjukkan belum berkembangnya sistem kelembagaan petani, penyuluh, kemitraan, pengolahan dan pemasaran pada komoditas duku. Analisis SWOT menghasilkan strategi prioritas pengembangan komoditas duku di Kabupaten Muaro Jambi. Strategi terdiri dari tiga klaster yaitu pengembangan pada aspek biofisik, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Dalam hal ini tidak semua strategi akan diterapkan secara seragam di semua wilayah. Penerapan strategi akan berbeda tiap wilayah tergantung pada kondisi kelembagaan, kondisi biofisik dan prasarana penunjang yang dimiliki. Menurut Asti 2010, dalam penelitiannya mengenai strategi pengembangan komoditas hortikultura di kawasan agropolitan Ciwidey, Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa stroberi menjadi komoditas unggulan karena pada saat ini stroberi masih banyak dibudidayakan oleh petani yang ada di Ciwidey serta dinilai masih memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Masyarakat Ciwidey memiliki kecenderungan untuk membudidayakan stroberi disebabkan beberapa faktor antara lain 1 nilai jual yang tinggi 2 salah satu alternatif wisata 3 stroberi memberikan hasil yang rutin bagi petani 4 stroberi dapat menyerap tenaga kerja yang besar 5 stroberi memberikan produk turunan yang banyak jenisnya. Berdasarkan pendekatan matriks TOWS diperoleh sembilan alternatif strategi sebagai berikut 1 pengembangan produk turunan stroberi untuk memberikan nilai tambah stroberi 2 perluasan pasar produk segar dan turunan stroberi 3 penerapan teknologi naungan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk stroberi 4 penerapan peraturan dan penerapan pengawasan pelaku usaha 5 pengembangan bibit stroberi 6 penguatan kelembagaan stroberi 7 bantuan langsung kepada petani 8 pembentukan kelompok tani dalam meningkatkan kemampuan dan peran serta petani 9 pelaksanaan penyediaan informasi pertanian.

C. Kerangka Pemikiran

Menghadapi peluang dan tantangan era globalisasi serta perdagangan bebas saat ini maka upaya pengembangan komoditas unggulan daerah menjadi salah satu alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah. Kontribusi sayuran dataran tinggi dalam perekonomian Kabupaten Lampung Barat cukup besar, ditunjukkan dari kontribusi PDRB subsektor hortikultura sayuran dataran tinggi terhadap PDRB Kabupaten Lampung Barat sebesar 8 persen terhadap total PDRB BPS Lampung Barat, 2012. Peluang dan potensi sayuran dataran tinggi di Kabupaten Lampung Barat banyak menghadapi kendala antara lain faktor komoditas yang mudah rusak perishable, serta masih lemah dan kurang berkembangnya kelembagaan pemasaran sayuran dataran tinggi untuk menghadapi tantangan fluktuasi harga. Penetapan kawasan agropolitan Way Tenong oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dengan penetapan komoditas unggulan kopi dan sayuran dataran tinggi sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah dan peningkatan kesejahteraan petani. Pengembangan sayuran dataran tinggi sebagai komoditas unggulan dalam skala agribisnis harus menyeluruh meliputi seluruh aspek yaitu teknis produksi, panen, pasca panen dan aspek ekonomi meliputi pendapatan usaha tani dan pemasaran komoditas. Perlu dikaji apakah usaha tani sayuran dataran tinggi ini menguntungkan bagi petani setempat. Selain itu diperlukan analisa terhadap kelembagaan pemasaran sayuran dataran tinggi dalam menunjang kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhan pasar terhadap kualitas dan kontinuitas produksi. Pengembangan potensi komoditas unggulan sayuran dataran tinggi di kawasan agropolitan Way Tenong akan selalu menghadapi tantangan dan peluang akibat pengaruh faktor lingkungan eksternal dan internal. Kinerja pengembangan komoditas sayuran dataran tinggi memerlukan analisa terhadap faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi keberlanjutan keunggulan komoditas sayuran dataran tinggi dalam memenuhi tuntutan permintaan pasar akan kontinuitas produksi dan kualitas mutu produk yang dihasilkan. Identifikasi terhadap faktor internal dan eksternal sangat penting untuk menyusun strategi dan program untuk pengembangan komoditas sayuran dataran tinggi unggulan di kawasan agropolitan Way Tenong. Analisis lingkungan internal meliputi produksi, kelembagaan pemasaran, pendapatan usaha tani sayuran dataran tinggi, kebijakan Pemerintah Daerah dalam mendukung pengembangan komoditas unggulan sayuran dataran tinggi di kawasan agropolitan Way Tenong, dukungan stakeholders dalam pengembangan komoditas sayuran dataran tinggi unggulan. Analisa lingkungan eksternal meliputi aspek ekonomi, sosial budaya, teknologi, pesaing, perubahan iklim, tuntutan konsumen akan mutu dan keamanan produk serta tantangan globalisasi pasar bebas. Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran strategi pengembangan komoditas sayuran dataran tinggi unggulan di kawasan agropolitan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Kerangka Pemikiran - Peluang dan tantangan perdagangan bebas - Pengembangan komoditas unggulan daerah untuk menghadapi era pasar bebas dan peningkatan pendapatan daerah - Kontribusi sayuran dataran tinggi dalam perekonomian Kabupaten Lampung Barat - Kelembagaan pemasaran sayuran dataran tinggi yang kurang berkembang Kawasan agropolitan Way Tenong dengan komoditas unggulan kopi dan sayuran dataran tinggi Perda No 1 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Lampung Barat Tahun 2010 – 2030 Rancang Bangun Pengembangan Hortikultura Propinsi Lampung Pengembangan sayuran dataran tinggi sebagai komoditas unggulan Apakah usaha tani sayuran dataran tinggi menguntungkan bagi petani setempat ? Kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhan pasar terhadap sayuran dataran tinggi dengan kualitas mutu yang baik dan kontinuitas produksi Analisis Pendapatan Usaha Tani Analisis Kelembagaan Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Unggulan Pemilihan Strategi Strategi Pengembangan Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Unggulan di Kawasan Agropolitan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Kelembagaan pemasaran komoditas sayuran dataran tinggi di Kawasan agropolitan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian

Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. Agropolitan adalah konsep pengembangan suatu kawasan tertentu yang berbasis pada pertanian. Pengembangan Kawasan Agropolitan, adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Komoditas unggulan merupakan komoditas yang dipilih untuk dikembangkan di suatu wilayahdaerah untuk meraih keunggulan kompetitif dan komparatif berdasarkan pertimbangan akan kesesuaian ekonomi, agroekologi, sosial budaya, infrastruktur dan sumber daya manusia. Komoditas unggulan sayuran dataran tinggi di kawasan agropolitan Way Tenong yang dipilih dalam penelitian ini adalah kubis, tomat dan wortel. Pemilihan ini berdasarkan kontribusi produksi dan produktivitas ketiga komoditas unggulan tersebut pada kawasan agropolitan Way Tenong. Komoditas yang dipilih untuk diteliti adalah komoditas kubis, tomat dan wortel yang ditanam secara monokultur. Penerimaan usaha tani revenue adalah penerimaan dari hasil penjualan output usaha tani yang didapatkan dari banyaknya produksi total dikalikan harga atau biaya produksi banyaknya input dikalikan harga. Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan Rpha. Biaya usaha tani adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor - faktor produksi dalam usaha tani selama satu periode. Pendapatan usaha tani merupakan penerimaan usaha tani dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode produksi diukur dalam satuan rupiah Rpha. Pendapatan usaha tani merupakan penerimaan usaha tani dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode produksi diukur dalam satuan rupiah Rpha. Penerimaan, biaya dan pendapatan usaha tani dalam penelitian ini dihitung masing-masing untuk usaha tani komoditas sayuran dataran tinggi unggulan yaitu kubis, tomat dan wortel. Kelembagaan pemasaran adalah berbagai bentuk lembaga pemasaran yang menghubungkan petani di sentra produksi dan konsumen di sentra konsumsi untuk memberikan nilai guna produk dalam suatu sistem pemasaran. Dalam penelitian ini analisis dan penilaian