Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat

(1)

ANALISIS RANTAI PASOKAN SAYURAN UNGGULAN

DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT

Oleh :

FERI SETYAWAN

H24104012

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRAK

Feri Setyawan. H24104012. Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat. Di bawah bimbingan Heti Mulyati dan Alim Setiawan S

Pertanian di Indonesia merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian terhadap Total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13,7 persen (Badan Pusat Statistik, 2008). Hortikultura sebagai salah satu komoditas pertanian memberikan peningkatan kontribusi pada nilai PDB dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 4,6 persen. Trend permintaan produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan dan bunga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan, terutama sayuran dataran tinggi. Dalam hal ini, upaya untuk meningkatkan kontinuitas produksi sayuran dapat dilakukan dengan mensinergiskan rantai pasoknya.

Penelitian ini bertujuan (1) Memilih produk sayuran unggulan dataran tinggi, (2) Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran terpilih, (3) Mengkaji nilai tambah produk sayuran terpilih, (4) Memberikan alternatif sistem rantai pasokan sayuran unggulan dataran tinggi yang dapat diterapkan di Jawa Barat. Data yang dipakai terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, observasi di lapangan, kuesioner, serta opini pakar. Data sekunder diperoleh dari internet, dokumen petani, koperasi dan bandar. Metode analisis data yang digunakan adalah metode perbandingan eksponensial (MPE), analisis deskriptif dan metode hayami.

Hasil perhitungan dengan MPE diperoleh tiga jenis sayuran unggulan yaitu paprika (12.236,33), lettuce (9.967,33) dan brokoli (8.272). Paprika memberikan marjin keuntungan yang besar dan potensi pasar domestik maupun ekspor. Berdasarkan hal tersebut, maka paprika dipilih menjadi objek penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pasir Langu merupakan sentra paprika terbesar di Indonesia dengan luas area produksi 24 hektar.

Anggota rantai pasokan paprika adalah petani, pengumpul, pedagang, pemasok supermarket, hotel dan restauran serta eksportir. Entitas rantai pasokan terdiri dari produk, pasar, stakeholder dan kemitraan. Pasar paprika yaitu pasar domestik (kota-kota besar di Indonesia) dan pasar luar negeri (Singapura). Stakeholder yang terlibat terdiri dari pemasok bibit dan sarana produksi, petani, pengumpul, packaging house, eksportir dan retailer. Sedangkan kemitraan yang terbangun adalah berupa kelompok tani dan mitra beli antara pengumpul dengan eksportir.

Analisis nilai tambah dilakukan terhadap petani, bandar paprika dan koperasi. Hasil penghitungan menyatakan bahwa petani anggota koperasi memperoleh nilai tambah lebih besar yaitu 42 persen dibandingkan dengan petani non anggota koperasi yaitu 31 persen. Koperasi memperoleh nilai tambah jauh lebih kecil yaitu 5,3 persen dibandingkan dengan bandar paprika yaitu 24 persen.

Sistem rantai pasokan paprika yang dapat dibangun adalah dengan mensinergiskan antara rantai pasokan primer dan rantai pasokan sekunder. Rantai pasokan primer terdiri dari petani, koperasi, bandar, retailer, packaging house, eksportir dan pedagang pasar tradisional. Sedangkan anggota rantai pasokan sekunder terdiri dari pemasok input (nutrisi, benih, media tanam dan pestisida), pemerintah, Balai Penelitian Sayuran, Perbankan, perusahaan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi.


(3)

ANALISIS RANTAI PASOKAN SAYURAN UNGGULAN

DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

FERI SETYAWAN

H241004012

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS RANTAI PASOKAN SAYURAN UNGGULAN DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor Oleh

FERI SETYAWAN H24104012

Menyetujui, Januari 2009

Heti Mulyati, S.TP, MT Alim Setiawan S, S.TP

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M.Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Feri Setyawan dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 28 Februari 1986. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara pasangan Suwandi dan Sri Achyati.

Pada tahun 1992, penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Cokroaminoto, lalu dilanjutkan ke Sekolah Dasar Lengkong 5. Tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Banjarnegara, kemudian tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Banjarnegara dan masuk dalam program studi Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).

Penulis pernah menjabat sebagai asisten dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis aktif dalam mengikuti lomba dan kegiatan ilmiah seperti Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM). Penulis juga aktif dalam organisasi intra kampus, diantaranya sebagai staf Departemen Keuangan dan Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, sekretaris umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM), Ketua BEM FEM, serta sebagai Koordinator Kementerian BEM Keluarga Mahasiswa IPB. Penulis juga aktif pada berbagai aktivitas kepanitiaan baik di dalam maupun di luar kampus.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke khadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur rantai pasokan sayuran unggulan dataran tinggi dan memberikan solusi alternatif rantai pasokan yang dapat diterapkan di Jawa Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT selaku dosen pembimbing I dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Eko Rudi Cahyadi, S.Hut, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Dr.Anas D Susila, Dr. Nikardi Gunadi, Sutardi SE, Bapak Arif dan Bapak Chepi yang telah banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

4. Bapak Ermis, Deden, Pepen, Ibu Darwilah dan semua pengurus koperasi Mitra Sukamaju yang telah banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

5. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan doa, semangat serta keteladanan demi kelancaran dan kesuksesan anak-anaknya.

7. Rekan-rekan di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB yang telah sama-sama berjuang meniti susah dan senangnya menjadi mahasiswa.


(7)

v

8. Teman-teman di Program Pembinaan Sumberdaya Manusia Strategis yang telah sama-sama belajar dan berjuang untuk menjadi pemimpin masa depan Indonesia.

9. Teman-teman Manajemen 41 yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat digantikan dengan apapun.

10.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari penulisan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan informasi dalam skripsi ini.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(8)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK *

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Rantai Pasokan ... 6

2.2. Manajemen Rantai Pasokan ... 7

2.3. Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri ... 9

2.4. Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasokan ... 10

2.5. Penelitian Terdahulu ... 11

III.METODE PENELITIAN ... 13

3.1. Kerangka Pemikiran ... 13

3.2. Tahapan Penelitian ... 15

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 16

3.5. Metode Penarikan Sampel ... 17

3.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 18

3.6.1 Metode Perbandingan Eksponensial ... 18

3.6.2 Analisis Model Rantai Pasokan ... 20

3.6.3 Analisis Nilai Tambah ... 20

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Pemilihan Produk Unggulan ... 22

4.2. Analisis Kondisi Rantai Pasokan Paprika ... 24

4.2.1. Gambaran Umum Lokasi dan Budidaya Paprika ... 24

4.2.2. Struktur Rantai Pasokan ... 31

4.2.3. Sasaran Rantai Pasokan ... 39

4.2.4. Manajemen Rantai Pasokan ... 41

4.2.5. Sumber Daya Rantai Pasokan ... 44


(9)

vii

4.3. Analisis Nilai Tambah... 51

4.3.1. Analisis Nilai Tambah Petani ... 52

4.3.2. Analisis Nilai Tambah Koperasi ... 54

4.3.3. Analisis Nilai Tambah Bandar ... 55

4.4. Sistem Rantai Pasokan Paprika ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1. Kesimpulan ... 60

5.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(10)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Total produksi, impor dan ekspor komoditi sayuran di Indonesia tahun

2002-2006. ... 2

2. Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan analisis data ... 17

3. Variabel input, input nilai tambah ... 21

4. Skor rata-rata MPE sayuran unggulan dataran tinggi ... 22

5. Anggota rantai pasokan paprika ... 35

6. Kriteria paprika ... 36

7. Nilai penjualan paprika Koperasi Mitra Sukamaju ... 40

8. Kriteria pemilihan mitra ... 41

9. Perhitungan nilai tambah untuk petani anggota koperasi ... . 53

10. Perhitungan nilai tambah untuk petani non anggota koperasi ... 53

11. Perhitungan nilai tambah untuk Koperasi Mitra Sukamaju... 54


(11)

ANALISIS RANTAI PASOKAN SAYURAN UNGGULAN

DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT

Oleh :

FERI SETYAWAN

H24104012

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

ABSTRAK

Feri Setyawan. H24104012. Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat. Di bawah bimbingan Heti Mulyati dan Alim Setiawan S

Pertanian di Indonesia merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian terhadap Total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13,7 persen (Badan Pusat Statistik, 2008). Hortikultura sebagai salah satu komoditas pertanian memberikan peningkatan kontribusi pada nilai PDB dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 4,6 persen. Trend permintaan produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan dan bunga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan, terutama sayuran dataran tinggi. Dalam hal ini, upaya untuk meningkatkan kontinuitas produksi sayuran dapat dilakukan dengan mensinergiskan rantai pasoknya.

Penelitian ini bertujuan (1) Memilih produk sayuran unggulan dataran tinggi, (2) Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran terpilih, (3) Mengkaji nilai tambah produk sayuran terpilih, (4) Memberikan alternatif sistem rantai pasokan sayuran unggulan dataran tinggi yang dapat diterapkan di Jawa Barat. Data yang dipakai terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, observasi di lapangan, kuesioner, serta opini pakar. Data sekunder diperoleh dari internet, dokumen petani, koperasi dan bandar. Metode analisis data yang digunakan adalah metode perbandingan eksponensial (MPE), analisis deskriptif dan metode hayami.

Hasil perhitungan dengan MPE diperoleh tiga jenis sayuran unggulan yaitu paprika (12.236,33), lettuce (9.967,33) dan brokoli (8.272). Paprika memberikan marjin keuntungan yang besar dan potensi pasar domestik maupun ekspor. Berdasarkan hal tersebut, maka paprika dipilih menjadi objek penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pasir Langu merupakan sentra paprika terbesar di Indonesia dengan luas area produksi 24 hektar.

Anggota rantai pasokan paprika adalah petani, pengumpul, pedagang, pemasok supermarket, hotel dan restauran serta eksportir. Entitas rantai pasokan terdiri dari produk, pasar, stakeholder dan kemitraan. Pasar paprika yaitu pasar domestik (kota-kota besar di Indonesia) dan pasar luar negeri (Singapura). Stakeholder yang terlibat terdiri dari pemasok bibit dan sarana produksi, petani, pengumpul, packaging house, eksportir dan retailer. Sedangkan kemitraan yang terbangun adalah berupa kelompok tani dan mitra beli antara pengumpul dengan eksportir.

Analisis nilai tambah dilakukan terhadap petani, bandar paprika dan koperasi. Hasil penghitungan menyatakan bahwa petani anggota koperasi memperoleh nilai tambah lebih besar yaitu 42 persen dibandingkan dengan petani non anggota koperasi yaitu 31 persen. Koperasi memperoleh nilai tambah jauh lebih kecil yaitu 5,3 persen dibandingkan dengan bandar paprika yaitu 24 persen.

Sistem rantai pasokan paprika yang dapat dibangun adalah dengan mensinergiskan antara rantai pasokan primer dan rantai pasokan sekunder. Rantai pasokan primer terdiri dari petani, koperasi, bandar, retailer, packaging house, eksportir dan pedagang pasar tradisional. Sedangkan anggota rantai pasokan sekunder terdiri dari pemasok input (nutrisi, benih, media tanam dan pestisida), pemerintah, Balai Penelitian Sayuran, Perbankan, perusahaan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi.


(13)

ANALISIS RANTAI PASOKAN SAYURAN UNGGULAN

DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

FERI SETYAWAN

H241004012

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS RANTAI PASOKAN SAYURAN UNGGULAN DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor Oleh

FERI SETYAWAN H24104012

Menyetujui, Januari 2009

Heti Mulyati, S.TP, MT Alim Setiawan S, S.TP

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M.Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(15)

iii

RIWAYAT HIDUP

Feri Setyawan dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 28 Februari 1986. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara pasangan Suwandi dan Sri Achyati.

Pada tahun 1992, penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Cokroaminoto, lalu dilanjutkan ke Sekolah Dasar Lengkong 5. Tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Banjarnegara, kemudian tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Banjarnegara dan masuk dalam program studi Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).

Penulis pernah menjabat sebagai asisten dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis aktif dalam mengikuti lomba dan kegiatan ilmiah seperti Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM). Penulis juga aktif dalam organisasi intra kampus, diantaranya sebagai staf Departemen Keuangan dan Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, sekretaris umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM), Ketua BEM FEM, serta sebagai Koordinator Kementerian BEM Keluarga Mahasiswa IPB. Penulis juga aktif pada berbagai aktivitas kepanitiaan baik di dalam maupun di luar kampus.


(16)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke khadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur rantai pasokan sayuran unggulan dataran tinggi dan memberikan solusi alternatif rantai pasokan yang dapat diterapkan di Jawa Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT selaku dosen pembimbing I dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Eko Rudi Cahyadi, S.Hut, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Dr.Anas D Susila, Dr. Nikardi Gunadi, Sutardi SE, Bapak Arif dan Bapak Chepi yang telah banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

4. Bapak Ermis, Deden, Pepen, Ibu Darwilah dan semua pengurus koperasi Mitra Sukamaju yang telah banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

5. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan doa, semangat serta keteladanan demi kelancaran dan kesuksesan anak-anaknya.

7. Rekan-rekan di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB yang telah sama-sama berjuang meniti susah dan senangnya menjadi mahasiswa.


(17)

v

8. Teman-teman di Program Pembinaan Sumberdaya Manusia Strategis yang telah sama-sama belajar dan berjuang untuk menjadi pemimpin masa depan Indonesia.

9. Teman-teman Manajemen 41 yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat digantikan dengan apapun.

10.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari penulisan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan informasi dalam skripsi ini.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(18)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK *

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Rantai Pasokan ... 6

2.2. Manajemen Rantai Pasokan ... 7

2.3. Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri ... 9

2.4. Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasokan ... 10

2.5. Penelitian Terdahulu ... 11

III.METODE PENELITIAN ... 13

3.1. Kerangka Pemikiran ... 13

3.2. Tahapan Penelitian ... 15

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 16

3.5. Metode Penarikan Sampel ... 17

3.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 18

3.6.1 Metode Perbandingan Eksponensial ... 18

3.6.2 Analisis Model Rantai Pasokan ... 20

3.6.3 Analisis Nilai Tambah ... 20

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Pemilihan Produk Unggulan ... 22

4.2. Analisis Kondisi Rantai Pasokan Paprika ... 24

4.2.1. Gambaran Umum Lokasi dan Budidaya Paprika ... 24

4.2.2. Struktur Rantai Pasokan ... 31

4.2.3. Sasaran Rantai Pasokan ... 39

4.2.4. Manajemen Rantai Pasokan ... 41

4.2.5. Sumber Daya Rantai Pasokan ... 44


(19)

vii

4.3. Analisis Nilai Tambah... 51

4.3.1. Analisis Nilai Tambah Petani ... 52

4.3.2. Analisis Nilai Tambah Koperasi ... 54

4.3.3. Analisis Nilai Tambah Bandar ... 55

4.4. Sistem Rantai Pasokan Paprika ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1. Kesimpulan ... 60

5.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(20)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Total produksi, impor dan ekspor komoditi sayuran di Indonesia tahun

2002-2006. ... 2

2. Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan analisis data ... 17

3. Variabel input, input nilai tambah ... 21

4. Skor rata-rata MPE sayuran unggulan dataran tinggi ... 22

5. Anggota rantai pasokan paprika ... 35

6. Kriteria paprika ... 36

7. Nilai penjualan paprika Koperasi Mitra Sukamaju ... 40

8. Kriteria pemilihan mitra ... 41

9. Perhitungan nilai tambah untuk petani anggota koperasi ... . 53

10. Perhitungan nilai tambah untuk petani non anggota koperasi ... 53

11. Perhitungan nilai tambah untuk Koperasi Mitra Sukamaju... 54


(21)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Rantai pasokan ... 7

2. Rantai pasokan ... 7

3. Skema rantai pasokan pertanian ... 10

4. Kerangka pemikiran penelitian ... 14

5. Tahapan penelitian ... 15

6. Budidaya paprika ... 26

7. Model rantai pasok paprika di Desa Pasir Langu ... 32

8. Pola distribusi paprika di Desa Pasir Langu ... 48


(22)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Kuesioner ... 64 2. Perhitungan MPE ... 68 3. Perhitungan nilai tambah petani anggota koperasi ... 75 4. Perhitungan nilai tambah petani non anggota koperasi ... 76 5. Perhitungan nilai tambah Koperasi Mitra Sukamaju ... 77 6. Perhitungan nilai tambah bandar ... 78


(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengamatan empiris menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi tulang punggung perekonomian negara. Pertanian tidak hanya menyediakan kebutuhan pangan penduduk, tetapi juga sebagai sumber pendapatan devisa dan mendorong pertumbuhan industri nasional (Pambudy, 2007). Kontribusi devisa sektor pertanian di Indonesia dalam Total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 13 persen terhadap nilai PDB nasional pada tahun 2006 dan meningkat pada catur wulan I tahun 2007 menjadi 13,7 persen berdasarkan harga konstan (Badan Pusat Statistik, 2008)

Sektor pertanian di Indonesia terdiri atas lima sub sektor, yaitu (1) sub sektor tanaman bahan makanan mencakup komoditas padi, palawija, sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya, (2) sub sektor tanaman perkebunan mencakup komoditas hasil perkebunan rakyat dan perusahaan perkebunan, (3) sub sektor peternakan dan hasil hasilnya mencakup semua kegiatan pembibitan dan pembudidayaan ternak dan unggas, (4) sub sektor kehutanan mencakup kegiatan penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan, (5) sub sektor perikanan mencakup kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya ikan dan biota air.

Hortikultura sebagai salah satu komoditas pertanian memberikan peningkatan kontribusi pada nilai PDB nasional berdasarkan harga konstan sebesar Rp 35,34 milyar pada tahun 2000 menjadi Rp 68,64 milyar pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan PDB hortikultura per tahun mencapai 4,6 persen. Komoditas hortikultura yang memiliki prospek di masa depan adalah sayuran. Pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan sayuran dalam negeri dengan produksi dalam negeri dan sebagian diimpor. Total produksi, impor dan ekspor komoditas sayuran di Indonesia ditunjukkan dalam Tabel 1.


(24)

Tabel 1. Total produksi, impor dan ekspor komoditas sayuran di Indonesia tahun 2002-2006.

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Impor (Ton)

2002 7.144.745 105.243 297.032

2003 8.574.870 120.500 343.935

2004 9.059.676 107.493 441.944

2005 9.101.987 152.658 508.324

2006 9.527.463 236.225 550.437

Sumber : Departemen Pertanian dan BPS (2008)

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah produksi komoditi sayuran pada rentang tahun 2002-2006 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 7,8 persen per tahun, sedangkan jumlah komoditi sayuran yang diekspor mengalami trend kenaikan sebesar 20 persen. Namun demikian, Indonesia masih mengimpor sayuran dalam jumlah yang besar terutama dari China, Taiwan dan Jepang. Distribusi sayururan dalam negeri yang tidak merata, jumlah pasokan yang masih kurang dan lemahnya manajemen rantai pasokan menyebabkan jumlah sayuran yang diimpor masih tinggi. Oleh karena itu diperlukan manajemen rantai pasokan yang baik untuk dapat mendistribusikan sayuran dengan merata, efektif dan efisien.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil hortikultura terbesar di Indonesia. Produksi hortikultura khususnya sayuran di Jawa Barat mencapai 3,1 juta ton per tahunnya dari 23 jenis sayuran yang dibudidayakan. Luas areal tanaman sayuran di Jawa Barat mencapai 1,1 juta Ha dan tingkat optimalisasi pemanfaatan lahan baru mencapai 75 persen (Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2007).

Potensi luas panen sayuran di Jawa Barat lebih terkonsentrasi pada beberapa daerah. Menurut Bank Indonesia (2007), konsentrasi luas panen sayuran dengan pangsa lebih dari 10% terdapat di Kabupaten Bandung dan Garut (sayuran dataran tinggi) Sumedang (sayuran dataran tinggi dan rendah) serta Bekasi (sayuran dataran rendah). Lima Kabupaten dengan pangsa lebih dari 5% terdapat di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Bogor (sayuran dataran tinggi) dan Cirebon (sayuran dataran


(25)

rendah). Dataran tinggi Jawa Barat (Bandung, Garut, Bogor, Cianjur dan Tasikmalaya) terletak pada daerah agroklimat basa dengan rata-rata bulan basah 8-10 bulan dengan curah hujan rata-rata per tahun lebih dari 2000 mm, sehingga kawasan ini cocok untuk pertumbuhan dan produksi sayuran dataran tinggi antara lain paprika, brokoli, lettuce, pakcoy, sawi, kentang, wortel, kubis, dan lain-lain (Dinas Pertanian Jawa Barat, 2006). Hal ini sejalan dengan observasi lapang dan opini pakar,bahwa sayuran dataran tinggi di Jawa Barat yang potensial untuk dikembangkan adalah paprika, brokoli, kubis bunga, lettuce, pakcoy, kentang, kol dan wortel.

Peningkatan daya saing sayuran sangat penting, karena sampai saat ini masih terkendala dalam jaminan kesinambungan atas kualitas produk, jumlah pasokan yang masih kurang, dan ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efektif dan efisiennya kinerja rantai pasokan sayuran di Indonesia. Menurut Morgan et al., (2004) kendala utama dalam rantai pasokan sayuran adalah perencanaan, sosialisasi, pengiriman dan ekspektasi. Oleh karena itu, manajemen rantai pasokan (MRP) memegang peranan penting dan perlu dilakukan dengan baik.

Selain itu, produk pertanian secara umum mempunyai karakteristik antara lain : (1) produk mudah rusak, (2) budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi dan (4) bersifat kamba, beberapa produk sangat sulit diangkut dan dikelola sebab ukuran dan kompleksitas produk. Empat faktor ini perlu dipertimbangkan dalam merancang dan menganalisis manajemen rantai pasokan produk pertanian. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk dapat merancang dan menganalisis manajemen rantai pasokan berbasis pertanian. Dengan demikian kinerja rantai pasokan produk sayuran diharapkan akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk sayuran di Indonesia.


(26)

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apa saja produk sayuran unggulan dataran tinggi di Jawa Barat ? 2. Bagaimana struktur rantai pasokan produk sayuran unggulan terpilih ? 3. Bagaimana nilai tambah produk sayuran terpilih?

4. Bagaimana alternatif rantai pasokan yang dapat diterapkan? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Memilih produk sayuran unggulan dataran tinggi di Jawa Barat.

2. Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran terpilih dari dataran tinggi Jawa Barat.

3. Mengkaji nilai tambah produk sayuran terpilih dari dataran tinggi Jawa Barat.

4. Memberikan alternatif rantai pasokan sayuran unggulan yang dapat diterapkan, khususnya di Jawa Barat.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Kajian manajemen rantai pasokan produk sayuran mencakup aliran barang mulai dari sumber bahan baku (petani) hingga pengiriman produk ke konsumen. Penelitian difokuskan untuk mengukur nilai tambah produk sayuran dataran tinggi. Model rantai pasokan yang dikaji terbatas dan mencakup petani/kelompok tani. Ruang lingkup analisis mencakup : a. Identifikasi produk sayuran unggulan.

b. Pemetaan struktur rantai pasok komoditas sayuran yang dipilih dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).

c. Analisis nilai tambah pada anggota rantai pasok sayuran yang dipilih. 1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Penulis

Meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis dan menemukan solusi sebagai perwujudan dari aplikasi ilmu yang diperoleh.


(27)

2. Petani, Bandar dan Koperasi

Penelitian ini dapat memberikan evaluasi dan masukan mengenai kinerja manajemen rantai pasokan sayuran unggulan dataran tinggi. Dengan demikian manajemen rantai pasokan sayuran dataran tinggi di masa depan akan lebih baik.

3. Ilmu Pengetahuan

Penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dan referensi penelitian khususnya manajemen rantai pasokan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rantai Pasokan

Chopra dan Meindl (2004) menyatakan bahwa rantai pasokan melibatkan seluruh bagian, baik secara langsung atau tidak langsung, untuk memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya berkaitan dengan manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Tujuan dari rantai pasok adalah memaksimalkan keseluruhan nilai. Keseluruhan nilai rantai pasok adalah perbedaan diantara nilai dari produk akhir terhadap pelanggan dan upaya rantai pasokan dalam memenuhi permintaan pelanggan.

Ballou (2004) menyatakan rantai pasokan mencakup semua aktivitas (transportasi, pengendalian persediaan, dan sebagainya) yang membutuhkan waktu disepanjang jaringan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi serta informasi yang diteruskan ke pelanggan akhir dan memiliki nilai tambah bagi pelanggan. Rantai pasok adalah cara untuk menghasilkan nilai sehingga mencapai keunggulan bersaing, yaitu nilai untuk pelanggan dan pemasok di dalam perusahaan, serta nilai untuk stakeholder perusahaan.

Menurut Heizer dan Render (2004) rantai pasokan mencakup seluruh interaksi antara pemasok, manufaktur, distributor dan pelanggan. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi, penjadwalan, transfer kredit, dan tunai serta transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat. Rantai pasokan menurut Heizer dan Render dapat dilihat pada Gambar 1.

Siagian (2005) menyatakan bahwa rantai pasokan berkaitan langsung dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan meraih pasar dengan penekanan pada


(29)

rantai pasokan. Rantai pasokan menurut Siagian (2005) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Rantai Pasokan (Heizer dan Rander, 2004)

Gambar 1. Rantai pasokan (Heizer dan Render, 2004)

Gambar 2. Rantai pasokan (Siagian, 2005) 2.2. Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Russell dan Taylor (2003), manajemen rantai pasokan mengatur aliran barang dan jasa serta informasi yang diteruskan ke pesanan untuk mencapai tingkat keselarasan atau sinkronisasi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Masing-masing segmen dari rantai pasokan diatur secara terpisah (berdiri sendiri) yang lebih fokus pada

Pelanggan Persediaan Perusahaan Distributor

Pemasok

- Arus Informasi - Arus Penjadwalan - Arus Kas

- Arus Pesanan

- Arus Kredit - Arus Bahan Baku Informasi Penjadwalan Arus Kas

Arus Persediaan Arus Kreatif Arus Bahan Baku

Pemasok

Pemasok

Pemasok

Perusahaan Manufaktur

Konsumen

Konsumen

Konsumen Distributor

Persediaan


(30)

tujuannya masing-masing. Rantai pasokan mencakup semua aktiftas yang berhubungan dengan aliran transformasi barang dan jasa dari bahan baku menjadi barang jadi kepada pelanggan. Tujuan dari rantai pasokan adalah untuk mencapai kepuasan pelanggan. Rantai pasokan mencakup empat proses penting, yaitu memperoleh pesanan pelanggan, memperoleh bahan baku, dan komponen pendukung dari pemasok, memproduksi pesanan dan memenuhi pesanan pelanggan.

Heizer dan Render (2004) mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai pengintegrasian aktifitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup kegiatan pembelian dan outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan pemasok dan distributor.

Mentzer (2004) mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai strategi manajemen dari seluruh fungsi bisnis yang meliputi beberapa aliran hulu atau hilir, untuk beberapa aspek pada sistem rantai pasokan. Ma’arif dan Tanjung (2006) menyatakan manajemen rantai pasokan adalah perluasan dari manajemen logistik. Kegiatan manajemen logistik mencakup perusahaan, pemasok, dan pelanggan. Sedangkan cakupan manajemen rantai pasokan lebih luas dari pada manajemen logistik, yaitu antara pemasok, perusahaan sendiri, pelanggan, grosir dan pengecer yang diintegrasikan agar lebih efisien.

Simichi-Levi et al., (2000) menyatakan manajemen rantai pasokan sebagai sebuah pendekatan yang diterapkan untuk menyatukan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya (distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien sehingga produk dapat dihasilkan dan didistribusikan dengan jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Definisi tersebut didasarkan atas beberapa hal : a. Manajemen rantai pasok perlu mempertimbangkan bahwa semua


(31)

retailer, sampai ke pengecer berdampak pada biaya produk yang diproduksi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

b. Tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah agar total biaya dari semua bagian, mulai dari transportasi dan distribusi, persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga mengurangi biaya.

c. Manajemen rantai pasokan berputar pada integrasi yang efisien dari pemasok, manufaktur, gudang, distributor, retailer, dan pengecer yang mencakup semua aktivitas perusahaan, mulai dari tingkat strategis sampai tingkat taktik operasional.

Siagian (2005) menyatakan terdapat dua hal penting dalam manajemen rantai pasokan. Pertama, manajemen rantai pasokan adalah kolaborasi usaha bersama antar setiap bagian atau proses dalam siklus produk. Kedua, manajemen rantai pasokan harus mencakup seluruh kegiatan siklus produk. Ruang lingkup manajemen rantai pasokan meliputi :

a. Rantai pasokan mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan pelanggan termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.

b. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang prduksi.

2.3. Manajemen Rantai Pasok Agroindustri

Manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi dan kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk menghantarkan nilai superior dari konsumen dengan biaya termurah kepada pelanggan. Rantai pasok lebih ditekankan pada seri aliran bahan dan informasi, sedangkan manajemen rantai pasok menekankan pada upaya memadukan kumpulan rantai pasok (Vorst, 2002). Pada tingkat agroindustri, manajemen rantai pasok memberikan perhatian pada pasokan, persediaan dan transportasi pendistribusian.


(32)

P em a n g ku K ep en ti n g a n l a in n ya Konsumen Distributor Agroindustri Petani/Pemasok Menurut Austin (1992) agroindustri menjadi pusat rantai pertanian yang berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian di pasar. Agroindustri membutuhkan pasokan bahan baku yang berkualitas dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Gambar 3 merupakan aliran produk di setiap tingkatan rantai pasok dalam konteks jejaring rantai pasok pertanian menyeluruh. Setiap perusahaan diposisikan dalam sebuah titik dalam lapisan jejaring.

Gambar 3. Skema rantai pasokan pertanian (Sumber:Vorst, 2002) 2.4. Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Lau, Pang, Wong (2002) kemitraan di antara anggota rantai pasokan dilakukan untuk menjamin kualitas produk dan keefektifan rantai pasokan yang selanjutnya akan mencapai hasil optimal. Pengembangan rantai pasokan yang efektif dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, memilih kelompok pemasok berdasarkan reputasi industri dan transaksi sebelumnya tentang harga dan kualitas melalui program penilai pemasok. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan pemasok terbaik dalam industri yang menjamin kualitas pasokan.

Kedua, memilih pemasok yang memiliki manajemen rantai pasokan berhubungan erat dengan strategi perusahaan. Langkah ini akan meminimalkan konflik target strategis dengan para mitra. Kemitraan rantai pasokan bersifat jangka panjang dan merupakan


(33)

keputusan penting yang membutuhkan komitmen semua pihak. Ketiga, membentuk kemitraan rantai pasokan melalui negosiasi dan kompromi. Tahap keempat, membangun saluran untuk menjamin pengetahuan tentang informasi produksi yang diberikan tepat waktu melalui perjanjian teknologi. Manajemen rantai pasokan harus menjamin ketepatan waktu, efektivitas biaya, dan sistem informasi yang komperhensif untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam membuat keputusan pasokan yang optimal. Terakhir, sistem monitoring dikembangkan untuk memantau kinerja mitra. Proses ini dimaksudkan untuk memelihara hubungan dengan pemasok dalam menjamin administrasi yang layak dari pengendalian logistik yang efisien.

2.5. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan manajemen rantai pasokan yaitu sebagai berikut :

1. Adriansyah (2005) meneliti manajemen rantai penyediaan barang bagian hulu produksi susu pasteurisasi di Koperasi Paternakan Bandung Selatan (KPBS). Hasil yang diperoleh yaitu kontinuitas produksi, efisiensi dan produktifitas sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku utama dan bahan baku penolong pada KPBS.

2. Ritonga (2005) meneliti analisis pemasaran kentang dengan pendekatan MRP di kota Semarang, Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis pola rantai pasokan dan analisis rantai nilai dengan pendekatan marjin pemasaran. Hasil dari penelitian ini adalah alur rantai pasokan yang paling efektif adalah kentang dari petani dikumpulkan di pengumpul, kemudian dibawa ke pasar grosir, pasar tradisional yang akhirnya sampai ke tangan konsumen. Pola rantai pasokan yang paling efektif dilihat dari total marjin yang menurun sehingga petani memperoleh marjin yang paling besar.

3. Ana Oktiya (2006) meneliti analisis rantai pasokan terhadap produktifitas di UKM keramik Klampok Banjarnegara. Penulis


(34)

menyatakan bahwa MRP berpengaruh nyata terhadap produktivitas UKM Kramik Kelampok Banjarnegara. Model MRP di UKM Keramik Banjarnegara terdiri dari beberapa anggota yaitu pemasok, UKM/produsen, pengepul barang ekspor dan pelanggan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari beberapa elemen MRP yang berpengaruh signifikan terhadap produktifitas adalah kerjasama. 4. Susiyana (2005) meneliti analisis rantai persediaan komoditas jeruk

medan. Metode yang dilakukan adalah analisis deskriptif, marjin pemasaran dan elastisitas transmisi harga.

5. Irmawati (2007) meneliti pengaruh manajemen rantai pasokan terhaap kinerja di PTPN VIII Gunung Mas Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel perencanaan pemasaran yang melibatkan semua anggota rantai pasokan memberikan pengaruh terbesar pada strategi manajemen rantai pasokan perusahaan. Variabel kepuasan pelanggan memberikan pengaruh terbesar terhadap kinerja perusahaan.


(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Sayuran dataran tinggi memiliki potensi pengembangan pasar domestik dan ekspor yang sangat baik. Oleh karena itu, diperlukan daya saing yang kuat untuk mengoptimalkan potensi sayuran dataran tinggi. Produk sayuran di Indonesia masih terkendala dalam jaminan kesinambungan kualitas produk, jumlah pasokan yang masih kurang, dan ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efektif dan efisiennya kinerja rantai pasokan komoditi sayuran dataran tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok memegang peranan penting dan perlu dilakukan dengan baik untuk mengatasi hal tersebut.

Pemilihan jenis komoditas produk hortikultura dilakukan untuk membatasi lingkup kajian manajemen rantai pasokan yang luas dan jenis produk sayuran yang sangat banyak. Pemilihan produk hortikultura sayuran dataran tinggi menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) dengan cara wawancara dan konsultasi dengan pakar.

Sayuran dataran tinggi terpilih diidentifikasi struktur rantai pasokannya, untuk mengetahui masalah-masalah yang sering muncul dalam manajemen rantai pasokan. Kegiatan manajemen rantai pasokan merupakan bagian kegiatan dari rantai nilai (value chain) sehingga perbaikan manajemen rantai pasokan akan berimplikasi positif pada rantai nilai tambah. Rantai nilai yang efektif akan memicu keunggulan nilai (value advantage) dan keunggulan produksi (productivity advantage) yang pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif. Kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan dalam Gambar 4.


(36)

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian

Permasalahan sayuran di Indonesia

Merumuskan strategi rantai pasokan sayuran terpilih

Analisis nilai tambah anggota rantai pasok Sistem manajemen rantai pasokan sayuran dataran tinggi

Identifikasi struktur rantai pasokan sayuran terpilih Nilai strategis sayuran

dataran tinggi

Identifikasi sayuran unggulan dataran tinggi

Analisis kondisi rantai pasok sayuran dataran tinggi terpilih

Keunggulan kompetitif


(37)

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Tahapan penelitian Identifikasi minat penelitian

Pemilihan topik penelitian Studi pustaka dan diskusi

Penentuan topik penelitian Perumusan Masalah

1. Apa saja produk sayuran unggulan dataran tinggi di Jawa Barat?

2. Bagaimana struktur rantai pasok produk sayuran unggulan terpilih di Jawa Barat? 3. Berapa nilai tambah produk sayuran unggulan terpilih di jawa Barat?

4. Bagaimana alternatif rantai pasok yang dapat diterapkan?

Rancangan Pengumpulan Data

Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan teknik analisis data

-Studi pendahuluan -Studi pustaka -Opini pakar

Penyusunan desain riset

Pengumpulan data lapangan - Observasi dan wawancara - Pengisian kuesioner

Pengolahan Data - Tabulasi data dan informasi - Identifikasi model rantai pasokan

- Pemilihan produk unggulan ---(MPE) -Analisis rantai pasokan---analisis

deskriptif

-Analisis nilai tambah--metode Hayami Kesimpulan dan Saran

Pra penelitian

Pengumpulan data


(38)

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sentra produksi paprika di Desa Pasir Langu, Koperasi Mitra Sukamaju dan Bandar Paprika yang berada di sekitar Cisarua, Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus – September 2008.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan cara observasi atau pengamatan, wawancara, pengisian kuesioner, dan opini pakar. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, jurnal dan dokumen-dokumen pendukung lainnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Observasi, yaitu pengamatan langsung objek penelitian dengan tujuan

untuk memahami kondisi petani, koperasi dan bandar paprika yang sebenarnya.

2. Wawancara dilakukan kepada pihak pihak yang terkait dengan topik penelitian yaitu petani, koperasi, bandar, pakar dari Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) .

3. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait dengan topik penelitian. Daftar kuesioner dapat dilihat dalam Lampiran 1.

4. Opini pakar (expert opinion) merupakan data yang diperoleh dari para pakar yang terdiri dari akademisi, pelaku usaha, dan pihak-pihak terkait lainnya.


(39)

Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan analisis data dijelaskan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan, sumber data,jenis data, metode pengumpulan, dan analisis data

No Tujuan

penelitian

Jenis data Sumber data Metode Analisis data

1 Memilih

produk sayuran unggulan

- Primer - Sekunder

- Dosen IPB - Manajer kemitraan Saung Mirwan - Peneliti Balitsa - Ketua Koperasi Mitra Sukamaju - Wawancara - Kuesioner - Studi pustaka Metode perbandingan eksponensial (MPE)

2 Mengkaji

struktur rantai pasok produk sayuran terpilih - Primer - Sekunder

- Petani paprika - Bandar paprika - Koperasi Mitra Sukamaju - Eksportir - Wawancara - Kuesionr Metode deskriptif

3 Mengukur

nilai tambah produk sayuran terpilih

- Primer - Petani paprika - Koperasi - Bandar

Wawancara Metode

Hayami

4 Alternatif rantai pasok yang dapat diterapkan - Primer - Sekunder - Balitsa

- Koperasi Mitra Sukamaju - Eksportir Wawancara Studi pustaka Metode deskriptif

3.5. Metode Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu judgement sampling. Responden yang digunakan untuk mengetahui manajemen rantai pasokan sayuran dataran tinggi terdiri dari petani, tengkulak, prosesor/koperasi dan pakar. Pakar berperan dalam memberikan penilaian terhadap permasalahan yang ada dan menentukan produk sayuran unggulan yang dipilih. Sedangkan petani, koperasi dan tengkulak dijadikan responden karena dianggap mewakili dan mengetahui keadaan usaha terutama mengenai rantai pasok yang terjadi. Jumlah responden pakar untuk menentukan sayuran unggulan dan kriteria pemilihannya adalah empat orang pakar yang terdiri dari tiga orang dosen IPB, satu orang (manajer kemitraan) Saung Mirwan. Jumlah pakar dalam MPE adalah tiga orang yaitu satu dosen IPB, peneliti Balitsa dan Ketua Koperasi Mitra Sukamaju. Identifikasi rantai pasok dan analisis nilai


(40)

tambah melib 4 bandar papri 3.6. Pengolahan d Pengolaha eksponensial, eksponensial d tinggi. Analis pasokan. Meto petani, kopera 3.6.1. Metode Pe

Pemilihan menggunakan M salah satu meto dengan kriteria individu penga model yang tela Formulasi

TNi = Tota RK ij = deraj TKK j = deraj

n = juml

m = juml

Data dipe pihak yang ah berpengaruh da dengan menggu wawancara men tiga orang dose didapatkan dari

ibatkan responden yang terdiri dari 12 orang prika, dan 11 karyawan Koperasi Mitra Sukama

dan Analisis Data

han dan analisis data menggunakan metod l, analisis deskriptif dan metode hayami. Metod l digunakan untuk memilih produk sayuran u lisis deskriptif digunakan untuk mengetahu etode hayami digunakan untuk menghitung ni

rasi dan bandar.

Perbandingan Eksponensial

an produk unggulan dan alternatif pema Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). M etode untuk menentukan urutan prioritas alter

ria jamak. Teknik ini digunakan sebagai gambilan keputusan untuk menggunakan r elah terdefinisi dengan baik pada tahapan prose asi perhitungan skor untuk setiap alternatif dala

... tal nilai alternatif ke -i

rajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada piliha rajat kepentingan kritera keputusan ke-j; TKKj mlah pilihan keputusan

mlah kriteria keputusan

peroleh melalui observasi lapangan dan waw ahli dalam bidang sayuran dataran tinggi. dalam pemilihan sayuran unggulan dataran t

gunakan metode Delphi. Dalam hal ini, pen endalam (in deph interview) terhadap pakar y sen IPB dan manajer kemitraan Saung Mirwa ari masing-masing pakar tersebut dikumpulk

ng petani paprika, maju.

ode perbandingan tode perbandingan unggulan dataran hui model rantai nilai tambah pada

masok dilakukan . MPE merupakan ternatif keputusan i pembantu bagi rancang bangun

ses.

alam MPE adalah:

...(1)

ihan keputusan i > 0; bulat

wancara terhadap gi. Kriteria yang n tinggi diperoleh eneliti melakukan r yang terdiri dari an. Kriteria yang lkan dan disusun


(41)

oleh peneliti menjadi kriteria penilaian MPE. Selanjutnya, peneliti membawa kembali hasil kriteria yang telah diperoleh untuk dikonfirmasi dan dikoreksi.

Kesimpulan yang diperoleh menghasilkan delapan pilihan sayuran unggulan. Sayuran tersebut memiliki potensi pengembangan pasar yang baik dan memberikan marjin keuntungan yang tinggi. Kedelapan sayuran tersebut adalah kubis bunga, wortel, kol, pakcoy, kentang, brokoli, lettuce, dan paprika. Selain itu, kesimpulan yang terkait dengan kriteria keputusan dalam memilih sayuran unggulan dataran tinggi diperoleh sembilan kriteria yaitu :

a. Ketersediaan bibit

Ketersediaan bibit merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya sayuran. Tanpa adanya pasokan bibit yang lancar maka budidaya sayuran akan terganggu. Bobot untuk ketersediaan bibit adalah 5.

b. Ketersediaan sarana produksi

Sarana produksi merupakan semua hal yang diperlukan dalam budidaya sayuran selain bibit. Sarana produksi meliputi alat-alat pengolah lahan, sarana tanam, pupuk dan alat-alat lainnya. Bobot untuk ketersediaan sarana produksi adalah 4.

c. Kualitas produk

Kualitas produk merupakan faktor utama suatu produk dapat diterima di pasar. Dalam dunia pertanian kualitas produk sangat ditentukan oleh kualitas panen, pengangkutan dan penyimpanan. Bobot dari kualitas produk adalah 3.

d. Kontinuitas

Kontinuitas adalah keberlanjutan produk yang dibudidayakan. Maksudnya adalah produk tersebut dibudidayakan secara tetap dan berkala atau hanya bersifat temporer. Bobot dari kontinuitas adalah 5. e. Ketersediaan produk

Ketersediaan produk sangat dipengaruhi oleh budidaya yang dilakukan oleh petani. Produk yang ketersediaannya di pasar tidak tetap akan


(42)

menyebabkan fluktuasi harga yang seringkali merugikan petani. Bobot ketersediaan produk adalah 5.

f. Potensi pasar domestik dan ekspor

Potensi pasar domestik dan ekspor dapat dilihat dari seberapa besar tingkat permintaan pasar dan seberapa besar pemenuhannya. Potensi pasar juga dapat diukur dari trend permintaan pasar. Bobot untuk potensi pasar domestik dan ekspor adalah 5.

g. Marjin keuntungan

Marjin keuntungan yaitu seberapa besar keuntungan yang diperoleh tiap-tiap anggota rantai pasok dari petani sampai konsumen institusi. Bobot untuk marjin keuntungan adalah 5.

h. Risiko

Maksudnya adalah risiko yang dihadapi petani dalam budidaya komoditas tersebut dan seberapa besar risiko yang mungkin dihadapi anggota rantai pasokan yang lainnya. Bobot untuk risiko adalah 5. i. Kemitraan

Kemitraan yang terjalin antara petani dan prosesor, dan peluang kemitraan yang dapat dikembangkan selanjutnya. Bobot untuk kemitraan adalah 4.

3.6.2. Analisis Model Rantai Pasokan

Model rantai pasokan dibahas secara deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang didasarkan data deskripsi dari status, keadaan, sikap, hubungan atau sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi objek penelitian. Manajemen rantai pasokan dianalisis menggunakan metode pengembangan rantai pasok hortikultura yang dicanangkan oleh Asian Productivity Organization (APO), Jepang.

3.6.3. Analisis Nilai Tambah

Nilai tambah bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh oleh setiap anggota rantai pasokan, yang terdiri atas tenaga kerja, modal, dan manajemen yang diusahakannya. Besarnya nilai tambah tersebut dinyatakan secara matematik dengan menggunakan metode Hayami (Hayami dalam Sudiyono 2002).


(43)

Nilai tambah = f {K, B, T, U, H, h, L} ...(2) K = Kapasitas produksi

B = Bahan baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan U = Upah tenaga kerja

H = Harga output h = Harga bahan baku

L = Nilai input lain (nilai dan semua pengorbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai)

Perhitungan analisis nilai tambah dengan metode Hayami dijelaskan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Variabel input, output nilai tambah.

No Variabel output, input Nilai

1. Output (Kg/periode) (1)

2. Input bahan baku (Kg/periode) (2)

3. Tenaga kerja langsung (HOK/periode) (3)

4. Faktor konversi (4) = (1)/(2)

5. Konversi tenaga kerja (HOK/Kg) (5) = (3)/(2)

6. Harga produk (Rp/Kg) (6)

7. Upah tenaga kerja per HOK (7)

Variabel penerimaan dan keuangan

8. Harga input bahan baku (Rp/Kg) (8)

9. Sumbangan input lainnya (Rp/Kg) (9)

10. Nilai produk (Rp/Kg) (10) = (4) x (6)

11. a. Nilai Tambah (Rp) (11a) = (10) – (9) – (8) b. Rasio nilai tambah (%) (11b) = (11a)/(10) x 100 12. a. Pendapatan tenaga kerja (Rp) (12a) = (5) x (7)

b. Pangsa tenaga kerja (%) (12b) = (12a)/(11b)x100 13. a. Keuntungan (Rp) (13a) = (11a) – (12a)

b. Persentase keuntungan (%) (13b) = (13a)/(10) x 100

14. Marjin Pemasaran (14) = (10) – (8)

a. Pendapatan tenaga kerja (14a) = (12a)/(14) x 100 b. Sumbangan input lain (14b) = (9)/(14) x 100 c. Keuntungan perusahaan (14c) = (13a)/(14) x 100 Sumber : Sudiyono (2002)

Keterangan :


(44)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemilihan Produk Unggulan

Berdasarkan opini pakar, sayuran yang dipilih dalam penelitian ini adalah paprika, brokoli, kubis bunga, lettuce, pakcoy, kentang, kol/kubis, wortel. Alasannya kedelapan sayuran tersebut tersedia cukup banyak di Jawa Barat, memiliki potensi pengembangan pasar yang baik dan memberikan marjin keuntungan yang tinggi. Sedangkan untuk kriteria pemilihan yaitu: ketersediaan bibit, ketersediaan sarana produksi, kualitas produk, kontinuitas produk, ketersediaan produk, potensi pasar domestik dan mancanegara, marjin keuntungan, risiko, kemitraan.

Hasil perhitungan dengan MPE diperoleh rata-rata skor sayuran unggulan yang dapat dilihat dalam Tabel 4. Perhitungan MPE secara rinci dapat dilihat dalam Lampiran 2.

Tabel 4. Skor rata-rata MPE sayuran unggulan dataran tinggi

Peringkat Jenis sayuran Skor

1 Paprika (Capsicum annuum) 12.234,33*

2 Lettuce (Lactuca sativa L.) 9.967,33

3 Brokoli (Brasica oleraceae cv. Brocolli) 8.272,00

4 Kentang (Solanum tuberosum) 5.582.33

5 Pakcoy (Brasica rapa cv. Pakchoy) 4.947,00

6 Kol/kubis (Brasica oleraceae) 4.413,30

7 Wortel (Daucus Carota) 4.395,33

8 Kubis bunga (Brasica oleraceae cv. Cauliflower) 4.327,00 * sayuran terpilih sebagai objek penelitian

Tiga urutan teratas sayuran unggulan dataran tinggi hasil perhitungan MPE adalah paprika, lettuce dan brokoli. Paprika (Capsicum annuum) memilika keunggulan dari segi budidaya, pemasaran dan keuntungan. Dari segi budidaya, bibit dan sarana produksi paprika mudah diperoleh, dan kualitas produk yang dihasilkan baik. Dari segi pemasaran, potensi pasar domestik dan ekspor paprika sangat bagus dan memberikan marjin keuntungan yang tinggi. Tetapi kualitas produk paprika yang tersedia susah untuk dikontrol karena paprika merupakan salah satu sayuran yang memerlukan perawatan khusus.


(45)

Sayuran unggulan pada urutan kedua adalah lettuce (Lactuca sativa L). Sayuran tersebut dipilih karena memberikan marjin keuntungan yang besar dan potensi pasar domestik maupun mancanegara yang menjanjikan. Tetapi kualitas dan ketersediaan lettuce masih menjadi masalah dalam pemenuhan permintaan pasar, terutama pasar mancanegara. Hal ini terjadi karena belum banyak petani yang mampu membudidayakan lettuce dengan baik.

Sayuran unggulan pada urutan ketiga yaitu brokoli (Brasica oleraceae cv. Brocolli). Sayuran ini tidak terlalu menonjol di salah satu kriteria tetapi baik di semua kriteria. Brokoli sudah banyak dibudidayakan oleh petani-petani dataran tinggi, keuntungan yang didapatkan pun cukup tinggi dan ketersediaannya di pasar sangat baik.

Masing-masing sayuran memiliki daerah tanam, atau sentra produksi yang berbeda. Sentra produksi paprika berada di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Budidaya paprika di Pasir Langu telah dimulai sejak tahun 1994, dan pada saat ini luas Green house untuk budidaya paprika mencapai 24 Ha.

Lettuce banyak dibudidayakan oleh petani di Garut, Jawa Barat. Lettuce merupakan salah satu sayuran eksklusif sehingga tidak semua petani mampu membudidayakannya dengan baik. Petani di daerah Garut membudidayakan lettuce atas binaan Saung Mirwan. Saung Mirwan memberikan sarana produksi, penyuluhan dan bimbingan budidaya, kemudian membeli hasil panen dari petani. Selain petani di Garut, lettuce jarang ditemui ditanam oleh petani lain dalam jumlah besar. Sedangkan brokoli banyak tumbuh di dataran tinggi Jawa Barat, baik di Lembang, Bogor maupun Garut. Salah satu sentra produksi brokoli berada di Bogor yaitu di daerah Cipanas.

Penelitian ini memilih paprika sebagai komoditas yang dijadikan objek penelitian. Paprika adalah tumbuhan penghasil buah yang berasa manis dan sedikit pedas dari suku terong-terongan (Solanaceae). Buahnya berwarna hijau, kuning, merah, atau ungu sering digunakan sebagai campuran salad. Paprika berasal dari Amerika Selatan yang saat ini sudah


(46)

tersebar luas dan dibudidayakan di hampir semua daerah tropika dan subtropika.

4.2. Analisis Kondisi Rantai Pasokan Paprika

Sub bab ini akan membahas gambaran umum lokasi penelitian, struktur rantai, sasaran rantai, manajemen rantai, sumber daya rantai, dan proses bisnis rantai pasokan paprika.

4.2.1. Gambaran Umum Lokasi dan Budidaya Paprika 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Setelah dipilih sayuran unggulan dataran tinggi, maka ditentukan lokasi penelitian yaitu di Desa Pasir Langu Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi Jawa Barat. Pasir Langu merupakan sentra produksi paprika terbesar di Indonesia dengan luas area produksi mencapai sekitar 24 Ha. Berdasarkan letak administratif, Desa Pasir Langu berbatasan dengan Kabupaten Subang di sebelah Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cimanggu Kecamatan Ngamprah, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tugu Mukti Kecamatan Cisarua dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cipada Kecamatan Cisarua

Secara topografi Desa Pasir Langu berada pada ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut (m dpl), curah hujan rata-rata per tahun 1.400 milimeter dengan suhu berkisar antara 20-220 C. Luas wilayah Desa Pasir Langu mencapai 1.020 Ha yang merupakan daerah perbukitan subur sehingga menjadi sentra produksi sayuran dan bunga. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman pangan adalah 76 Ha, yang terdiri dari padi sawah seluas 6 Ha, buncis dan kol merah seluas 5 Ha, labusiam 41 Ha, dan paprika 24 Ha.

Budidaya paprika di Desa Pasir Langu dimulai pada tahun 1994 oleh para petani perintis yang tergabung dalam Kelompok Tani Mitra Sukamaju. Sebelum melakukan uji coba pembudidayaan paprika hidroponik, kelompok tani tersebut melakukan studi banding ke Saung Mirwan di Kabupaten Bogor dan Yayasan Hortikultura di Kabupaten Bandung. Awalnya para petani perintis ini mencoba untuk


(47)

membudidayakan paprika di lahan terbuka tanpa green house, tetapi paprika tidak dapat tumbuh dengan sempurna dan buah yang dihasilkan rusak.

Uji coba pembudidayaan paprika kemudian dilakukan di green house seluas 200 m2 dengan cara hidroponik. Jumlah pohon paprika yang dibudidayakan 800 batang dengan tingkat produktivitas 9 ons per pohon. Setalah keberhasilan uji coba tersebut kemudian dilakukan penanaman tahap kedua di green house seluas 400 m2 dengan jumlah pohon 1.600 batang dengan tingkat produktivitasnya 1,5 kilogram per pohon. Melihat keberhasilan ini, kemudian para petani mulai membudidayakan paprika di lahannya masing masing.

Tanggal 13 April 1999, Kelompok Tani Mitra Sukamaju berubah menjadi koperasi petani dengan nomor badan hukum 180/BH/518-KOP/IV/1999. Alasan utama perubahan menjadi koperasi adalah untuk mempermudah dalam pencarian dana dan perbaikan sistem manajemen. Dengan semakin berkembangnya usaha tani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, petani-petani yang tidak tergabung dalam Koperasi Mitra Sukamaju tertarik untuk bergabung menjadi anggota koperasi tersebut. Pada tahun 2000, tercatat 64 petani anggota Koperasi Mitra Sukamaju dengan output mencapai empat ton paprika per hari. Hak petani anggota Koperasi Mitra Sukamaju adalah memperoleh benih dan pupuk sedangkan kewajiban petani adalah menjual hasil produksinya ke koperasi.

Namun pada saat ini, anggota koperasi mulai berkurang, karena banyak anggota yang menjual paprika ke pasar atau bandar-bandar yang ada di desa Pasir Langu. Saat ini di desa Pasir Langu banyak terdapat tengkulak dan bandar-bandar besar yang mengumpulkan paprika dari petani dan menjualnya sendiri ke pasar, restoran, dan eksportir.


(48)

2. Budidaya Paprika di Desa Pasir Langu

Budidaya paprika membutuhkan modal yang relatif besar yaitu minimal 25 juta rupiah untuk menanam 1.000 pohon paprika. Sarana produksi paprika cukup mahal, mulai dari bibit, green house, pupuk dan pestisida.

a. Budidaya Paprika

Proses budidaya paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, yaitu terdiri dari proses persiapan tanam, persemaian dan pembibitan, penanaman, penyiraman dan pemberian nutrisi, perawatan dan pemeliharaan serta panen dan pasca panen. Budidaya paprika ditunjukkan dalam Gambar 6.

Gambar 6. Proses budidaya paprika 1). Persiapan Tanam

Lahan untuk penanaman paprika merupakan lahan datar yang dibuat bedengan-bedengan dengan ditutupi mulsa. Pembuatan bedengan dimaksudkan untuk menghindari pengaruh buruk lantai penanaman. Bedengan yang lebih tinggi akan memudahkan keluarnya kelebihan air sehingga tidak menggenangi lantai. Selain itu, kotoran atau bibit penyakit yang tertular lewat tanah tidak terkumpul atau

Persiapan tanam

Persemaian dan pembibitan

Penanaman

Pemberian nutrisi Perawatan pemeliharaan Panen dan pasca panen


(49)

terbawa ke polybag tetapi mengumpul di selokan antar bedengan. Penutupan bedengan dengan mulsa bertujuan agar lahan bersih dari gulma. Bedengan umumnya dibuat dengan lebar 90-120 cm, tinggi 20-40 cm dengan jarak antar bedengan 80-100 cm, dan panjang bedengan disesuaikan dengan luas lahan.

Polybag diletakkan di atas bedengan di dalam green house yang terbuat dari plastik ultraviolet (UV) untuk menjaga suhu dan kelembaban. Lahan harus bebas dari gulma, hama maupun bibit penyakit lainnya. Sebelum melakukan kegiatan penanaman, petani melakukan sterilisasi green house dengan menggunakan formalin yang dicampur dengan kapur yang bertujuan untuk memberantas gulma yang tumbuh

2). Persemaian dan Pembibitan

Kegiatan persemaian dan pembibitan dilakukan di green house tersendiri. Sebelum penyemaian dilakukan, sekam yang akan digunakan harus disemprot dengan air hangat. Benih direndam dengan air hangat terlebih dahulu. Setelah itu, benih diletakkan dalam media semai berupa tray plastik dengan menggunakan pinset. Setelah semua benih disemai dalam media, tray tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan plastik mulsa hitam perak dan disusun dengan menggunakan rak persemaian. Suhu yang baik untuk persemaian adalah antara 25-300 C dan kelembabannya 70-85 persen.

Pengontrolan dilakukan setiap saat untuk menjaga kelembaban media semai dengan menyemprotkan air bila media semai tersebut mulai kering. Benih yang disemai mulai berkecambah dalam waktu sembilan hari dan kemudian kecambah tersebut dipindahkan ke dalam polybag untuk disimpan dalam green house pembibitan. Kegiatan pembibitan berlangsung selama 28-30 hari, dimana bibit paprika yang sehat akan memiliki daun sekitar lima helai. Bibit ini siap untuk dipindahkan ke green house penanaman.


(50)

3). Penanaman

Bibit paprika yang sudah siap tanam akan ditanam pada polybag besar yang sudah diisi arang sekam. Masing-masing polybag dibasahi air tanpa diberi air nutrisi. Air nutrisi dapat diberikan bila umur tanaman di green house penanaman kurang lebih tiga hari. Pada masing-masing media dibuat lubang tanaman sesuai ukuran bibit. Bibit tanaman dilepaskan dari polybag semai bersama dengan medianya. Bibit tersebut ditanam dalam polybag tanam. Satu polybag tanam berisi satu tanaman dengan jarak antar tanaman 30 X 30 cm atau 25 X 25 cm.

4). Penyiraman dan Pemberian Nutrisi

Penyiraman dan pemberian nutrisi pada budidaya paprika dengan sistem hidroponik merupakan kegiatan yang penting, karena di dalam media tanam arang sekam tidak terdapat media penunjang air dan unsur hara seperti pada media tanah. Nutrisi dilarutkan dalam air pada bak penampungan yang berkapasitas 1.000-3.000 liter, kemudian diberikan secara manual setiap hari yaitu disiramkan ke tanaman menggunakan selang air. Volume dan frekuensi pemberian nutrisi disesuaikan dengan kondisi cuaca dan umur tanaman. Apabila kondisi cuaca normal (22-270 C) pemberian nutrisi dilakukan tiga kali sehari, jika cuaca sangat panas (28-350C) pemberian nutrisi mencapai empat kali, sedangkan jika cuaca mendung (18-220C) pemberian nutrisi cukup dua kali sehari.

5). Perawatan dan Pemeliharaan

Perawatan dan pemeliharaan tanaman akan menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perawatan dan pemeliharan tanaman adalah pengajiran dan pelilitan, pembentukan dan pemilihan batang produksi, pewiwilan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pengajiran dilakukan pada usia tanaman mencapai 1-2 minggu setelah tanam. Ajir yang digunakan dari tali rami atau benang kasur yang dililitkan pada batang tanaman dan bagian atasnya


(51)

diikatkan pada kawat-kawat yang melintang pada bagian atas green house. Pemberian ajir ini harus hati-hati agar tidak merusak tanaman tapi tetap dapat menopang tanaman dengan kuat. Tanaman paprika akan terus tumbuh tinggi mengikuti ajir. Agar tali ajir tetap melekat pada batang tanaman, maka setiap dua hari dilakukan pemutaran atau pelilitan tali pada cabang utama.

Tiga minggu setelah penanaman, pada batang utama muncul tiga sampai empat cabang. Batang tersebut tidak dibiarkan tumbuh semuanya tetapi hanya dipilih 2-3 cabang utama yang dipelihara. Cabang yang dipilih adalah cabang yang kuat dan membentuk sudut paling lebar. Cabang yang tidak diinginkan dipotong di titik percabangannya. Hal ini dimaksudkan agar luka pada titik percabangan tersebut seolah-olah terjadi secara alami dan diharapkan akan pulih kembali.

Pewiwilan dilakukan terhadap tunas air, cabang yang rusak, bunga yang terkena hama dan penyakit, maupun buah yang kurang bagus. Pewiwilan menghasilkan buah yang terseleksi dan berkualitas baik, karena tanaman tidak harus membagi nutrisinya pada bagian tubuh yang jelek tersebut. Kegiatan pewiwilan dilakukan setiap dua hari sekali.

Tanaman paprika merupakan tanaman yang sensitif terhadap hama dan penyakit. Hama dan penyakit akan sangat berpengaruh pada umur tanaman paprika dan kualitas buah yang dihasilkan. Hama yang paling sering menyerang diantaranya hama thrips, kutu daun, ulat penggorok daun, dan virus layu daun. Pengendalian hama dan penyakit terdiri dari pengendalian secara kimia melalui penggunaan pestisida, dan pengendalian secara mekanik dengan membuang dan menjebak hama dengan kertas penjebak berwarna kuning, hijau dan biru.

6). Panen dan Pasca Panen

Setelah 60 hari sejak masa tanam, paprika hijau sudah dapat dipanen. Sedangkan untuk menghasilkan paprika berwarna merah


(52)

atau kuning dapat dipanen jika tanaman telah berumur 85-90 hari. Paprika yang siap panen ditandai dengan warna buah yang merata dan mengkilap, serta daging buah yang keras dan tebal. Paprika dipanen secara manual, dengan menggunakan tangan atau pisau. Hasil panen biasanya dimasukkan ke dalam plastik bening dengan kapasitas 18-20 kg.

Petani yang merupakan anggota Koperasi Mitra Sukamaju akan menjual seluruh hasil panennya kepada koperasi. Proses sortasi, grading, penimbangan, pencatatan dan pengemasan dilakukan oleh koperasi sesuai dengan pesanan dan tujuan penjualan. Sedangkan untuk petani non anggota koperasi, hal tersebut dilakukan sendiri, atau di tempat bandar besar.

b. Sarana Produksi

Sarana produksi budidaya paprika hidroponik terdiri dari green house, benih, media tanam dan nutrisi. Sarana produksi utama adalah green house. Persiapan green house meliputi pembangunan green house dan kegiatan penyempurnaan berupa pembuatan saung, pemasangan kawat untuk benang ajir, pemasangan benang ajir dan pemasangan mulsa. Green house dibagi menjadi dua yaitu green house persemaian dan green house penanaman. Luas green house disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia dan jumlah tanaman yang akan dibudidayakan.

Syarat terpenting dari green house adalah aliran udara harus sebaik mungkin dan bangunan harus kokoh sehingga tidak rusak bila diterpa angin kencang. Instalasi lainnya adalah bak penampungan air, bak penampungan air dengan kapasitas 1.000 – 3.000 liter harus berada di dekat green house, karena air yang telah dicampur pupuk merupakan sumber nutrisi dalam pertanian hidroponik

Benih paprika terdiri dari berbagai varietas. Para petani di Desa Pasir Langu umumnya menggunakan benih varietas Edison dan Capino. Edison menghasilkan paprika berwarna merah sedangkan Capino menghasilkan paprika berwarna kuning. Kemasan dengan


(53)

masing-masing benih tersebut terdiri dari dua ukuran, yaitu isi 250 benih dan isi 1.000 benih. Harga benih adalah Rp. 1.600./benih - Rp.2.400/benih tergantung pada varietas yang digunakan.

Media tanam yang digunakan adalah arang sekam. Kebutuhan arang sekam tergantung pada jumlah tanaman. Ukuran arang sekam adalah karung karena kadar air dalam sekam pada umumnya tidak sama sehingga sulit mengukur dalam satuan berat. Satu karung arang

sekam dapat digunakan untuk 10 polybag dengan ukuran 35 cm X 40 cm.

Nutrisi berupa pupuk dalam bentuk serbuk yang mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman. Unsur unsur tersebut terdiri dari unsur makro yaitu KH2PO4, CaNO3, KNO3, MgSO4 dan FeSO4 sedangkan unsur mikro terdiri dari MnSO4, BrSO4, CuSO4, dan ZnSO4. Nutrisi tanaman dilarutkan dalam air dan disiramkan ke tanaman paprika 2-3 kali setiap harinya. Saat ini pola penyiraman nutrisi yang dilakukan petani di Desa Pasir Langu masih menggunakan pola penyiraman manual.

Nutrisi yang digunakan petani di Desa Pasir Langu berasal dari Koperasi Mitra Sukamaju, toko Buana Tani dan PT. Joro di Lembang dengan harga per paket Rp.430.000. Anggota Koperasi Mitra Sukamaju dapat membeli pupuk secara kredit, yaitu pembayaran dipotong dari hasil penjualan paprika. Sedangkan petani non anggota koperasi dapat membeli pupuk dari koperasi, bandar atau dari toko Buana Tani.

4.2.2. Struktur Rantai Pasokan 1. Anggota Rantai Pasok

Struktur rantai pasok sayuran dataran tinggi di Indonesia memiliki alur rantai yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena adanya aturan dan sistem yang berbeda diantara pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut. Namun yang mendorong terjadinya perbedaan utama sistem distribusi sayuran yaitu jenis sayuran dan kualitas yang dihasilkan.


(54)

Model rantai pasokan sayuran yang ditemukan pada sentra paprika di Desa Pasir Langu kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi Jawa Barat, umumnya mengikuti pola seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.

Gambar 7. Model rantai pasokan paprika di Desa Pasir Langu

Aliran komoditas paprika pada model rantai pasokan diatas dibagi menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:

a. Struktur Rantai Pasokan 1

Petani Koperasi Pedagang grosir tradisional Pasar Tradisional

Pada rantai ini kualitas paprika yang dipasok beragam tetapi umumnya produk yang berkualitas rendah (grade C dan TO). Koperasi secara rutin akan mengirim paprika ke pedagang grosir tradisional sesuai dengan permintan atau pesanan yang diterimanya setiap hari. Pedagang grosir berasal dari Desa Pasir Langu atau dari tempat lainnya seperti Lembang dan Cisarua. Pedagang tradisional biasanya menggambil paprika dengan jumlah kecil dan menjualnya di pasar tradisional di sekitar Lembang dan Bandung.

Petani Anggota Koperasi

Koperasi

Petani Non Anggota Koperasi Bandar

Pasar Tradisional

Super Market Negara

Tujuan Hotel/Restoran

Pedagang Pemasok hotel/ Restoran

Pemasok Supermarket

Eksportir

Konsumen


(55)

b. Struktur Rantai Pasokan 2

Petani Koperasi Pemasok Hotel/Restoran Hotel/Restoran

Pada rantai ini, kualitas paprika yang dipasok adalah paprika berwarna merah, kuning dan hijau kualitas A dan B. Pemasok ke hotel dan restoran biasanya merupakan unit-unit packaging house yang dimiliki oleh perorangan atau perusahaan. Pemesanan ke koperasi dilakukan setiap hari dengan jumlah kebutuhan yang beragam. Para pemasok ini biasanya berada di Bandung dan Lembang, sedangkan mereka akan memasarkan paprika untuk wilayah Bandung dan Jakarta.

c. Struktur Rantai Pasokan 3

Petani Koperasi Pemasok Supermarket Supermarket

Pemasok untuk supermarket tidak berbeda jauh dengan pemasok untuk hotel dan restoran. Pemasok merupakan unit-unit packaging house seperti pada pemasok untuk hotel dan restoran, hanya saja menjual produknya ke supermarket terutama untuk di wilayah Jabotabek.

d. Struktur Rantai Pasokan 4

Petani Koperasi Eksportir Pasar luar negeri

Kualitas produk yang dipasok untuk eksportir adalah kualitas A. Eksportir biasanya mengambil paprika secara langsung ke koperasi tiga kali dalam seminggu. Produk yang tidak sesuai dengan kualitas yang diinginkan atau rusak akan dikembalikan ke koperasi sebagai barang yang ditolak. Biasanya jumlah barang yang ditolak berkisar antara 8-10% setiap kali pengiriman.

e. Struktur Rantai Pasokan 5

Petani Bandar Pedagang grosir tradisional Pasar tradisional

Pada rantai ini hampir sama dengan rantai a) tetapi petani menjual barangnya kepada bandar. Bandar menyediakan sarana produksi dan peminjaman modal dengan konsekuensi petani harus menjual barangnya kepada bandar, dengan harga yang telah ditentukan oleh bandar. Pedagang grosir memesan paprika yang dibutuhkan kepada bandar dan menjualnya di sekitar Lembang, Cimahi dan Bandung.


(1)

Lanjutan lampiran 2.

Hasil perhitungan skor MPE pakar 3

No Kriteria

Alternatif (Range 1-10) Paprika Brokoli Kubis

bunga Lettuce Pakchoi Kentang Kol/Kubis Wortel

1 Ketersediaan bibit 3125 1024 1.024 243 1.024 243 1.024 3.125

2 Ketersediaan sarana

produksi 256 625 625 625 256 625 81 625

3 Kualitas produk 64 27 27 125 64 64 8 64

5 Continuitas produksi 3125 625 243 1024 243 3.125 3.125 243

6 Ketersediaan produk 1024 3125 1.024 1024 1.024 243 243 243

7 Potensi pasar domestik dan

ekspor 3.125 1024 243 3.125 1.024 1.024 243 243

8 Margin keuntungan 3.125 3125 1024 1024 1.024 1.024 1.024 1.024

9 Risiko 1.024 243 243 243 32 243 243 243

10 Kemitraan 81 16 81 625 256 81 81 81


(2)

Lanjutan lampiran 2.

Skor Rata-Rata MPE Sayurang Unggulan Dataran Tinggi

Peringkat Jenis sayuran Skor

1 Paprika 12.234,33*

2 Lettuce 9.967,33

3 Borokoli 8.272,00

4 Kentang 5.582.33

5 Pakshoy 4.947,00

6 Kol/kubis 4.413,30

7 Wortel 4.395,33

8 Kubus bunga 4.327,00


(3)

1 Output /total produksi (Kg/Periode) A = 10.000 2 Input bahan baku (Kg /Periode) B = 0,04 3 Input tenaga kerja (HOK/ periode) C = 200

4 Faktor Konversi (1)/(2) D = 1000/4000 = 250.000 5 Koefesien tenaga kerja (3)/(2) E = 200/0,04 = 5.000 6 Harga produk (Rp/Kg) F = 8.244

7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/HOK)

G = 26.000 Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku (Rp/Kg) H = 160.000.000 9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I = 1.036.025.000 10 Nilai produk (Rp/Kg) (4) x (6) J = 250.000 X 8.244 =

2.061.000.000

11 a.Nilai Tambah (RP/KG)(10)-(8)-(9) K = 2.061.000.000 – 160.000.000 – 1.036.025.000= 864.975.000 b.Rasio nilai tambah (11a)/(j) (%) L % =864.975.000 /2.061.000.000=

42%

12 Pendapatan tenaga kerja (5 x 7) (Rp/Kg) M = 5.000 x26.000 = 130.000.000 b.Imbalan tenaga kerja(12a/11a) (%) N % = 130.000.000/864.975.000 =

15%

13 a.Keuntungan (11 a- 12a) (Rp/Kg) O = 864.975.000 - 130.000.000 = 734.975.000

b.Tingkat keunungan (13a/10) (%) P % = 734.975.000/2.061.000.000 = 35%

Keterangan:

Bahan baku utama adalah benih paprika

Harga 1 biji benih paprika = Rp. 1.600 Berat 1 gram benih paprika = 100 biji Berat 1 Kg biji benih paprika = 100. 0000 biji Harga 1 Kg biji benih paprika = Rp. 160.000.000 Input lain (untuk 1 kg benih paprika)

Pestisida = Rp. 234.275.000 Nutrisi = Rp. 569.750.000 Sewa lahan = Rp. 75.000.000 Green house = Rp. 50.000.000 Media tanam = Rp. 107.000.000 Total input lain = Rp. 1.036.025.00


(4)

Lampiran 4. Perhitungan nilai tambah untuk petani non anggota koperasi No Variabel output, input dan harga Nilai

1 Output /total produksi (Kg/Periode) A = 10.000 2 Input bahan baku (Kg /Periode) B = 0,04 3 Input tenaga kerja (HOK/ periode) C = 200

4 Faktor Konversi (1)/(2) D = 1000/0,04 = 250.000 5 Koefesien tenaga kerja (3)/(2) E = 200/0,04= 5.000

6 Harga produk (Rp/Kg) F = 7.000

7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/HOK)

G = 24.000 Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku (Rp/Kg) H = 160.000.000 9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I = 1.036.025.00 10 Nilai produk (Rp/Kg) (4) x (6) J = 250.000 X 7.000 =

1.750.000.000 11 a.Nilai Tambah (RP/KG)(10)-(8)-(9) K = 1.750.000.000 –

160.000.000 – 1.036.025.00= 553.975.000

b.Rasio nilai tambah (11a)/(j) (%) L % =

553.975.000/1.750.000.000= 31 %

12 a.Pendapatan tenaga kerja (5 x 7) (Rp/Kg)

M = 5.000X24.000 = 120.000.000

b.Imbalan tenaga kerja(12a/11a) (%) N % = 120.000.000 /553.975.000= 21 % 13 a.Keuntungan (11 a- 12a) (Rp/Kg) O = 553.975.000–

120.000.000 = 433.975.000 b.Tingkat keunungan (13a/10) (%) P % =

433.975.000/1.750.000.000 =24%


(5)

1 Output /total produksi (Kg/hari) A = 1000 2 Input bahan baku (Kg /hari) B = 1100 3 Input tenaga kerja (HOK/ hari) C = 6

4 Faktor Konversi (1)/(2) D = 1000/1100 = 0,9

5 Koefesien tenaga kerja (3)/(2) E =6/1100 = 0,005

6 Harga produk (Rp/Kg) F = 9.699

7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/HOK) G = 38.000 Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku (Rp/Kg) H = 8.244 9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I = 25

10 Nilai produk (Rp/Kg) (4) x (6) J = 0,9 X 9.699 = 8.729 11. a. Nilai Tambah (Rp) K = 8.729 – 8244 – 25 =

460

b. Rasio nilai tambah (%) L % =460/8.729 = 5,3 % 12. a. Pendapatan tenaga kerja M = 0,005X38.000 =

190

b. Pangsa tenaga kerja (%) N % = 190/460= 41,3 %

13. a. Keuntungan O = 460 – 190 = 270


(6)

Lampiran 6. Perhitungan nilai tambah bandar

No Variabel output, input dan harga Nilai

1 Output /total produksi (Kg/hari) A = 1000 2 Input bahan baku (Kg /hari) B = 1080 3 Input tenaga kerja (HOK/ hari) C = 6

4 Faktor Konversi (1)/(2) D = 1000/1080 = 0,92

5 Koefesien tenaga kerja (3)/(2) E =6/1080 = 0,005

6 Harga produk (Rp/Kg) F = 10.000

7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/HOK) G = 36.000 Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku (Rp/Kg) H = 7.000 9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I = 25

10 Nilai produk (Rp/Kg) (4) x (6) J = 0,92 X 12.000 = 11.040 11. a. Nilai Tambah (Rp) K = 11.040 – 7.000 – 25 = 2.200

b. Rasio nilai tambah (%) L % = 4.015/11.040 = 36,4 % 12. a. Pendapatan tenaga kerja M = 0,005X36.000 = 180

b. Pangsa tenaga kerja (%) N % = 180/4.015= 4,4 %

13. a. Keuntungan O = 4.015 – 180 = 3.835